Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Palgunadi
"Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui kondisi Bidanq Usaha Pialang Asuransi setelah dikeluarkannya beberapa Deregulasi oleh Pemerintah. Adapun Deregulasi yang dibahas pada penulisan ini ialah : PakDes 1988, Undang-undang No.2 tahun 1992, Peraturan Pemerintah No.73 tahun 1992, Keputusan Menteri Keuangan No. 226 tahun 1993. Metode penelitian yang dlgunakan dalam pembahasan ini adalah penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Penelitian kepustakaan dengan mengumpulkan informasi dari text book, artikel dsb sedangkan penelitian lapangan dilakukan majalah, dilakukan dengan PT X, mengadakan Wawancara terhadap pejabat-pejabat di perusahaan Asuransi, serta instansi dari penelitian tersebut yang menggunakan yang Model terkait. Porter, penulis menyimpulkan bahwa Deregulasi yang dikeluarkan oleh Pemerintah menimbulkan beberapa peluang baru bagi bidang usaha Pialang Asuransi. Namun deregulasi tersebut belum dapat menghilangkan/mengurangi berbagai hambatan yang ada dalam Industri Pialang Asuransi."
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
S18549
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Idayanti Palgunadi
"ASBTRAK
Instalasi Rawat Inap A (IRNA A) adalah salah satu unit rawat gabung di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) dengan sistem pelayanan terpadu dengan kapasitas 374 tempat tidur. Pada saat ini ada 2 (dua) jenis pelayanan farmasi di IRNA A meliputi : manajemen pemerintah (350 tempat tidur) dan manajemen swasta (24 tempat tidur). Dengan adanya dua prosedur pelayanan farmasi yang berbeda di dalam IRNA A, secara teoritis tentunya dapat menimbulkan berbagai masalah baik dalam pelaksanaan pelayanan maupun pendapatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pelaksanaan prosedur pelayanan obat dan alat kesebatan di IRNA A, mengkaji perbedaan prosedur yang berlaku baik terhadap kualitas pelayanan maupun pendapatan., serta kendalalhambatan dalam melaksanakan prosudur pelayanan obat dan alat kesehatan.
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode telaah kasus dengan pendekatan deskriptif analitis dengan menggunakan data primer yaitu observasi di depo farmasi dan wawancara langsung dengan pejabat sruktural dan fungsional., dan data sekunder diperoleh dengan cara survey di lapangan dan dari data penunjang lainnya. Sebagai unit analisa adalah resep IRNA A lantai 6 dan lantai 7 pada bulan Januari 1996. Dan data yang diperoleh dihitung masing-masing prosentase variabel penelitian ( bentuk instruksi, jumlah instruksi, jenis instruksi, alur penyediaan, alur pengadaan, alur distribusi). Di samping itu dengan menggunakan program Billing Farmasi diperoleh data pemakaian serta biaya obat dan alat kesehatan yang merupakan target income IRNA A.
Penelitian ini meyimpulkan bahwa : Pelayanan farmasi dasar baik di IRNA A lantai 6 maupun IRNA A Iantai 7 sudah berjalan sesuai SOP, efisiensi pemakaian obat dan alat kesehatan dasar IRNA A lantai 7 lebih tinggi dari IRNA A lantai 6. Pelayanan obat dan alat kesehatan non dasar di lantai 7 sudah berjalan sesuai SOP sehingga seluruh obat dan alat kesehatan di IRNA A lantai 7 pengadaan dan pendistribusiannya sudah melalui depo, sedangkan lantai 6 belum sepenuhnya mengikuti SOP, akibatnya petugas di depo farmasi lantai 6 sulit mendapatkan informasi tentang asal 1 sumber, jenis, jumlah maupun harga obat dan alat kesehatan yang digunakan, karena hanya 3,96 % penyediaan dan 36,44 % pendistribusian yang melalui depo farmasi.
