Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Erinna Putri Damayanti
"Apoteker bertanggung jawab mengendalikan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP di Rumah Sakit, memastikan kegiatan perbekalan sesuai standar dan menjamin kualitas, efikasi, serta keamanan. Mereka juga berperan penting di Central Operating Theatre (COT) dalam memastikan penggunaan obat dan pasokan medis yang aman dan efektif selama pembedahan. COT di RSUI telah melayani berbagai prosedur bedah sejak 2019, termasuk Ureteroscopy (URS), yang memerlukan obat dan BMHP khusus. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengendalian, unit farmasi menyediakan paket standar sesuai prosedur bedah. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa penggunaan obat dan BMHP terhadap paket standar URS selama periode Juni hingga Agustus 2023 memiliki rata – rata  persentase kesesuaian yang rendah (65,17%). Dari 29 tindakan URS pada pasien,  hanya 3% data penggunaan obat/BMHP oleh pasien yang sesuai dengan paket  standar yang telah ditetapkan oleh depo farmasi Central Operating Theater RSUI.  Selain itu, hasil analisis juga menunjukkan bahwa sekitar 17% dari penggunaan per-item telah sesuai dengan standar paket tindakan URS yang tersedia. Namun, sebagian besar jenis item menunjukkan penggunaan dengan jumlah di luar paket standar (83%) terutama dalam jumlah penggunaan item obat/BMPH yang umumnya lebih rendah dari jumlah yang terdapat pada paket standar tindakan URS (79%).

Pharmacists are responsible for controlling pharmaceutical preparations, medical devices, and other pharmaceutical products in hospitals, ensuring supply activities are in accordance with standards and guaranteeing quality, efficacy, and safety. They also play an important role in the Central Operating Theater (COT) in ensuring the safe and effective use of drugs and medical supplies during surgery. The COT at RSUI has served various surgical procedures since 2019, including Ureteroscopy (URS), which requires specialized drugs and others pharmaceutical products. To improve control efficiency and effectiveness, the pharmacy unit provides standardized packages according to surgical procedures. The evaluation results showed that the use of drugs and pharmaceutical products against the URS standard package during the period June to August 2023 had a low average percentage of conformity (65.17%). Of the 29 URS actions on patients, only 3% of the data on the use of drugs / others pharmaceutical products by patients were in accordance with the standard package set by the Central Operating Theater pharmacy depot RSUI.  In addition, the results of the analysis also showed that approximately 17% of the per-item use was in accordance with the standard URS action package available. However, most of the items showed usage with amounts outside the standard package (83%), especially in the number of drug/ others pharmaceutical products items that were generally lower than the amount contained in the standard URS action package (79%).
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sabrina Putri Damayanti
"Rumah sakit merupakan fasilitas pelayanan kesehatan dan rujukan pelayanan kesehatan dengan fungsi utama menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi pasien. Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang upaya pelayanan kesehatan yang bermutu. Apoteker merupakan tenaga kefarmasian yang memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk melaksanakan pekerjaan kefarmasian. Perubahan orientasi product oriented menjadi patient oriented menuntut apoteker untuk memiliki pengetahuan yang luas dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian, baik dalam pengelolaan perbekalan farmasi maupun pelayanan farmasi klinis. Kegiatan Praktek Kerja Profesi di Rumah Sakit Ibu dan Anak Bunda Jakarta periode 12 Mei - 4 Juni 2014 untuk mengetahui tugas apoteker mengenai pelayanan kefarmasian baik dari aspek manajemen maupun klinik. Sedangkan tujuan dari tugas khusus adalah menganalisa jumlah resep racikan dan non racikan di Apotek D, jumlah obat generik pada resep Apotek C dan Apotek D, dan jumlah resep polifarmasi di Apotek C.

