Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ria Anggraeni
"Telah dilakukan sebuah studi perbandingan metode kalibrasi silang detektor plane paralel Markus terhadap detektor silindris Farmer antara protokol IAEA TRS 381 dan TRS 398. Pengukuran dilaksanakan pada medium udara dan air menggunakan kamar ionisasi tipe Farmer PTW 30013 kedap air dan kamar ionisasi plane paralel Markus PTW 233343 kedap air. Hasil pengukuran faktor kalibrasi dosis dalam air adalah NppD,air = 0.4338 Gy/nC dan NppD,w = 0.4967 Gy/nC. Hasil pengukuran faktor kalibrasi dosis di udara adalah NppK = 0.4474 Gy/nC dan NppD,air = 0.4394 Gy/nC. Faktor kalibrasi yang diperoleh kemudian digunakan untuk mengukur dosis dan menghasilkan deviasi dosis cukup kecil (0.52%).

A study on comparation beetwen IAEA protocols TRS 381 and TRS 398 on cross calibration method of Markus plane parallel chamber and Farmer cylindrical chamber has been done. Measurements were done both in air and water phantom using water tight Markus plane parallel chamber PTW 233343 and water tight Farmer cylindrical chamber PTW 30013. Dose calibration factors in water were found to be NppD,air = 0.4338 Gy/nC and NppD,w = 0.4967 Gy/nC. Dose calibration factors in air were found to be NppK = 0.4474 Gy/nC and NppD,air = 0.4394 Gy/nC. These factors were then used to determine dose in water resulting in acceptably small deviation within 0.52%.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S29105
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Anggraeni
"Sebagian besar masyarakat menyampaikan pengetahuan etnobotani secara lisan sehingga banyak dari pengetahuan mereka tidak terdokumentasikan. Tingkat pengetahuan etnobotani dipengaruhi oleh umur pada masyarakat. Namun, beberapa penelitian menyatakan bahwa tingkat pengetahuan etnobotani tidak dipengaruhi oleh umur. Oleh karena itu, perlu dilakukan pendekatan etnobotani untuk mendokumentasikan pengetahuan etnobotani dan mengetahui pengaruh umur pada masyarakat pada tingkat pengetahuan tersebut.
Penelitian dilakukan pada masyarakat subetnis Batak Toba di Desa Peadungdung, Sumatera Utara. Pengumpulan data etnobotani dan deskripsi desa dilakukan dengan metode wawancara terbuka dan semistruktural. Analisis data dilakukan dengan pendekatan kualitatif, yaitu mengelompokkan spesies tumbuhan berdasarkan kategori guna dan pendekatan kuantitatif, yaitu analisis UVs, ICS dan LUVI.
Hasil penelitian menunjukkan 163 spesies tumbuhan berguna dimanfaatkan oleh masyarakat dan dikelompokkan berdasarkan kegunaan, yaitu bahan pangan (71 spesies), kayu bakar (25 spesies), teknologi lokal (18 spesies), obat-obatan (92 spesies), konstruksi bangunan (13 spesies), tali-temali 15 spesies), pakan ternak (20 spesies), kerajinan (11 spesies), simbol (21 spesies) dan berpotensi ekonomi (12 spesies). Arenga pinnata merupakan spesies tumbuhan dengan nilai kultural (ICS) dan nilai guna (UVs) tertinggi. Bahan pangan merupakan kategori guna dengan nilai kepentingan lokal (LUVI) tertinggi, yaitu 9,9%. Tingkat pengetahuan etnobotani terendah pada kelompok responden berumur 17--30 tahun.

Orally delivery about ethnobotanical knowledge cause the knowledge is not documented. The level of ethnobotanical knowledge in a society?s are different based on the age. However, some studies suggest that the level of ethnobotanical knowledge are not affected by age. Therefore, the ethnobotanical approach needs to documenting the ethnobotanical knowledge and identify the knowledge level of the local society about the use of plants.
The study was conducted in Batak Toba sub-ethnic society in Peadungdung rural, North Sumatera. This study used open interview and semi-structured interview. The data were analyzed qualitatively by categorizing plant species based on their use dan quantitatively by measuring ICS, UVs and LUVI.
The result show that 163 species of plant are used which are as food (71 species), fuelwood (25 species), local technology (18 species), medicines (92 species), the building materials (13 species), ropes (15 species), fodder (20 species), crafts (11 species), symbols (21 species) and economic potential (12 species). Arenga pinnata is the species with the highest value of ICS and UVs. Food is the most important use category because have the highest value of local interests (LUVI), that is 9,9%. The lowest level of ethnobotanical knowledge goes to 17--30 years-old respondent."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S44378
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Anggraeni
"Komitmen pernikahan sebagai motivasi untuk melanjutkan hubungan dalam pernikahan dan kewajiban moral dalam mempertahankan pernikahan (Johnson, Caughlin, & Huston, 1999). Johnson, dkk., membagi komitmen menjadi tiga, yaitu personal komitmen, moral komitmen, dan struktural komitmen. Ketiga komitmen pernikahan ini, dapat dibedakan berdasarkan tipe pasangan. Tipe pasangan terbagi menjadi empat, yaitu tradisional, terpisah, independen, dan campuran (Fitzpatrick, 1988). Kedua konstruk ini belum banyak diteliti di Indonesia, terutama pada pasangan taaruf. Penelitian ini menggunakan 62 partisipan atau 31 pasangan yang menikah melalui taaruf, dengan menggunakan alat ukur Relational Dimensional Inventory (RDI) dikembangkan oleh Fitzpatrick (1988, dalam Rubin, Palmgreen & Sypher, 1991). Sedangkan alat ukur komitmen pernikahan dikembangkan oleh Johnson, Caughlin, & Huston (1999). Hasil penelitian ini, membuktikan bahwa tidak ada perbedaan komitmen secara signifikan berdasarkan tipe pasangan yang menikah melalui taaruf.

Marital commitment as motivation to continue the marital relationship and the moral obligation to maintain marriage (Johnson, Caughlin, & Huston, 1999). Johnson, et all., divide into three commitments specifically personal commitment, moral commitment, and structural commitment. The marital commitment, can be distinguished by couples type. Couples type are divided into four types, that is traditional, independent, separate, and mixed couples. Both of these constructs have not been studied in Indonesia, especially in arranged marriage (taaruf) couples. This study used 62 participants or 31 married couples by arranged marriage (taaruf). The measurement of couples type is Relational Dimensional Inventory (RDI) developed by Fitzpatrick (1988, in Rubin, Palmgreen & Sypher, 1991). While the marital commitment used inventory marital commitment developed by Johnson, Caughlin, & Huston (1999). This research proves that these are no significant differences regarding couples type in arranged married (taaruf) couples."
2014
S54128
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library