Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pelenkahu, Laura Saskia
Abstrak :
Penyusunan Garis-garis Besar Program Pengajaran Kelompok Bermain (GBPP-KB) Kristen Filadelfia untuk Anak Usia 3-4 Tahun ini dilakukan berawal dari keprihatinan penulis terhadap pendidikan anak usia dini, khususnya anak di bawah usia 4 tahun yang masih belum terjangkau oleh Depdiknas (Suara Pembaruan, 18 Oktober 2002). Padahal perkembangan mental dalam usia-usia awal berjalan dengan cepat dan metode-metode pembelajaran yang sesuai dalam tahun-tahun kelahiran sampai usia 6 tahun biasanya akan menentukan kepribadian anak setelah dewasa. Oleh karena itu, pengadaan pendidikan anak usia dini atau prasekolah merupakan hal yang penting.
Saat ini, mulai tampak perhatian Depdiknas pada pendidikan anak usia dini yang terlihat dengan adanya Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Anak Usia Dini yang mencakup anak usia lahir sampai 6 tahun. Walaupun demikian, penulis sependapat dengan Kepala Dinas Pendidikan Di Yogyakarta Suhadi (dalam Pikiran Rakyat Cyber Media, 2 September 2003) bahwa pendidikan anak usia dini perlu mendapat perhatian serius dan merupakan persoalan bersama Oleh karena itu, penulis bersama dengan Yayasan Filadelfia bermaksud untuk mendirikan Kelompok Bermain (KB) Kristen Filadelfia untuk anak usia 3-4 tahun.
Untuk dapat memberikan pendidikan yang dapat dipertanggungjawabkan, maka setiap sekolah perlu mempunyai sebuah rencana pendidikan yang sistematis, yang disebut kurikulum. Penyusunan kurikulum harus disesuaikan dengan tahap perkembangan anak dan visi dari KB Kristen Filadelfia. Visi dari KB Kristen Piladelfia adalah menjadi KB Kristen yang dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan kepribadian dan potensi anak secara optimal, serta memiliki karakter sesuai dengan karakter Allah. Sesuai dengan fungsi pendidikan anak sejak lahir sampai 3 tahun (dalam KBK, 2002) untuk mengembangkan semua keterampilan dan kemampuan yang dimiliki anak sesuai dengan tahap perkembangannya, penulis sependapat dengan Armstrong (2002) yang mengemukakan bahwa teori multiple intelligence memberikan sebuah cara untuk melihat gambaran lengkap potensi seorang anak sehingga berbagai kemampuan mereka yang terabaikan pun akan dihargai dan dikembangkan.
Penyusunan kurikulum sendiri terdiri dan 3 tahap pengembangan (Idi, 1999). Agar kurikulum KB Kristen Filadeliia dapat langsung diterapkan, kurikulum tersebut perlu disusun dalam bentuk Gaaris-garis Besar Program Pengajaran Kelompok Bermain (GBPP-KB) Kristen Fiiadelfia. Oleh karena itu, permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah bagaimanakah bentuk GBPP Kelompok Bermain Kristen Filadelfia berdasarkan lman Kristiani dan sesuai dengan tugas perkembangan anak usia 3-4 tahun. Untuk membuat GBPP-KB Kristen Filadelfia, penulis menggunakan landasan teori mengenai pendidikan pra sekolah, yang terdiri dari tujuan pendidikan prasekolah, perkembangan anak usia prasekolah dan pendekatan pembelajaran pendidikan prasekolah berdasarkan perkembangan anak usia prasekolah. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, penulis juga menggunakan teori multiple intelligence yang mencakup delapan jenis kecerdasan, yaitu kecerdasan linguistik, logis-matematis, spasial, kinestetik jasmani, musikal, antarpribadi, intrapribadi, dan naturalis, serta mengkaitkannya dengan pengajaran pada anak prasekolah. Dengan menggunakan desain instruksional dari Kemp, penulis menyusun GBPP-KB yang terdiri dari 8 aspek.