The hospital is the health facilities and referral health services with the main function organized health efforts that are healing and recovery for the patient. Hospital pharmacy services to be one of the activities that support hospital quality health services. Pharmacists is pharmacy personnel who have the authority and responsibility to carry out the work of pharmacy.Changes of orientation of product oriented into patient oriented requires pharmacists to have knowledge in implementing pharmacy services, both in the pharmacy management and clinical pharmacy. Pharmacists Internship Program (PIP) activities held on May 12 - June 14, 2014 in Ibu dan Anak Bunda Jakarta Hospital with the aim to know pharmacist assignment about pharmaceutical care of management and clinic aspect.While the purpose of the specific assignment is to analyze the number of mixing and non-mixing prescription in pharmacy D, the number of generic drugs on prescription in Pharmacy C and D, and the number of polypharmacy prescriptions in pharmacy C.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sabrina Putri Damayanti
"Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan berada di bawah Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan memliki tugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan terdiri atas Sekretariat Direktorat Jenderal, Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian, Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan dan Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian. Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan memiliki tanggung jawab dalam hal pemberian sertifikat produksi, izin penyalur alat kesehatan, izin edar serta pembinaan, pengendalian, dan pengawasan alat kesehatan dan PKRT yang beredar dalam wilayah Republik Indonesia. Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker dilaksanakan pada tanggal 17 Maret - 28 Maret 2014 di Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dengan tujuan untuk memahami peran apoteker di Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Sedangkan tujuan dari tugas khusus adalah mengetahui kegiatan penindakan sarana produksi, distribusi, produk alat kesehatan dan PKRT oleh Subdirektorat Inspeksi Alat Kesehatan dan PKRT pada Direktorat Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT).

General Directorate of Pharmaceutical and Medical Device is under the Ministry of Health Republic of Indonesia. General Directorate of Pharmaceutical and Medical Device has assignment to formulate and implement a policy and technical standardization in the field of pharmaceutical development and medical devices. General Directorate of Pharmaceutical and Medical Devices consist of a Secretariat of General Directorate, Directorate of Public Medicines and Medical Supply, Directorate of Pharmaceutical Services, Directorate of Medical Devices Production and Distribution and Directorate of Pharmaceutical Production and Distribution. Directorate of Medical Devices Production and Distribution have responsibility to give production certificate, channel license of medical device, permission to circulate as well as guidance, control, and supervision of medical devices and circulate of PKRT in the territory of the Republic of Indonesia. Pharmacists Internship Program (PIP) activities held on Maret 17 - Maret 28, 2014 in General Directorate of Pharmaceutical and Medical Device with the aim to understand the role of pharmacist on Directorate of Medical Device Production and Distribution General Directorate of Pharmaceutical and Medical Device. While the aim of specific assignment is to know suppression activities of place of production, distribution, product of medical device and PKRT by Subdirectorate of Inspection of medical devices production and distribution.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sabrina Putri Damayanti
"Rumah sakit merupakan fasilitas pelayanan kesehatan dan rujukan pelayanan kesehatan dengan fungsi utama menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi pasien. Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang upaya pelayanan kesehatan yang bermutu. Apoteker merupakan tenaga kefarmasian yang memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk melaksanakan pekerjaan kefarmasian. Perubahan orientasi product oriented menjadi patient oriented menuntut apoteker untuk memiliki pengetahuan yang luas dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian, baik dalam pengelolaan perbekalan farmasi maupun pelayanan farmasi klinis. Kegiatan Praktek Kerja Profesi di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita dilakukan pada periode 14 April - 9 Mei 2014 dengan tujuan untuk mengetahui tugas apoteker mengenai pelayanan kefarmasian baik dari aspek manajemen maupun klinik. Sedangkan tujuan dari tugas khusus adalah mengetahui jenis dan persentase kejadian prescribing error di depo farmasi alamanda.

