Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rifki
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S41021
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Rifki
Abstrak :
Pendahuluan: Akses vaskular merupakan komponen penting pada terapi hemodialisis. Akses vaskular sementara menggunakan kateter sebelum akses permanen berupa fistula arteriovena. Kateter hemodialisis sebaiknya menggunakan tunneled double lumen catheter (TDLC). KDOQI 2006 menyarankan posisi ujung kateter berada di mid-atrium kanan. Pemasangan TDLC pada pasien-pasien dewasa di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) belum sepenuhnya menggunakan panduan fluoroskopi dalam mengetahui lokasi ujung kateter. Diperlukan penelitian untuk membandingkan ketepatan lokasi ujung kateter pada pemasangan TDLC dengan panduan fluoroskopi dibandingkan dengan tanpa panduan fluoroskopi. Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang, dilakukan di RSCM dan RS. Hermina Bekasi pada bulan Maret-April 2017. Subjek penelitian adalah pasien penderita penyakit ginjal tahap akhir dewasa yang menjalani hemodialisis dengan menggunakan TDLC yang ditindak di RSCM dan RS Hermina Bekasi. Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive. Luaran penelitian ini adalah ketepatan lokasi ujung kateter pada pemasangan TDLC dengan panduan fluoroskopi dibandingkan dengan pemasangan tanpa panduan fluoroskopi. Luaran lain yang dinilai adalah adekuasi berupa tarikan aliran darah pada saat hemodialisis (blood flow/Qb). Hasil: Studi ini meliputi 97 sampel dari masing-masing kelompok pemasangan TDLC. Terdapat perbedaan bermakna pada ketepatan posisi ujung kateter di dalam mid-atrium antara pemasangan TDLC dengan panduan fluoroskopi dibandingkan dengan tanpa panduan fluoroskopi, RR 5,603 (CI 95% 3,11-10,08; p < 0,001). Studi mengenai Qb meliputi 115 sampel dari kelompok fluoroskopik dan 55 sampel dari kelompok non fluoroskopik. Pada kelompok fluoroskopi, terdapat 3 subjek blood flow nya 300mL/menit ke atas, sedangkan pada kelompok non fluoroskopi terdapat 37 subjek yang blood flow nya 300mL/menit ke atas. Kesimpulan: Penggunaan panduan fluoroskopi pada pemasangan TDLC meningkatkan ketepatan posisi ujung kateter dibandingkan dengan tanpa panduan fluoroskopi. Terdapat limitasi penelitian pada luaran Qb, dikarenakan tidak memenuhi besar jumlah sampel minimal, sehingga penelitian ini tidak dapat melakukan analisis hubungan ketepatan lokasi ujung kateter dengan adekuasi. ......Introduction: Vascular access is an important part of hemodyalisis therapy. Temporary vascular access uses catheter before permanent access is set such as arteriovenous fistula. Hemodyalisis catheters sould use tunneled double lumen catheter (TDLC). KDOQI 2006 suggested that the position of the tip of the catheter ends in right mid-atrium. TDLC installment in adult patients in Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo hospital (RSCM) does not fully use fluoroscopy guidance to ensure the locaation of the catheter tip. Research is needed to compare the position of catheter tip of TDLC installation between the usage of fluoroscopy guide and not. Method: This was a cross sectional study conducted in RSCM and Hermina Bekasi Hospital from March to April 2017. The subjects of this research were patients with end stage kidney disease that underwent hemodyalisis with TDLC that were installed in RSCM and Hermina Bekasi Hospital. The subjects were taken consecutively. The outcome of this study was comparison between the accuracy of catheter tip position in TDLC installation with fluoroscopy guided and non guided. The other outcome was adequation in the form of blood flow in hemodyalisis (blood flow/Qb) Results: This study included 97 samples from each group of TDLC installation. There is a significant difference between fluoroscopy guided and non guided in TDLC installation catheter tip position wether it is in the mid-atrium or not with RR 5,603 (CI 95% 3,11-10,08; p < 0,001). The study about Qb included 115 samples from fluoroscopic group and 55 samples from non fluoroscopic group. There are 3 subjects whose blood flow were >300mL/minute, while in the non fluoroscopic group there were 37 subjects whose blood flow were > 300mL/minute. Conclusion: The usage of fluoroscopy guide in TDLC installment rises the accuracy of catheter tip position compared to non fluoroscopy guided TDLC installment. There was limitation in Qb outcome because the sample size was not enough, therefore the study about catheter tip position and adequation could not be analyzed.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Rifki
