Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rifa Nadya Syahira
"Risiko kesalahan penggunaan obat pada praktik swamedikasi untuk pasien anak cukup besar meliputi pemilihan obat hingga regimen dosis yang berdampak negatif pada keselamatan pasien. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perilaku swamedikasi dapat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan sikap yang dimiliki oleh pasien. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengetahuan, sikap, terhadap perilaku pelaksanaan  swamedikasi obat batuk, flu, dan demam pada anak-anak di wilayah Jabodetabek. Desain penelitian menggunakan pendekatan cross-sectional dengan metode mixed method tipe embedded design. Data diperoleh dengan teknik consecutive sampling menggunakan kuesioner yang telah memenuhi syarat valid dan reliabel melalui uji validitas dan reliabilitas. Data primer diperoleh melalui kuesioner yang diisi oleh 239 orang tua di Jabodetabek dan dianalisis menggunakan program IBM®SPSS® versi 26. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden menunjukkan pengetahuan (70,7%), sikap (84,1%), dan perilaku (94,6%) yang baik terkait swamedikasi anak. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap (p = <0.001; r = 0.494), pengetahuan dan perilaku (p = <0.001; r = 0.278), serta sikap dan perilaku (p = <0.001; r = 0.381) terkait swamedikasi anak. Semakin baik pengetahuan dan sikap orang tua terhadap swamedikasi, semakin baik perilaku mereka dalam melakukan swamedikasi pada anak. Terdapat perbedaan yang signifikan dalam pengetahuan, sikap, dan perilaku swamedikasi antara responden berdasarkan usia, jenis kelamin, dan pendapatan (p <0.05). Namun, tidak terdapat perbedaan yang signifikan berdasarkan tingkat pendidikan dan status pekerjaan (p >0.05). Studi ini memberikan pemahaman tentang pola swamedikasi pada orang tua di Jabodetabek, serta faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan perilaku swamedikasi.

The risk of medication errors in self-medication practices for pediatric patients is significant, including issues related to drug selection and dosing regimens that can negatively impact patient safety. Several studies have shown that self-medication practices can be influenced by the level of knowledge and attitudes held by patients. This research aims to analyze the knowledge, attitudes, and practices related to self-medication for cough, flu, and fever medications in children in the Jabodetabek area. The design of this research is cross-sectional with a mixed-methods embedded design. Data was collected by using consecutive sampling technique using questionnaire that had fulfilled the validity and reliability test. Primary data was obtained from 239 parents in the Jabodetabek area and analyzed using IBM® SPSS® version 26. The research findings indicate that the majority of respondents demonstrated good knowledge (70.7%), attitudes (84.1%), and behaviors (94.6%) regarding self-medication practices for children. There were significant positive correlation between knowledge and attitudes (p = <0.001; r = 0.494), knowledge and behaviors (p = <0.001; r = 0.278), as well as attitudes and behaviors (p = <0.001; r = 0.381) regarding self-medication practices for children. The better the knowledge and attitudes of parents towards self-medication, the better their behaviors in practicing self-medication. There were significant correlation in knowledge, attitudes, and practices related to self-medication among respondents based on age, gender, and income (p <0.05). However, no significant differences were found based on education level and employment status (p >0.05). This study provides insights into the patterns of self-medication practices among parents in the Jabodetabek area."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifa Nadya Syahira
"Pengkajian dan pelayanan resep dari dokter untuk pasien menjadi salah satu pelayanan kefarmasian penting di apotek khususnya dalam pelayanan farmasi klinik. Laporan ini menganalisis resep obat untuk penyakit selesma dan faringitis yang diterima di Apotek Kimia Farma 298 Bendungan Hilir selama Oktober 2023. Terdapat berbagai aspek dalam kegiatan pengkajian resep diantaranya meliputi aspek administrasi, farmasetika, dan klinis. Tujuannya adalah mengkaji kelengkapan resep berdasarkan aspek administrasi, farmasetis, dan klinis sesuai standar pelayanan kefarmasian. Penelitian ini juga membahas terapi farmakologi dan non-farmakologi yang diberikan kepada pasien dengan keluhan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA). Hasil analisis menunjukkan bahwa resep yang diterima telah memenuhi persyaratan aspek administrasi dan farmasetik, termasuk keabsahan data dan ketersediaan informasi yang relevan. Tidak ditemukan interaksi obat yang membahayakan pasien. Obat yang diresepkan, seperti lameson, bisolvon, rhinos-SR, dan cefat, telah sesuai dengan indikasi dan dosis untuk pengobatan selesma dan faringitis. Namun, informasi tambahan seperti berat badan pasien diperlukan untuk penyesuaian dosis yang lebih akurat, terutama bagi pasien dengan kondisi khusus seperti obesitas atau malnutrisi. Kesimpulannya, resep yang dianalisis sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian, memberikan jaminan keamanan dan efektivitas terapi bagi pasien.