The hospital is the health facilities and referral health services with the main function organized health efforts that are healing and recovery for the patient. Hospital pharmacy services to be one of the activities that support hospital quality health services. Pharmacists is pharmacy personnel who have the authority and responsibility to carry out the work of pharmacy. Changes of orientation of product oriented into patient oriented requires pharmacists to have knowledge in implementing pharmacy services, both in the pharmacy management and clinical pharmacy.Pharmacists Internship Program (PIP) activities held on April 14 to May 19, 2014 in Anak dan Bunda Harapan Kita Hospital with the aim to know pharmacist assignment about pharmaceutical care of management and clinic aspect.While the purpose of the specific assignment is to know the type and percentage incidence of prescribing errors in the pharmacy depot alamanda.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Erinna Putri Damayanti
"Apoteker bertanggung jawab dalam menjalankan pelayanan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Pelayanan kefarmasian di apotek meliputi 2 kegiatan yaitu pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai (BMHP) serta pelayanan farmasi klinik dalam bentuk pelayanan obat atas resep dokter. Dalam alur pelayanan resep, apoteker menganalisis adanya permasalahan terkait obat (drug related problem) yang dapat mengganggu keberhasilan proses terapi (Kemenkes RI, 2016). Pengkajian resep memiliki peranan penting dalam menjamin legalitas suatu resep dan meminimalisir kegagalan terapi yang disebabkan oleh kesalahan penulisan resep atau informasi obat yang tidak sesuai (Harahap, 2020). Identifikasi potensi interaksi antar obat yang tercantum saat pengkajian resep dapat meningkatkan pemahaman Apoteker dalam pemberian informasi obat kepada pasien penyakit kronis (Kurniapuri & Supadmi, 2015). Tugas khusus ini bertujuan untuk menganalisis kelengkapan resep obat penyakit kronis dari RS Graha Permata Ibu di Apotek Kimia Farma 389 periode Oktober 2023 dengan meninjau aspek administratif, farmasetik, dan pertimbangan klinis khususnya terkait efek samping dan interaksi obat sesuai PerMenkes No. 73 Tahun 2016. Pada analisis ini, metode pemilihan sampel resep yang digunakan adalah metode Purposive Sampling. Sebelum dilakukan analisis, resep obat yang masuk di Apotek Kimia Farma 389 dipisahkan berdasarkan beberapa kriteria. Kemudian, dilakukan analisis kelengkapan resep obat terkait aspek administratif, farmasetik, dan pertimbangan klinis untuk mengetahui masalah terkait pengunaan obat pada pasien penyakit kronis tersebut. Hasil pengkajian resep obat penyakit kronis pada pasien RS GPI yang masuk di Apotek Kimia Farma 389 menunjukkan beberapa masalah terkait kelengkapan resep, terutama pada aspek administratif dan pengkajian klinis.

Pharmacists are responsible for carrying out pharmaceutical services to improve the quality of life of patients. Pharmaceutical services in pharmacies include 2 activities, which are the management of pharmaceutical preparations, medical devices, and consumable medical materials and clinical pharmacy services in the form of prescription drug services. In the flow of prescription services, pharmacists analyze drug-related problems that can interfere with the success of the therapeutic process (Ministry of Health of the Republic of Indonesia, 2016). Prescription review has an important role in ensuring the legality of a prescription and minimizing therapeutic failures caused by prescription writing errors or inappropriate drug information (Harahap, 2020). Identifying potential interactions between drugs listed during prescription review can improve pharmacists' understanding in providing drug information to patients with chronic diseases (Kurniapuri & Supadmi, 2015). This special assignment aims to analyze the completeness of chronic disease drug prescriptions from Graha Permata Ibu Hospital at Kimia Farma Pharmacy 389 for the period October 2023 by reviewing administrative aspects, pharmaceuticals, and clinical considerations, especially related to side effects and drug interactions according to PerMenkes No. 73 of 2016. In this analysis, the prescription sample selection method used was the Purposive Sampling method. Before the analysis was carried out, incoming drug prescriptions at Apotek Kimia Farma 389 were separated based on several criteria. Then, an analysis of the completeness of drug prescriptions related to administrative aspects, pharmaceuticals, and clinical considerations was carried out to find out problems related to the use of drugs in these chronic disease patients. The results of the assessment of chronic disease drug prescriptions in GPI Hospital patients admitted to Kimia Farma 389 Pharmacy showed several problems related to prescription completeness, especially in administrative aspects and clinical assessment."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Erinna Putri Damayanti