Abstrak :
Korosi pada logam menimbulkan kerugian yang tidak sedikit. Sebagai usaha untuk mencegah terjadinya korosi pada logam yang diakibatkan oksidasi dengan udara luar, maka salah satunya dapat dilakukan dengan pelapisan. Lapis listrik nikel adalah proses mendepositkan logam nikel murni ke permukaan material konduktif secara kimia dengan bantuan arus listrik searah. Nanokristalin NC material merupakan bahan yang penting pada aplikasi industri karena sifatnya yang unik terutama pada sifat mekanik, yaitu pada kekerasan dan daya lekat lapisan. Ada beberapa cara untuk mendapatkan pelapis nanokristalin pada elektrodeposisi seperti rapat arus, proses elektrodeposisi, dan penambahan zat aditif organik, salah satunya adalah sakarin. Penelitian ini menggunakan 2 parameter, yaitu aditif sakarin 0, 0.5, 1.0, 5.0, 10 g/l dan agitasi udara menggunakan agitasi dan tidak menggunakan agitasi . Dari hasil penelitian diatas akan didapatkan hasil ukuran butir bisa di dapatkan dari XRD , ketebalan lapisan, kekerasan uji kekerasan Vickers , laju korosi Uji kabut garam , dan kekuatan daya lekat Heat and quech test . Larutan elektrolit yang umum digunakan dalam industri lapis listrik nikel adalah larutan nikel Watts. Temperatur operasi yang akan digunakan adalah 55 oC dengan tingkat keasaman 4.0-4.2, tingkat keasaman langsung bisa didapatkan berdasarkan formula elektrolit dari Watts bath.Hasil penelitian menunjukkan dengan kenaikan jumlah sakarin dan penambah perilaku agitasi pada proses maka ukuran butir terendah didapat pada angka 35 nm dengan menggunakan sakarin sebanyak 10 g/L, kekerasan tertinggi didapat pada angka 593 HV dengan menggunakan sakarin sebanyak 10 g/L, Tingkat korosifitas terbaik didapat pada grade 8 dalam artian 0,1 dari luas area dengan menggunakan sakarin sebanyak 0, 5, dan 10 g/L, Tingkat adhesifitas terbaik didapat pada klasifikasi 5B tidak terdapat blister dengan menggunakan sakarin sebanyak 0, 5, dan 10 g/L. Semakin meningkatnya jumlah sakarin yang diberikan maka ukuran butir dan tingkat korosifitas akan semakin menurun, sedangkan kekerasan, dan adhesifitas yang akan semakin meningkat. Pemberian agitasi dalam proses akan menjadikan ukuran butir semakin menurun pula.
Corrosion in metal causes many losses. There are efforts to prevent corrosion in metal caused by oxidation with outside air, one of which is by coating. Nickel Electroplating is a process to deposit pure nickel metal into conductive material surface chemically with assistance of direct current. Nanocrystalline NC material is an important material in industry application because its unique nature, mainly mechanical and chemical natures. There are some techniques to obtain Nanocrystalline coating in electro deposition such as current density, mode of electrodeposition, and addition of organic additive substance, one of which is saccharine. This study uses 2 parameters, namely saccharine additive 0, 0.5, 1.0, 5.0, 10 g l , and air agitation using agitation and without using agitation . From the experiment results above, we will obtain a Cristal measurement result it can be obtained from XRD , coating thickness thickness meter , hardness Vickers Hardness , corrosion rate Salt Spray Test , and Kekuatan daya lekat Heat and quech test . Electrolyte solution generally used in nickel elektroplating industry is Watts nickel solution. Operation temperature to be used is 55 oC with acidity level by 4.0 4.2. The results showed that the increase of saccharin amount and the increase of agitation behavior on the process, the lowest crystal size was obtained at 35 nm using saccharin as much as 10 g L, the highest hardness was obtained at 593 HV by using saccharin as much as 10 g L, the best corrosive level Is obtained in grade 8 in terms of 0.1 of the area by using saccharin as much as 0, 5, and 10 g L. The best adhesive level is obtained in the 5B classification no blister using saccharin of 0, 5, and 10 g L. The increasing number of saccharine given will lead to decreasing size of crystallite size and corrosivity and also will lead to the increasing hardness and adhesivity. The provision of agitation in the process to produce size of crystal will be also decreasing.