The evaluation and dispensing of prescriptions by doctors for patients are crucial pharmaceutical services, particularly in clinical pharmacy practice. This report analyzes prescriptions for common cold (selesma) and pharyngitis received at Kimia Farma 298 Bendungan Hilir Pharmacy in October 2023. The analysis encompasses three critical aspects: administrative, pharmaceutical, and clinical, in alignment with established pharmaceutical care standards. It also explores the pharmacological and non-pharmacological therapies provided to patients presenting with upper respiratory tract infections (URTI). The findings reveal that the prescriptions fulfilled administrative and pharmaceutical criteria, including data validity, prescription completeness, and the availability of relevant patient information. Importantly, no harmful drug interactions were identified, ensuring the safety of prescribed medications. The drugs evaluated, such as lameson, bisolvon, rhinos-SR, and cefat, were deemed appropriate in terms of their indications and dosages for the treatment of common cold and pharyngitis. However, the study highlights the need for additional patient-specific information, such as body weight, to ensure precise dosage adjustments, especially for individuals with conditions like obesity or malnutrition. In conclusion, the analyzed prescriptions adhere to pharmaceutical care standards, ensuring therapy safety and effectiveness for patients. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rifa Nadya Syahira
"Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan serangkaian kegiatan untuk memastikan bahwa terapi obat yang diberikan kepada pasien bersifat aman, efektif, dan rasional. Penelitian ini menganalisis Pemantauan Terapi Obat (PTO) pasien spondilitis tuberkulosis di RSUP Fatmawati. Studi dilakukan untuk mengevaluasi masalah terapi obat, memberikan rekomendasi intervensi, serta memahami peran apoteker dalam pelayanan farmasi klinis. Berdasarkan evaluasi menggunakan metode PCNE dan Gyssens, beberapa masalah terkait obat ditemukan, seperti penggunaan antibiotik yang berpotensi efek samping, durasi pemberian obat yang tidak sesuai, dan interaksi obat. Intervensi yang dilakukan melibatkan penyesuaian regimen obat untuk meminimalkan risiko Reaksi Obat Tidak Dikehendaki (ROTD) dan meningkatkan efektivitas terapi. Hasil menunjukkan bahwa kombinasi obat antituberkulosis (OAT) yang diberikan pasien, yaitu rifampisin dan etambutol, sudah sesuai dengan panduan klinis, tetapi ditemukan beberapa kejadian masalah terkait obat lain, seperti risiko hepatotoksik pada kombinasi rifampisin dan parasetamol serta interaksi ceftriaxone dengan larutan infus. Intervensi terhadap masalah tersebut berhasil diselesaikan. Analisis Gyssens mengidentifikasi bahwa pemilihan antibiotik cefixime sebaiknya menggunakan alternatif yang lebih aman untuk perawatan lanjutan. Kesimpulannya, PTO membantu meningkatkan kualitas terapi pasien dan mencegah risiko ROTD. Diharapkan, PTO terus dilaksanakan sejak awal perawatan hingga pasca-perawatan untuk mencapai terapi yang lebih optimal.