Berdasarkan GBPP-KB Kristen Filadelfia yang telah disusun, dapat disimpulkan bahwa GBPP-KB ini mempakan seperangkat kegiatan belajar yang terdiri dari TIU, pokok bahasan dan sub pokok bahasan, mata ajaran dan tujuan mata ajaran, sasaran belajar, metode mengajar, alat dan sarana, dan sistem evaluasi yang direncanakan untuk dilaksanakan dalam rangka persiapan untuk hidup dan penyesuaian diri siswa dengan lingkungannya. GBPP-KB ini bersifat fleksibel dan dapat langsnng digunakan dalam KB Kristen Filadelfia Namun pada pelaksanaannya, perlu diperhatikan kemampuan guru dan para pendidik ~untuk melaksanakan kurikulum tersebut. Ada baiknya apabila sebelum menjalankan GBPP-KB tersebut guru mengikuti pelatihan untuk memahami dan mendalami GBPP-KB tersebut dan cara mengembangkannya menjadi SKM dan SKH.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pelenkahu, Laura Saskia
Abstrak :
ABSTRAK
Berbagai media massa menampilkan kasus penyimpangan perilaku yang tergolong perilaku antisosial, seperti tawuran SMU dan penggunaan narkoba yang banyak terjadi di kalangan pelajar SMU. Berdasarkan dua komponen perilaku antisosial, yaitu timbulnya perilaku antisosial dan hilangnya perilaku prososial. dapat dilakukan upaya pencegahan dengan cara mengembangan . perilaku prososial remaja, yaitu segala bentuk tindakan yang dilakukan untuk menolong atau memiliki konsekuensi sosial positif yang berguna bagi kesejahteraan fisik dan psikologis orang lain. Salah satu hal yang mempengaruhi timbulnya perilaku prososial adalah penalaran moral, yaitu cara berpikir atau alasan orang dalam menentukan suatu keputusan moral, baik dan buruk atau benar dan salah. Penalaran moral dalam penelitian ini diukur menggunakan the Defming Issnes Test (DIT) dari Rest. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap hubungan antara penalaran moral dan kecenderungan perilaku prososial remaja SMU. Selain itu, karena ada perbedaan pendapat mengenai peranan jenis kelamin, maka penelitian ini juga bertujuan untuk mengungkap apakah ada perbedaan kecenderungan perilaku prososial dan penalaran moral remaja SMU berdasarkan jenis kelamin. Penelitian ini dilakukan pada 100 remaja SMU IKIP Jakarta. Kuesioner kecenderungan perilaku prososial terdiri dari 40 pernyataan dengan reliabilitas koefisien alfa sebesar 0.89 dan kuesioner penalaran moral yang merupakan adaptasi DIT bentuk singkat, terdiri dari 3 cerita dilema moral dengan reliabilitas koefisien alfa sebesar 0.72. Berdasarkan perhitungan korelasi dengan teknik Pearson Product Moment dan perhitungan Mest yang ada pada program SPSS 10.0.5, disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara penalaran moral dan kecenderungan perilaku prososial remaja SMU, tidak ada perbedaan yang signifikan antara kecenderungan perilaku prososial remaja SMU laki-laki dan perempuan, dan tidak ada perbedaan yang signifikan antara penalaran moral remaja SMU laki-laki dan perempuan. Menurut dugaan peneliti hal ini disebabkan karena ada kemungkinan kecenderungan perilaku prososial yang tinggi masih didasari oleh tahap-tahap penalaran moral di bawah penalaran moral berdasarkan prinsip, kuesioner kecenderungan perilaku prososial diduga mengandung bias social desirability, dan kurangnya motivasi subyek. Selain itu, perbedaan perilaku prososial laki-laki dan perempuan cenderung pada bentuk pertolongan yang dilakukan, sedangkan kuesioner kecenderungan prososial tidak mempertimbangkan bentuk pertolongan yang dilakukan orang. Oleh karena itu, peneliti menyarankan untuk dilakukan penelitian kecenderungan perilaku prososial dengan mempertimbangkan bentuk perilaku prososial dan melakukan revisi pada kuesioner kecenderungan perilaku prososial agar terhindar dari bias social desirability.
2002
S3153
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library