Depok: Universitas Indonesia, 2017
T48095
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Rifki
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
S26388
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martin Rifki
Abstrak :
Direct Methanol Fuel Cell (DMFC) atau Sel Bahan Bakar Metanol Langsung, yang dapat mengkonversi energi kimia secara langsung menjadi energi listrik merupakan teknologi yang mulai berkembang pesat saat ini. Sebagai alat penghasil energi yang bekerja sangat efisien dan hampir tanpa emisi, maka pengembangan teknologi ini diharapkan mampu mengatasi kebutuhan energi yang semakin meningkat dewasa ini. Program Studi Teknik Kimia Universitas Indonesia telah memulai riset mengenai Sel Bahan Bakar jenis DMFC di awal tahun 2004. Namun, dalam perkembangannya sampai saat ini masih belum dihasilkan kinerja yang optimal dari sistem DMFC yang telah dibuat. Permasalahan yang terjadi adalah masih rendahnya densitas arus dan energi yang dihasilkan yang diperkirakan karena masih besarnya resistansi elektroda dan rendahnya aktivitas katalis komersial. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan densitas arus dan energi dari sistem DMFC dengan melakukan fabrikasi cell stack baru berbahan grafit dengan variasi pada open ratio dari flowfield dan fabrikasi Membrane Electrode Assembly (MEA) dengan katalis komersial dari E-TEK dengan variasi kandungan Nafion serta loading katalis anoda. Tahapan riset yang dilakukan meliputi: desain cell stack, fabrikasi cell stack, fabrikasi membrane electrode assembly (MEA), set-up sistem DMFC, dan uji sel tunggal untuk mengetahui kinerja DMFC. Fabrikasi cell stack menghasilkan dua buah cell stack berbahan grafit dengan variasi open ratio masing-masing adalah 80.3% dan 73.1%. Fabrikasi MEA telah membuat tiga buah MEA yang dipakai dalam penelitian kali ini dengan variasi kandungan Nafion 20 dan 40 wt% serta loading 3 dan 4 mg Pt-Ru/cm2. Metode brush coating katalis pada GDL memiliki efisiensi penguasan katalis rata-rata sebesar 70%. Dari hasil uji sel tunggal diketahui bahwa cell stack yang memiliki kinerja terbaik adalah yang memiliki open ratio 80.3% dengan densitas energi 25 mW/cm2 sedangkan open ratio 73.1% sebesar 14 mW/cm2. Kandungan Nafion yang memiliki kinerja terbaik adalah sebesar 40 wt% dengan densitas energi 19 mW/cm2 sedangkan kandungan Nafion 20% sebesar 6 mW/cm2. Kenaikan loading dari 3 mg Pt-Ru/cm2 ke 4 mg Pt-Ru/cm2 menunjukkan peningkatan densitas energi DMFC dari 16 mW/cm2 menjadi 18 mW/cm2. Bila dibandingkan dengan hasil riset intemasional, kinerja DMFC penelitian ini masih setengah kalinya bila dilihat dari sisi densitas energi yang dihasilkan, yaitu dengan densitas energi maksimum sebesar 24.75 mW/cm2 sedangkan hasil riset intemasional telah mencapai 39.42 mW/cm2 pada kondisi operasi yang sama.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49602
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rifki
Abstrak :
ABSTRAK Dalam transaksi perdagangan internasional yang menggunakan letter of Credit (L/C) terdapat dua permasalah krusial. Pertama, pembayaran L/C hanya dapat dilakukan jika terdapat presentasi yang sesuai. Dalam praktiknya banyak terjadi ketidaksesuaian antara dokumen-dokumen yang disyaratkan oleh L/C (discrepancies). Kedua, bank hanya berurusan dengan dokumen-dokumen tidak dengan barang sehingga pihak beneficiary dari L/C yang berkudukan di negara lain sangat berpeluang melakukan fraud, seperti mempresentasikan dokumen yang dipersyaratkan L/C tetapi tidak melakukan pengiriman barang (ekspor fiktif) ataupun mengirimkan barang, namun barang yang dikirim merupakan barang rongsok. Pengadilan yang memiliki kewenangan memeriksa perkara sengketa demikian dalam praktiknya memiliki pandangan sendiri dalam memeriksa dan memutus perkara. Dengan menggunakan metode kualitatif dan tipologi deskriptif, sumber-sumber hukum di bidang L/C seperti aturan, doktrin dan praktik-praktik perbankan di bidang L/C dianalisis bersama-sama dengan putusan pengadilan mengenai discrepancies dan fraud. Hasil dari penelitian ini menjelaskan adanya perbedaan antara pertimbangan dan putusan pengadilan dengan pengaturan-pengaturan maupun dengan teori-teori yang ada di bidang hukum L/C. ......Letter of Credit (L/C) in international trade has two crusial issues. Firstly, the credit will only be honoured against complying