"Hipertensi atau tekanan darah tinggi didefinisikan sebagai tekanan darah arteri yang tinggi secara abnormal. Menurut Joint National Committee 7 (JNC7), tekanan darah normal adalah tekanan darah sistolik <120 mmHg dan tekanan darah diastolik <80 mmHg. Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg. Rentang tekanan darah sistolik 120-139 mmHg dan tekanan darah diastolik 80-89 mmHg didefinisikan sebagai "prehipertensi" (Green, 2003). Meskipun prehipertensi bukan merupakan kondisi medis tersendiri, subjek prehipertensi lebih berisiko terkena hipertensi. Penyakit hipertensi dikenal sebagai "silent killer" karena jarang sekali ada gejala yang terlihat pada tahap awal hingga terjadi krisis medis yang parah. Pasien hipertensi diharuskan mengonsumsi obat secara teratur, sehingga diperlukan kepatuhan dalam mengonsumsi obat. Seringkali ditemukan berbagai masalah terkait kepatuhan dalam pengobatan hipertensi. Puskesmas Kecamatan Pulogadung merupakan salah satu puskesmas kecamatan yang memfasilitasi layanan kesehatan bagi pasien dengan kondisi khusus seperti pasien dengan pengobatan jangka panjang yang meliputi pelayanan klinis berupa PIO (Pelayanan Informasi Obat) dan konseling. PIO dan konseling merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam meminum obat. Dalam pemberian pengobatan harus disertai juga dengan pemberian informasi yang memadai serta edukasi dapat meningkatkan kepatuhan pasien dan meminimalkan kegagalan terapi (O’Donovan et al., 2019). Media konseling dapat digunakan sebagai alat bantu konseling untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasien dengan tulisan dan ilustrasi. Media yang digunakan dapat berupa booklet digital.

Hypertension or high blood pressure is defined as abnormally high arterial blood pressure. According to the Joint National Committee 7 (JNC7), normal blood pressure is systolic blood pressure < 120 mmHg and diastolic blood pressure < 80 mmHg. Hypertension is defined as systolic blood pressure ≥140 mmHg and/or diastolic blood pressure ≥ 90 mmHg. The range of systolic blood pressure 120 - 139 mmHg and diastolic blood pressure 80-89 mmHg is defined as "prehypertension" (Green, 2003). Although prehypertension is not a medical condition in itself, prehypertensive subjects are more at risk of developing hypertension. Hypertensive disease is known as the "silent killer" because there are rarely any visible symptoms in the early stages until a severe medical crisis  occurs. Hypertensive patients are required to take medication regularly, so adherence in taking medication is needed. Often there are various problems related to compliance in hypertension treatment. Pulogadung Sub-district Health Center is one of the sub-district health centers that facilitates health services for patients with special conditions such as patients with long-term medication which includes clinical services in the form of PIO (Drug Information Services) and counseling. PIO and counseling is one of the efforts made to improve patient compliance in taking medication. The provision of treatment must also be accompanied by the provision of adequate information and education that can improve patient compliance and minimize therapy failure (O'Donovan et al., 2019). Counseling media can be used as a counseling tool to increase patient knowledge and understanding with writing and illustrations. The media used can be in the form of digital booklets.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Erinna Putri Damayanti