Drug Therapy Monitoring encompasses a series of activities to ensure that patient medication is safe, effective, and rational. This study analyzed Drug Therapy Monitoring for tuberculosis spondylitis patients at RSUP Fatmawati. The study aimed to evaluate drug-related problems (DRPs), provide intervention recommendations, and understand the pharmacist's role in clinical pharmacy services. Based on evaluations using the PCNE and Gyssens methods, several drug-related issues were identified, such as the use of antibiotics with potential adverse effects, inappropriate drug durations, and drug interactions. Interventions involved adjusting drug regimens to minimize the risk of Adverse Drug Reactions (ADRs) and enhance therapeutic efficacy. The findings showed that the antituberculosis drug combination (rifampicin and ethambutol) administered to patients aligned with clinical guidelines. However, some drug-related issues were noted, such as hepatotoxic risk from the combination of rifampicin and paracetamol and interactions between ceftriaxone and infusion solutions. These issues were successfully resolved through interventions. The Gyssens analysis identified that cefixime could be substituted with safer alternatives for long-term treatment. In conclusion, this monitoring improves the quality of patient therapy and reduces ADR risks. Continuous from admission to post-care is recommended to optimize therapy and ensure patient safety. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rifa Nadya Syahira
"Pengelolaan persediaan obat di fasilitas kesehatan merupakan aspek penting dalam mendukung pelayanan kesehatan. Sistem pengelolaan yang tidak efektif dapat menyebabkan kekurangan atau kelebihan stok, sehingga menghambat distribusi obat kepada pasien. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengendalian persediaan obat di Instalasi Farmasi Puskesmas Duren Sawit menggunakan metode FSN (Fast, Slow, Non-Moving) selama periode Januari – Desember 2023. Metode FSN membantu mengidentifikasi perputaran obat berdasarkan tingkat konsumsi, yang dibagi menjadi kategori fast moving (cepat bergerak), slow moving (lambat bergerak), dan non-moving (tidak bergerak). Hasil analisis menunjukkan bahwa dari keseluruhan obat, 52,16% masuk dalam kategori fast moving, 22,84% termasuk slow moving, dan 25% dikategorikan sebagai non-moving. Pada program Pasien Rujuk Balik (PRB), sebagian besar obat juga masuk dalam kategori fast moving, yang menunjukkan tingginya tingkat penggunaan obat tertentu. Penelitian ini menggarisbawahi pentingnya pengelolaan stok yang efisien, terutama bagi obat fast moving, untuk menghindari risiko kekurangan maupun surplus stok. Rekomendasi yang diajukan meliputi penerapan metode FEFO (First Expired First Out) guna memprioritaskan penggunaan obat berdasarkan tanggal kedaluwarsa serta pelaksanaan audit berkala. Dengan langkah ini, pengelolaan persediaan dapat dioptimalkan sehingga distribusi obat lebih tepat sasaran dan mutu layanan farmasi di fasilitas kesehatan meningkat.

The management of medicine inventory in healthcare facilities plays a crucial role in supporting patient care services. Ineffective inventory management may lead to stock shortages or surpluses, disrupting medicine distribution to patients. This study aimed to analyze the control of medicine inventory in the Pharmacy Installation of Duren Sawit Public Health Center using the FSN (Fast, Slow, Non-Moving) method during the period of January -December 2023. The FSN method categorizes medicines based on their consumption rate into three categories: fast-moving, slow-moving, and non-moving. The analysis results revealed that 52.16% of medicines were categorized as fast-moving, 22.84% as slow-moving, and 25% as non-moving. In the Pasien Rujuk Balik (PRB) program, the majority of medicines also fell under the fast-moving category, indicating high utilization rates. This study highlights the importance of efficient stock management, especially for fast-moving medicines, to mitigate the risks of stock shortages or surpluses. Recommendations include implementing the FEFO (First Expired First Out) method to prioritize medicines nearing expiration and conducting regular audits. These measures aim to optimize inventory management, ensure timely medicine distribution, and improve pharmacy service quality in healthcare facilities. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rifa Nadya Syahira
"Inspeksi diri merupakan salah satu prinsip CDOB untuk mengusulkan langkah-langkah perbaikan yang diperlukan. Laporan ini mengevaluasi pelaksanaan inspeksi diri terkait pengelolaan narkotika dan psikotropika di PT Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) Cabang Bogor selama Februari 2024 berdasarkan dokumen formulir inspeksi diri yakni FORM/LOG/QA/077. Inspeksi diri bertujuan untuk memastikan kepatuhan terhadap regulasi sesuai standar Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) guna menjamin keamanan, khasiat, dan mutu obat. Metode yang digunakan meliputi observasi, wawancara, dan analisis dokumen serta SOP terkait pengadaan, penyimpanan, penyaluran, dan dokumentasi. Hasil evaluasi menunjukkan KFTD Bogor telah memenuhi standar yang ditetapkan Badan POM. Pengelolaan narkotika dan psikotropika dilakukan dengan langkah-langkah yang sistematis dan sesuai peraturan, termasuk pengendalian akses, pemisahan ruang penyimpanan, dan dokumentasi tertib. Namun, formulir inspeksi diri perlu diaudit terlebih dahulu serta diperlukan perbaikan seperti penerapan penyimpanan alfabetis untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan. Kesimpulannya, inspeksi diri telah dilaksanakan dengan baik, dan hasilnya menunjukkan tingkat kepatuhan yang tinggi terhadap regulasi yang berlaku, memberikan jaminan pengelolaan yang aman dan bertanggung jawab atas narkotika dan psikotropika di PT Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) Cabang Bogor.