presentation. In practice, presenting the documents to the bank seems like a hassle, there are a lot of discrepancies between the documents and L/C requirements. Secondly, banks only deal with documents and not with goods, therefore the beneficiary of L/C overseas have an advantageous opportunities to commit fraud, e.g. the beneficiary ships a non-existent cargo or the goods are in inferior quality or quantity. Court has judicial authority to hear and decide, they also have their own view when deciding such cases. This thesis uses qualitative research analytical and descriptive typological methods to address the issue. Thus the sources of L/C law, such as rules, doctrines and banking practices are analyzed together with the court verdict regarding discrepancies and fraud. The outcome of this study is to point out a contrast between the law of the L/C and the court verdict.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
S57073
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Rifki
Abstrak :
[Kurangnya penguasaan teknologi pengolahan bijih mangan menjadi ferromangan merupakan salah satu penyebab tingginya impor ferromangan yang dilakukan oleh industri baja nasional. Kualitas produk ferromangan dan juga pencapaian konsumsi energi listrik yang effisien per Kg ferromangan yang dihasilkan menjadi faktor penting pengembangan teknologi ini. Jumlah batubara sebagai reduktor merupakan salah satu parameter utama kesuksesan produksi yang nantinya akan dilihat berdasarkan kualitas FeMn (Kadar Mn hingga 75%) dan seberapa besar power consumption-nya. Pada penelitian ini akan dilakukan proses pembuatan ferromangan dari bahan baku bijih mangan local dengan menggunakan SAF (Submerged Arc Furnace). Variabel yang akan dipakai adalah jumlah batubara sebagai reduktor, yaitu 40.33%, 47%, 53.67%, dan 60.33%. Karakterisasi produk menggunakan XRF (input dan ouput produk), XRD (Mn Ore), dan Proksimat analisis (batubara). Hasil penelitian menunjukan dengan kenaikan jumlah reduktor maka massa produk, kadar mangan, yield product, massa off gas, konsumsi energi, dan persentase fosfor dan sulfur akan meningkat pula. Jumlah produk ferromangan tertinggi didapat pada angka 9.1 kg dengan menggunakan batubara 53.67%. kadar Mn tertinggi didapat pada angka 72% dengan pemakaian batubara 53.67% dan kadar terkecil yaitu 63.12% dengan pemakaian batubara 40.33%. Off gass tertinggi pada angka 33.5 kg dengan pemakaian batubara 60.33% menunjukkan proses reduksi yang tidak optimal, dimana proses reduksi tidak berjalan sempurna. Energi yang paling tinggi di dapatkan pada berat batubara 40.33% yaitu 12.45 Kwh/Kg FeMn, sedangkan yang paling optimum dari segi energi, yaitu didapatkan pada berat batubara 47% dengan 7.56 Kwh/Kg FeMn. %P yang paling tinggi dengan pemakaian batubara 53.67% dengan hasil 0.74% fosfor. Sedangkan untuk %S yang paling tinggi dengan pemakaian batubara 16.1 Kg dengan hasil 0.9% sulfur. Batubara dengan persentase 47% merupakan yang paling optimum apabila dilihat dari aspek ekonomi, %P %S, konsumsi energi, dan kadar mangan.;Due to lack of knowledge and capability to develop new technology for reduction of ferromanganese metal, the number of imported ferromanganese are also increasing in Indonesia. This present study will carried out new perspective to produce ferromanganese metal from Indonesian local manganese ore itself to maintain the demand of ferromanganese product for local industries. The experiment will based on medium grade manganese ore from Jember, East Java ? Indonesia and using mini submerged arc furnace (SAF) as its technology to reduce manganese ore into ferromanganese metal. Influence of various number of coal as its reductor agent have been ninvestigated. The optimized parameter has been established to obtain maximum yield. The experiments with 30 kg of manganese ore, 12 kg of limestone, and various number of coal ranging from 40.33%, 47%, 53.67%, and 60.33% have been carried out. The efforts have also been made to reduce the electrical consumption and the cost of production by using coal instead of cokes. The result showed that an increase in number of reductor increases the amount of product, manganese content, yield ratio, mass of offgas, energy consumption, phosphorus and sulfur content. Biggest number of ferromanganese which can be produced is 9.1 kg with 72% manganese