"Dalam menjalankan kewajibannya, PBF harus mematuhi prinsip Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) yang telah ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat Dan Makanan (BPOM). Apoteker bertanggung jawab dalam mengawasi distribusi obat dan memastikan prinsip CDOB di PBF telah diimplementasikan dengan baik. Apoteker juga memiliki peranan penting dalam setiap tahapan manajemen perbekalan farmasi salah satunya adalah tahap perencanaan dan pengadaan (BPOM RI, 2022). Perencanaan dan pengadaan obat di PBF merupakan tahapan kritis dalam manajemen perbekalan farmasi. Perencanaan dan pengadaan yang akurat membantu PBF untuk mempertahankan tingkat persediaan obat dengan tepat. Ketersediaan obat yang berlebih akan membebani modal dan ruang penyimpanan yang ada, tetapi ketersediaan obat yang terbatas dapat menyebabkan kekosongan produk dan kehilangan penjualan. Dalam mengatasi kondisi tersebut, pengkajian kembali terhadap data pemesanan produk obat dari setiap pemasok menjadi solusi dalam pengadaan obat. Pemilihan pemasok dapat dilakukan dengan menerapkan prinsip Pareto yang menyatakan bahwa "sekitar 80% hasil atau efek berasal dari 20% penyebab atau input." (Emin & Maria, 2023). Dari hasil kajian distributor, direkomendasikan 7 nama distributor yang diprioritaskan dalam pengadaan produk obat yaitu PT Anugerah Pharmindo Lestari, PT Kallista Prima, PT Bina San Prima, PT Merapi Utama Pharma, PT Sapta Saritama, PT Millennium Pharmacon International Tbk, PT Enseval Putera Megatrading Tbk. Pengkajian tersebut ditinjau dari jumlah dan kategori Pareto pada produk obat yang dipesan dan dipilih berdasarkan prinsip Pareto.

In carrying out its obligations, PBF must comply with the principles of Good Drug Distribution Methods (CDOB) set by the Food and Drug Monitoring Agent (BPOM). Pharmacists are responsible for overseeing drug distribution and ensuring that the CDOB principles in PBF are properly implemented. Pharmacists also have an important role in every stage of pharmaceutical supply management, one of which is the planning and procurement stage (BPOM RI, 2022). Drug planning and procurement in PBF is a critical stage in pharmaceutical supply management. Accurate planning and procurement help PBF to maintain appropriate drug inventory levels. Excessive drug availability will burden existing capital and storage space, but limited drug availability can lead to product vacancies and lost sales. In overcoming these conditions, a review of drug product order data from each supplier is a solution in drug procurement. Supplier selection can be done by applying the Pareto principle which states that "about 80% of the results or effects come from 20% of the causes or inputs." (Emin & Maria, 2023). From the results of the distributor review, it is recommended that 7 distributor names are prioritized in the procurement of medicinal products, namely PT Anugerah Pharmindo Lestari, PT Kallista Prima, PT Bina San Prima, PT Merapi Utama Pharma, PT Sapta Saritama, PT Millennium Pharmacon International Tbk, PT Enseval Putera Megatrading Tbk. The assessment is reviewed from the number and Pareto category of drug products ordered and selected based on the Pareto principle.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Erinna Putri Damayanti
"Departemen pemastian mutu di PT. Bintang Toedjoe memiliki beberapa bisnis proses, salah satunya adalah kalibrasi dan kualifikasi. Mengingat pentingnya langkah penimbangan dalam analisis dan peran krusial timbangan dalam peralatan laboratorium, kalibrasi timbangan analitik harus dilakukan dengan baik berdasarkan data yang akurat (Harris, 2019). Dalam prosesnya, operator yang melakukan kalibrasi timbangan analitik masih melakukan dokumentasi data secara manual mengunakan kertas. Dokumentasi secara manual seringkali menimbulkan  masalah serius seperti data bisa terduplikasi dan mudah rusak atau hilang. Kemajuan teknologi informasi telah memungkinkan digitalisasi dalam dokumentasi kalibrasi, sehingga memberikan solusi yang efisien dan akurat.  Dokumentasi kalibrasi secara digital menyajikan akurasi yang lebih tinggi, penghitungan otomatis, dan akses yang mudah terhadap data melalui sistem yang terintegrasi. Hal ini meminimalkan kesalahan dan memungkinkan pembaruan serta memberi reminder yang cepat untuk kalibrasi ulang. Digitalisasi meningkatkan manajemen data dan analisis kinerja, sehingga meningkatkan efisiensi dan kepatuhan (Mustapaa et al., 2022). Oleh karena itu pada projek ini akan dilakukan digitalisasi pendataan kalibrasi timbangan analitik di departemen QA PT. Bintang  Toedjoe Pulogadung. Google Spreadsheet dapat digunakan sebagai aplikasi untuk digitalisasi pendataan kalibrasi timbangan analitik dengan mengintegrasikan format data baku dengan laporan kalibrasi timbangan analitik yang sudah terinput masing masing formula untuk perhitungan parameter yang diamati pada kalibrasi timbangan analitik. Format digital kalibrasi timbangan juga dapat memenuhi kriteria “ ALCOA “ dari prinsip Data Terintergrasi.

