Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rina Safitri
Abstrak :
Gagal tumbuh selama ini menggunakan pengukuran antropometri menurut indeks konvensional yang diukur terpisah, sementara kekurangan gizi tidak dapat berdiri sendiri. Pengukuran gagal tumbuh menggunakan CIAF diperlukan untuk melengkapi kegagalan antropometri yang lebih komprehensif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan gagal tumbuh dengan perkembangan anak usia 24-59 bulan di desa lokus stunting wilayah kerja Puskesmas Sungai Limau. Menggunakan desain studi cross sectional dengan teknik simple random sampling, analisis chisquare dan regresi logistik model faktor risiko dengan sampel 105 anak usia 24-59 bulan. Anak mengalami perkembangan meragukan sebanyak 31,4%, perkembangan sesuai 68,6%, gagal tumbuh sebanyak 29,5% dan normal 70,5%. Hasil bivariat menunjukkan terdapat hubungan antara gagal tumbuh dengan perkembangan anak(p=0,028), gagal tumbuh berhubungan dengan perkembangan motorik kasar (p=0,002) dan kemampuan bicara bahasa (p=0,050).Variabel lain yang berhubungan dengan perkembangan anak yaitu pendidikan ibu (p=0,002), pekerjaan ibu (p=0,003), pendapatan(p=0,003), ASI ekslusif (p=0,0034), dan stimulasi (p=0,0005). Analisis multivariat menunjukkan gagal tumbuh tetap konsisten berhubungan dengan perkembangan anak (p=0,002). Gagal tumbuh berhubungan dengan perkembangan meragukan setelah dikontrol beberapa variabel kovariat. Pelaksanaan program deteksi dini tumbuh kembang anak memerlukan kerjasama dan komitmen lintas sektor kesehatan dan pendidikan yaitu mengintegrasikan kegiatan posyandu dan Pendidikan Anak Usia Dini. ...... Failure to thrive so far using anthropometric measurements according to conventional indices measured separately, while malnutrition cannot stand alone. Measurement of failure to thrive using CIAF is needed to complement more comprehensive anthropometric failures. This study aims to determine the relationship between failure to thrive and the development of children aged 24-59 months in the stunting locus village of the Sungai Limau Health Center work area. Using a cross-sectional study design with simple random sampling techniques, chisquare analysis and logistic regression risk factor models with a sample of 105 children aged 24-59 months. Children experienced dubious development as much as 31.4%, corresponding development 68.6%, failure to grow as much as 29.5% and normal 70.5%. Bivariate results showed an association between failure to thrive with child development (p = 0.028), failure to thrive was associated with gross motor development (p = 0.002) and speech skills (p = 0.050). Other variables related to child development were maternal education (p = 0.002), maternal employment (p = 0.003), income (p = 0.003), exclusive breastfeeding (p = 0.0034), and stimulation (p = 0.0005). Multivariate analysis showed failure to thrive remained consistently associated with child development (p = 0.002). Failure to thrive was associated with dubious development after controlling for several covariate variables. The implementation of early detection programs for child growth and development requires cooperation and commitment across the health and education sectors, namely integrating posyandu and Early Childhood Education activities.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Safitri
Abstrak :
Tugas akhir ini membangun collaborative elearning dengan menggunakan aplikasi video conference dan whiteboard untuk dapat digunakan dalam pembelajaran kolaborasi. Proses pembangunannya melalui tahapan pendefinisian perancangan kemudian implementasi dengan metode pemakaian ulang komponen yang diintegrasikan menjadi satu sistem. Alasan menggunakan metode ini adalah mempertimbangkan efisiensi waktu dan biaya, untuk bisa lebih fokus dalam pengembangan sistem dan penambahan fungsi pada tiap komponen yang digunakan. Pengujian performansi sistem dilakukan dengan membandingkan latency sistem yang digunakan pada koneksi modem dan LAN. Hasil pengujian ini adalah untuk rata - rata latency video conference pada modem adalah 58,5 ms dan pada LAN adalah 3 ms. Perbedaan ini disebabkan adanya keterbatasan bandwidth pada modem untuk melewatkan paket sebesar 304 - 422 kbps untuk uplink dan 273 - 414 kbps untuk downlink. Untuk rata - rata latency whiteboard pada modem adalah 2.9 ms dan pada LAN adalah 3.1 ms. Perbedaan latency pada whiteboard tidak terlalu besar karena paket yang dikirimkan per karakter adalah 500 - 700 bps untuk uplink dan 1,4 - 1,7 kbps untuk dowlink. Pengujian juga dilakukan dengan survey kepada 15 orang. Hasil pengujiannya adalah sistem memiliki tingkat usabilitas, fugsionalitas dan efisiensi diatas 3.5 dari skala 4. Dari kedua pengujian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa sistem telah dapat berjalan sesuai fungsi dan dapat digunakan untuk pembelajaran kolaborasi.
This final project is to create collaborative e-learning using video conference and whiteboard application to be used in collaboration learning. The creating process is through the step of design definition and then implementation with reuse component method that integrated to be one system. The reason using this method is to consider the time and cost efficiency, to be focuser in developing system and adding function for used component. System performance testing is done with compare the system latency used in modem connection to LAN connection. The testing result is the average of video conference latency for modem is 58.5 ms and for LAN is 3 ms. This difference is caused to bandwidth limitation in modem to pass the packet of 304 - 422 kbps for uplink and 273 - 414 for downlink. The average of whiteboard latency for modem is 2.9 ms and for LAN is 3.1 ms. The difference of whiteboard latency between modem and LAN is not too far because per character is sent about 500 - 700 bps for uplink and 1.4 - 1.7 kbps for downlink. The testing also be done with survey on 15 persons. The testing result is the system has usability, functionality and efficiency level up to 3.5 with scale of 4. By both testing can be concluded that the system works as its function and can be used to collaboration learning.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S40465
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library