content inside the metal from 53.67% coal and the smallest manganese content is 63.12%Mn from 40.33% coal. Biggest number of off gasses is 33.5 kg which came from 60.33% coal and this phenomena showed that reduction process is not efficient. Highest energy consumption came from 40.33% coal which is 12.45 kwh/kg FeMn product, and the most efficient energy is produced by 53.67% coal which is 7.56 kwh/kg FeMn product. Biggest phosphorus and sulfur content came from 53.67% coal which is 0.74%P and 0.9%S. As the last result, the most optimum research has been carried out by 47% of coal.;Due to lack of knowledge and capability to develop new technology for reduction of ferromanganese metal, the number of imported ferromanganese are also increasing in Indonesia. This present study will carried out new perspective to produce ferromanganese metal from Indonesian local manganese ore itself to maintain the demand of ferromanganese product for local industries. The experiment will based on medium grade manganese ore from Jember, East Java ? Indonesia and using mini submerged arc furnace (SAF) as its technology to reduce manganese ore into ferromanganese metal. Influence of various number of coal as its reductor agent have been ninvestigated. The optimized parameter has been established to obtain maximum yield. The experiments with 30 kg of manganese ore, 12 kg of limestone, and various number of coal ranging from 40.33%, 47%, 53.67%, and 60.33% have been carried out. The efforts have also been made to reduce the electrical consumption and the cost of production by using coal instead of cokes. The result showed that an increase in number of reductor increases the amount of product, manganese content, yield ratio, mass of offgas, energy consumption, phosphorus and sulfur content. Biggest number of ferromanganese which can be produced is 9.1 kg with 72% manganese content inside the metal from 53.67% coal and the smallest manganese content is 63.12%Mn from 40.33% coal. Biggest number of off gasses is 33.5 kg which came from 60.33% coal and this phenomena showed that reduction process is not efficient. Highest energy consumption came from 40.33% coal which is 12.45 kwh/kg FeMn product, and the most efficient energy is produced by 53.67% coal which is 7.56 kwh/kg FeMn product. Biggest phosphorus and sulfur content came from 53.67% coal which is 0.74%P and 0.9%S. As the last result, the most optimum research has been carried out by 47% of coal., Due to lack of knowledge and capability to develop new technology for reduction of ferromanganese metal, the number of imported ferromanganese are also increasing in Indonesia. This present study will carried out new perspective to produce ferromanganese metal from Indonesian local manganese ore itself to maintain the demand of ferromanganese product for local industries. The experiment will based on medium grade manganese ore from Jember, East Java – Indonesia and using mini submerged arc furnace (SAF) as its technology to reduce manganese ore into ferromanganese metal. Influence of various number of coal as its reductor agent have been ninvestigated. The optimized parameter has been established to obtain maximum yield. The experiments with 30 kg of manganese ore, 12 kg of limestone, and various number of coal ranging from 40.33%, 47%, 53.67%, and 60.33% have been carried out. The efforts have also been made to reduce the electrical consumption and the cost of production by using coal instead of cokes. The result showed that an increase in number of reductor increases the amount of product, manganese content, yield ratio, mass of offgas, energy consumption, phosphorus and sulfur content. Biggest number of ferromanganese which can be produced is 9.1 kg with 72% manganese content inside the metal from 53.67% coal and the smallest manganese content is 63.12%Mn from 40.33% coal. Biggest number of off gasses is 33.5 kg which came from 60.33% coal and this phenomena showed that reduction process is not efficient. Highest energy consumption came from 40.33% coal which is 12.45 kwh/kg FeMn product, and the most efficient energy is produced by 53.67% coal which is 7.56 kwh/kg FeMn product. Biggest phosphorus and sulfur content came from 53.67% coal which is 0.74%P and 0.9%S. As the last result, the most optimum research has been carried out by 47% of coal.]