The quality assurance department at PT Bintang Toedjoe has several business processes, one of which is calibration and qualification. Given the importance of weighing steps in analysis and the crucial role of scales in laboratory equipment, calibration of analytical scales must be done properly based on accurate data (Harris,  2019). In the process, operators who calibrate analytical scales still document data manually using paper. Manual documentation often causes serious problems such as data can be duplicated and easily damaged or lost. Advances in information technology have enabled digitization in calibration documentation, thus providing an efficient and accurate solution. Digital calibration documentation provides higher accuracy, automated calculations, and easy access to data through an integrated system. This minimizes errors and enables quick updates and reminders for recalibration. Digitalization improves data management and performance analysis,  thereby increasing efficiency and compliance (Mustapaa et al., 2022). Therefore, this project will digitize the calibration data collection of analytical scales in the QA department of PT Bintang Toedjoe Pulogadung. Google Spreadsheet can be used as an application for digitizing analytical scale calibration data collection by integrating  standard data formats with analytical scale calibration reports that have inputted each formula for calculating parameters observed in analytical scale calibrations. The digital format of calibration scales can also meet the "ALCOA" criteria of the Integrated Data principle.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilah Putri Damayanti
"Latar Belakang
Retinopati diabetik (DR) merupakan komplikasi mikrovaskuler yang umum terjadi pada pasien diabetes dan salah satu penyebab utama gangguan penglihatan serta kebutaan di dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi kebutaan pada pasien DR di Indonesia.
Metode
Penelitian cross-sectional yang dilakukan di RSCM Kirana menggunakan data rekam medis pasien retinopati diabetik tahun 2020-2023. Faktor yang diteliti meliputi usia onset diabetes, durasi diabetes, dan hipertensi.
Hasil
Sebanyak 359 pasien diinklusi, dengan karakteristik didominasi oleh perempuan (51,5%), usia >50 tahun (55,4%), usia onset diabetes <45 tahun (64,9%), durasi diabetes <10 tahun (52,6%), dan memiliki hipertensi (74,1%). Proporsi derajat DR didominasi oleh proliferative DR/PDR (81,1%), diikuti dengan severe non-proliferative DR/NPDR (13,1%), moderate NPDR (5,6%), dan mild NPDR (0,3%). Sebanyak 9,7% pasien mengalami kebutaan akibat retinopati diabetik. Terdapat hubungan signifikan antara usia onset diabetes (<45 tahun) dengan kebutaan (OR = 2,322, 95% CI = 0,984-5,479, p = 0.049).
Kesimpulan
Kebutaan pada pasien retinopati diabetik dipengaruhi oleh onset usia diabetes yang lebih muda.

Introduction
Diabetic retinopathy (DR) is a common microvascular complication in diabetic patients and one of the leading causes of vision impairment and blindness worldwide. This study aims to identify the factors influencing blindness in DR patients in Indonesia.
Method
A cross-sectional study was conducted at RSCM Kirana using medical record data of diabetic retinopathy patients from 2020-2023. The factors examined included age at diabetes onset, duration of diabetes, and hypertension.
