Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Riezky Yulviani Armanita
Abstrak :
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 diketahui AKB (Angka Kematian Bayi) di Indonesia adalah 32 kematian per 1000 kelahiran hidup. Angka ini masih jauh dari target RPJMN 2015 – 2019 yang menargetkan AKB tahun 2019 sebesar 24/1000 kelahiran hidup, dan target Sustainable Development Goals (SDGs) yang menargetkan AKB tahun 2030 sebesar 12/1000 kelahiran hidup. AKB tersebut menunjukkan peningkatan derajat kesehatan anak di Indonesia belum sesuai dengan yang diharapkan, dan dapat mengancam kelangsungan hidup anak di Indonesia. Selain itu, menurut Bank Dunia, pengalokasian anggaran bidang kesehatan belum maksimal. Penelitian ini dilakukan untuk pengaruh realisasi pengeluaran kesehatan pemerintah daerah terhadap angka kematian bayi di Indonesia. Penelitian ini juga melibatkan beberapa variabel yaitu pengeluaran kesehatan, jumlah persalinan ditolong tenaga kesehatan, pendidikan wanita, pemberian vaksin tetanus toksoid serta jumlah penduduk perdesaan. Hasil penelitian diketahui pendidikan wanita dan persalinan ditolong tenaga kesehatan merupakan faktor yang signifikan terhadap kematian bayi. Penelitian ini menyarankan agar alokasi anggaran kesehatan pemerintah berfokus pada program kesehatan untuk mencapai tujuan SDGs. Selain itu, peningkatan sarana prasarana kesehatan di perdesaan. ...... Based on the Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) in 2012, IMR (Infant Mortality Rate) in Indonesia was 32 deaths per 1000 live births. This number was still far from the 2015 - 2019 RPJMN goals that mention IMR dropped to 24/1000 live births by 2019, and the Sustainable Development Goals (SDGs) targeted the IMR reduced to 12/1000 live births by 2030. The IMR shows that improving children's health status in Indonesia is not as expected, and can threat the survival of children in Indonesia. In addition, according to the World Bank, the allocation of health budget has not been maximized. This research was conducted to influence the realization of health expenditure of local government to infant mortality rate in Indonesia. The study also involved several variables namely health expenditure, number of deliveries assisted by health personnel, female education, tetanus toxoid vaccine and the number of rural population. The results of the research that female education and childbirth assisted by health personnel are significant factors to degrade infant mortality rate. This study suggests that government health budget allocations are focusing on health programs to achieve the objectives of the SDGs. In addition, improvement of health infrastructure in rural areas needs to be develop.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T52787
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riezky Yulviani Armanita
Abstrak :
Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan karena dari tahun ke tahun terus meningkat. Hal ini disebabkan pergeseran cara penularan penyakit AIDS. Pada saat sekarang telah bergeser dari hubungan seks yang tidak aman ke pemakaian narkoba, psiktropika, dan zat adiktif lainnya (Napza), terutama bagi mereka yang menggunakan jarum suntik Injecting Drug Use (IDU). Masalah HIV/AIDS saat ini bukan hanya masalah kesehatan dari penyakit menular saja, tetapi sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang luas. Berbagai upaya telah dilakukan, salah satu upaya tersebut adalah deteksi dini untuk mengetahui status seseorang sudah terinfeksi HIV atau belum melalui konseling dan testing HIV/AIDS secara sukarela, yaitu VCT (Voluntary and Counselling Testing). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran manajemen program VCT HIV/AIDS Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Jakarta tahun 2008. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan jenis penelitian kualitatif untuk mendapatkan informasi secara keseluruhan. Dalam penelitian ini, peneliti mewawancarai 4 orang yang terlibat dalam layanan VCT dan melakukan FGD pada 5 orang pasien yang pernah menggunakan layanan VCT serta melakukan telaah data sekunder. Hasil dari penelitian ditemukan bahwa program VCT HIV/AIDS di RSKO Jakarta memiliki input : SDM yang tersedia sudah mencukupi, sarana yang sudah ada belum mencukupi, dana yang diperoleh untuk programVCT hanya untuk operasional kegiatan serta kegiatan layanan VCT dilakukan berdasarkan buku pedoman pelayanan VCT Depkes RI. Process pada program VCT ini adalah perencanaan dilakukan oleh POKJA HIV/AIDS dan terintegrasi dengan perencanaan RSKO secara keseluruhan. Sedangkan pengorganisasian belum terlaksana dengan baik sehingga pembagian tugas melebihi beban kerja. Layanan VCT di RSKO sudah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan buku pedoman pelayanan VCT Depkes RI. Kegiatan kendali mutu tidak dilakukan tetapi yang dilakukan hanyalah evaluasi kegiatan setiap bulan. Evaluasi yang dilakukan adalah berupa pendataan pasien yang melakukan tes VCT. Adapun output dari kegiatan layanan VCT adalah jumlah pasien yang mengunjungi layanan VCT di RSKO Saran yang diajukan untuk mengembangkan dan meningkatkan manfaat dari program VCT ini adalah mengadakan pelatihan VCT terutama bagi petugas yang belum pernah mendapatkan pelatihan VCT, menyediakan reward yang pantas agar motivasi petugas meningkat. Selain itu, mengusulkan bantuan dana kepada pemerintah, menyediakan ruangan khusus untuk VCT, dan membentuk struktur organisasi yang jelas serta melaksanakan kegiatan kendali mutu untuk menjamin tersedianya layanan VCT yang terjamin kualitas dan mutu.
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library