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S62561
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rifki
Abstrak :
ABSTRACT
Pengenalan ekspresi wajah telah menjadi tantangan dalam ilmu digital selama bertahun-tahun. Dengan pertumbuhan baru-baru ini di dalam bidang machine learning, sistem pengenalan ekspresi wajah secara real-time dengan machine learning dapat berguna untuk sistem monitoring emosi untuk interaksi manusia-komputer (HCI). Model yang penulis ajukan dirancang dengan model Convolutional Neural Network (CNN) dan menggunakannya untuk melatih dan menguji gambar ekspresi wajah dengan TensorFlow. Sistem ini memiliki dua bagian, sebuah recognizer untuk validasi dan model pelatihan data untuk data training. recognizer berisi detektor wajah dan pengenal ekspresi wajah. Detektor wajah mengekstrak gambar wajah dari frame video dan pengenal ekspresi wajah mengklasifikasikan gambar yang diekstrak. Model pelatihan data menggunakan CNN untuk melatih data. Sistem pengenal juga menggunakan CNN untuk memantau keadaan emosi dari pengguna melalui ekspresi wajah mereka. Sistem ini mengklasifikasikan emosi dalam enam kelas universal, marah, jijik, senang, terkejut, sedih dan takut, ditambah dengan emosi netral.
ABSTRACT
The introduction of facial expressions has been a challenge in digital science for many years. With the recent growth in machine learning, a real-time facial recognition recognition system with machine learning can be useful for emotional monitoring systems for human-computer interaction (HCI). The model the author proposes is designed with the Convolutional Neural Network (CNN) model and uses it to train and test facial expression images with TensorFlow. The system has two parts, a recognizer for validation and a data training model for training data. The recognizer contains face detector and facial recognition. The face detector extracts the face image from the video frame and facial expression identifiers classify the extracted image. The data training model uses CNN to train data. The identification system also uses CNN to monitor the emotional state of the user through their facial expressions. This system classifies emotions in six universal classes, anger, disgust, pleasure, shock, sadness and fear, coupled with neutral emotions.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gian Ahmad Rifki
Abstrak :
Manajemen Talenta dalam hal ini merupakan praktik pengelolaan Sumber Daya Manusia yang erat berkaitan dengan hasil kinerja dari individu dan organisasi. Masih sangat sedikit literatur yang membahas mengenai topik ini khususnya pada sektor publik di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari praktik manajemen talenta (Talent Management) terhadap kinerja individu pegawai (Individual Work Performance) dari pegawai di lingkungan Direktorat ABC dengan mediasi keterikatan kerja (Work Engagement). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang dikumpulkan menggunakan metode kuesioner. Selanjutnya data tersebut dianalisis menggunakan structural equation modeling (SEM) dengan perangkat lunak LISREL untuk mengetahui hubungan antarvariabel. Hasil penelitian yang dilakukan berdasarkan kuesioner yang diberikan kepada para talenta di lingkungan Direktorat ABC tahun 2022 menunjukkan bahwa keterikatan kerja memediasi secara penuh hubungan antara manajemen talenta dan kinerja individu pegawai. Dalam hal ini manajemen talenta memberikan pengaruh kepada kinerja individu pegawai melalui keterikatan kerja. ......Talent Management is a practice of managing human resources that is closely related to the performance outcomes of individuals and organizations. There is still limited literature discussing this topic, especially in the public sector in Indonesia. This study aims to determine the influence of talent management practices on individual work performance of employees in the Directorate ABC, with work engagement as a mediating factor. The data used in this research are primary data collected through a questionnaire survey. The data was then analyzed using structural equation modeling (SEM) with LISREL software to determine the relationships between variables. The results of the study, based on the questionnaires administered to the talents in the Directorate ABC in 2022, indicate that work engagement fully mediates the relationship between talent management and individual work performance. In this context, talent management influences individual work performance through work engagement.