Self-inspection is a key principle of Good Distribution Practices (GDP) to propose necessary improvement measures. This report evaluates the implementation of self-inspection concerning the management of narcotics and psychotropics at PT Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) Bogor Branch in February 2024, based on the self-inspection document FORM/LOG/QA/077. The self-inspection aims to ensure compliance with regulations aligned with GDP standards to guarantee the safety, efficacy, and quality of medicines. Methods included observations, interviews, and analysis of documents and Standard Operating Procedures (SOPs) related to procurement, storage, distribution, and documentation. The evaluation revealed that KFTD Bogor meets the standards set by the National Agency of Drug and Food Control (BPOM). The management of narcotics and psychotropics is conducted systematically and adheres to regulations, including access control, segregated storage, and orderly documentation. However, the self-inspection form requires prior auditing, and improvements such as implementing alphabetical storage are suggested to enhance management efficiency. In conclusion, the self-inspection was effectively executed, demonstrating a high level of regulatory compliance and ensuring safe and accountable management of narcotics and psychotropics at PT Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) Bogor Branch. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rifa Nadya Syahira
"Penanganan penyimpangan berperan penting sebagai penjamin kualitas produk dengan terus meningkatkan kualitasnya. Penanganan penyimpangan di PT Kalbio Global Medika bertujuan untuk memastikan kualitas dan keamanan produk farmasi sesuai pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Proses ini mencakup identifikasi, evaluasi risiko, investigasi akar penyebab, dan implementasi tindakan korektif serta pencegahan (CAPA). Penyimpangan dikelompokkan menjadi tiga kategori berdasarkan tingkat keparahan: kritikal, mayor, dan minor, yang dihitung menggunakan Risk Prioritization Number (RPN). Peran utama departemen Quality Assurance (QA) adalah memimpin investigasi, mengembangkan CAPA, dan memonitor tren penyimpangan setiap enam bulan. Implementasi sistem penanganan penyimpangan ini telah memenuhi seluruh persyaratan CPOB, termasuk pelaporan penyimpangan dalam waktu 24 jam, investigasi menyeluruh menggunakan metode seperti diagram tulang ikan, dan evaluasi dampak terhadap produk. Hasil penelitian menunjukkan PT Kalbio Global Medika memiliki prosedur yang terstruktur dan efektif untuk mengelola penyimpangan guna meningkatkan kualitas produk farmasi. Penggunaan metode seperti Failure Mode Effect Analysis (FMEA) dan tren data memastikan tindakan perbaikan yang berkelanjutan. Rekomendasi utama adalah revisi dokumen SOP untuk meningkatkan akurasi dan implementasi.

Deviation handling plays a critical role in ensuring product quality by continuously improving standards. Deviation management at PT Kalbio Global Medika aims to guarantee the quality and safety of pharmaceutical products in accordance with Good Manufacturing Practices (GMP). The process includes identifying, risk evaluating, root cause investigating, and implementing corrective and preventive actions (CAPA). Deviations are categorized into three levels based on severity—critical, major, and minor—calculated using the Risk Prioritization Number (RPN). The Quality Assurance (QA) department is pivotal in leading investigations, developing CAPA, and monitoring deviation trends every six months. The implementation of this deviation handling system complies fully with GMP requirements, including reporting deviations within 24 hours, conducting comprehensive investigations using methods like the fishbone diagram, and assessing the impact on products. The study results demonstrate that PT Kalbio Global Medika has a structured and effective procedure for managing deviations to enhance pharmaceutical product quality. Methods such as Failure Mode Effect Analysis (FMEA) and trend analysis ensure sustainable improvement. The primary recommendation is to revise the SOP documents to improve accuracy and implementation. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library