Results
A total of 359 patients were included, with characteristics dominated by females (51.5%), age >50 years (55.4%), age at diabetes onset <45 years (64.9%), duration of diabetes <10 years (52.6%), and hypertension (74.1%). The proportion of DR severity was dominated by proliferative DR/PDR (81.1%), followed by severe non-proliferative DR/NPDR (13.1%), moderate NPDR (5.6%) and mild NPDR (0.3%). A total of 9.7% of patients was blind due to diabetic retinopathy. There was a significant relationship between the age at diabetes onset (<45 years) and blindness (OR = 2.322, 95% CI = 0.984-5.479, p = 0.049). Conclusion
Blindness in diabetic retinopathy patients is influenced by younger age at diabetes onset.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Damayanti
"Jumlah penduduk Indonesia saat ini menempati posisi keempat populasi terbesar di dunia dengan 270.203.917 jiwa. Fertilitas (kelahiran) merupakan salah satu komponen pertumbuhan penduduk yang bersifat menambah jumlah penduduk. Angka fertilitas total (TFR) sebagai salah satu indikator pengukuran fertilitas di tahun 2019 menunjukkan angka tertinggi berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan 3,36 sedangkan yang terendah adalah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dengan 1,80 anak per wanita. Situasi dan kondisi demografis yang berbeda-beda serta bersifat dinamis menjadikan tingkat fertilitas setiap daerah di Indonesia dapat dipengaruhi oleh faktor yang berbeda pula. Tujuan : untuk mengetahui perbandingan faktor atau determinan yang mempengaruhi fertilitas pada wanita kawin di Provinsi NTT dan Provinsi DIY. Metode : menggunakan desain potong lintang (cross sectional) dengan sampel seluruh responden wanita usia subur yang berstatus kawin atau hidup bersama pasangannya. Hasil : Adanya perbedaan variabel yang dominan berpengaruh terhadap fertilitas di kedua provinsi. Di NTT variabel paling berpengaruh adalah umur, dimana umur berkaitan erat dengan umur kawin pertama dan lama perkawinan, semakin wanita di NTT berumur tua, umur kawin pertama terlalu muda dan lama perkawinan terlalu lama maka semakin banyak jumlah anak yang dimilikinya. Sedangkan di DIY, variabel paling berpengaruh adalah jumlah anak ideal, dimana jumlah anak ideal berkaitan dengan tingkat pendidikan yang dimiliki wanita di DIY yang sebagian besar adalah SMA dalam membentuk pola pikir terkait jumlah anak yang diinginkan dimana lebih mengutamakan kualitas dibandingan kuantitas. Kesimpulan : Provinsi NTT dan DIY memiliki determinan fertilitas yang berbeda, dimana sebagian besar fertilitas di NTT adalah > 2 anak sedangkan sebagian besar fertilitas di DIY ≤ 2 anak.

Indonesia’s population is currently the fourth largest in the world with 270,203,917 people. Fertility (birth) is one component of population growth that is increasing the population. Total fertility rate (TFR) as an indicator of fertility measurement in 2019 shows that the highest number is in the Province of East Nusa Tenggara (NTT) with 3.36 while the lowest is the Special Region of Yogyakarta (DIY) with 1.80 children for a woman. The Differences between dynamic demography situations and conditions make the fertility rate of each region in Indonesia can be influenced by different factors. Objective: To compare the factors or determinants that affect fertility in married women in NTT and DIY Province. Method: Using a cross-sectional design with a sample of all female respondents of reproductive age who are married or living with their partners. Result: There are differences variables that are most related to fertility rates in two provinces. In NTT, the most related variable is age, age is closely related to age of first marriage and length of marriage, women in NTT who are getting older, who have age of first marriage are too young and have been married too long, then more children they will have. Meanwhile in DIY, the most related variable is the ideal number of children. The ideal number of children is related to the education level of women in DIY who most of them are high school graduates in forming a mindset related to the desired number of children who prioritize quality over quantity.Conclusion: NTT and DIY Province have different patterns of fertility determinants which most of the fertility rates in NTT are ≥ 3 children while most of the fertility rates in DIY are < 3 children."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library