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Badzlina Tsaabitah Rifki
Abstrak :
Superparamagnetic Iron Oxide Nanoparticles (SPION) adalah partikel yang terbuat dari kristal besi oksida yang memiliki ukuran dalam skala nanometer. Dengan memiliki sifat magnetis dan ukuran yang kecil membuat SPION banyak digunakan untuk berbagai aplikasi medis, seperti sebagai agen diagnosis pada MRI dan agen penghantar obat. Metode kopresipitasi merupakan metode sintesis SPION yang paling banyak digunakan karena memiliki prosedur yang sederhana, ekonomis, dan efisien. Namun, karakteristik SPION yang dihasilkan sulit diatur, khususnya distribusi ukuran partikel. Hal ini dapat diatasi dengan mengatur kondisi sintesis serta melakukan optimasi terlebih dahulu sebelum membuat SPION dalam skala besar. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kondisi sintesis SPION yang optimal menggunakan metode kopresipitasi serta mengetahui karakteristik SPION yang dihasilkan. Pada penelitian ini dilakukan optimasi suhu pemanasan tambahan dan durasi pengadukan pada proses pembuatan SPION menggunakan metode kopresipitasi. Hasil SPION dikarakterisasi menggunakan Particle Size Analyzer (PSA), X-Ray Diffraction (XRD), dan Transmission Electron Microscopy (TEM) untuk memperoleh data ukuran partikel, distribusi ukuran partikel, indeks polidispersitas, potensial zeta, morfologi, dan kristalinitas. SPION optimal diperoleh menggunakan metode kopresipitasi dengan penambahan pemanasan dengan suhu 120°C dan durasi pengadukan selama 45 menit. SPION optimal memiliki ukuran hidrodinamis partikel 230,5 ± 19,09 nm, ukuran partikel 128,601 ± 30,76 nm, dengan inti kristal berukuran 12,36 nm, PDI 0,807 ± 0,01, dan potensial zeta -23,9 ± 0,14. ......Superparamagnetic Iron Oxide Nanoparticles (SPIONs) are nanometer-sized particles made of iron oxide crystals. Due to their magnetic properties and small size, SPIONs are widely used for various medical applications, such as diagnostic agents in MRI and drug delivery agents. The coprecipitation method is the most widely used SPIONs synthesis method because it has a simple, economical, and efficient procedure. However, the characteristics of the resulting SPIONs are difficult to regulate, especially the particle size distribution. This can be overcome by setting the synthesis conditions and optimizing them before producing SPIONs on a large scale. This study aims to obtain optimal SPIONs synthesis conditions using the coprecipitation method and to determine the characteristics of the resulting SPIONs. In this research, optimization of additional heating temperature and stirring duration was carried out in the process of making SPIONs using the coprecipitation method. SPIONs were characterized using Particle Size Analyzer (PSA), X-Ray Diffraction (XRD), and Transmission Electron Microscopy (TEM) to obtain data on particle size, particle size distribution, polydispersity index, zeta potential, morphology, and crystallinity. Optimal SPIONs were obtained using the coprecipitation method with addition of heating at a temperature of 120°C and a stirring duration of 45 minutes. The optimal SPIONs have a hydrodynamic particle size of 230.5 ± 19.09 nm, particle size of 128,601 ± 30,76 nm, with a crystal core measuring 12.36 nm, PDI 0,807 ± 0.01, and a zeta potential of -23.9 ± 0.14.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>