Sebagai saran perlu modifikasi prosedur pelayanan obat dan alat kesehatan di IRNA A lantai 6, sehingga ada kemiripan dengan prosedur yang berlaku di IRNA A lantai 7 dengan mempertimbangkan adanya peluang dan hambatan kendala.
Daftar Pustaka : 22 (1980 - 1995)

ABSTRACT
IRNA A (Instalasi Rawat Inap A) is an integrated ward in Cipto Mangunkusumo Hospital with 374 bed-capacity. In providing health services, including pharmacy service, the ward implements two different management's : government-managed (350 beds) and private- managed (24 beds). It is assumed that implementing two different systems in one unit will rise problems, in terms of revenue and operational problems.
The purposes of the study were to review the implementation of pharmacy service in the above systems which include the effect of such systems in quality of service and revenue ; and to find out the obstacles. In the hope to enhance the role of Pharmacy Department in health service.
The method applied was analytical descriptive using primary data ; observation at satellites and interview with management officer and health professionals (physicians, pharmacist and nurses) ; and secondary data : total prescriptions at 6th and 7th floor in January 1996. Data was then analyzed in terms of type and number of prescription, and flow of procurement and distribution. In addition, the cost of medications was also calculated.
The result showed that pharmacy service for essential supplies both in 6th and 7th floor run well in accordance with Standard Operating Procedure (SOP). However, efficiency of the utilization of supplies in 7th floor was better than another. While for non essential supplies, SOP was fully performed in 7th floor, whereas only part of it in 6th floor. In 7th floor all medications were supplied and distributed by pharmacy satellite. Whereas in 6th floor only 3,96 %, and 36,4 % of it was supplied and distributed by pharmacy satellite, respectively.. By doing so, pharmacy workers in 6th floor were poorly-informed regarding the origin, quality and quantity of medications used.
It is suggested to modify the procedures of services in drugs and health supplies provision in 6th floor IRNA A so that to be similar to the one in 7th IRNA A.
Bibliography : 22 ( 1980 - 1995)
"
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bram Palgunadi
Bandung: ITB Press, 1993
781.792 BRA g
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dery Palgunadi
"Tuntutan industri saat ini mengharuskan sebuah produk memiliki kualitas tinggi, biaya rendah, dan delivery cepat. Upaya untuk mempercepat proses produksi dilakukan pada tahap awal perancangan dikarenakan 70% - 80% dari total biaya produksi ada pada tahap ini. Pada tahap awal perancangan, seorang perancang memiliki kompleksitas dalam menentukan material, design (shape, thickness, size), spesifikasi (kekasaran permukaan, kekerasan), dan komponen. Kesalahan menentukan hal tersebut akan berpengaruh pada handling dan insertion di proses perakitan. Perhitungan kompleksitas perakitan manual digunakan untuk mengetahui pengaruh dari parameter proses perakitan. Pada perhitungan indeks kompleksitas proses perakitan manual yang sudah ada masih ada permasalahan, yaitu adanya penggunaan parameter yang tidak sesuai di dalam pembobotan, diversity, dan proses reorientation yang tidak dimasukkan ke dalam perhitungan. Pengembangan model yang dilakukan adalah perhitungan nilai pembobotan berdasarkan sistem klasifikasi Boothroyd menggunakan metode normalised average, mengubah definisi dari jumlah keunikan pada perakitan manual, serta memasukkan nilai kompleksitas reorientation. Untuk mengetahui parameter yang paling berpengaruh pada perakitan manual dengan menghitung complexity reduction dari variasi parameter shape, size, thickness, dan kekasaran permukaan. Didapatkan nilai diversity pada perhitungan indeks kompleksitas proses perakitan manual adalah 1, serta complexity reduction dari parameter thickness, kekasaran permukaan, size dan shape berturut-turut adalah 0,8%, 0,7%, 0,69%, dan 0,62%. Penelitian ini diharapkan dapat memudahkan perancang untuk melakukan perubahan-perubahan design di dalam perancangan perakitan.

The current demands on industry have the requirement for a product that has a high quality, low cost, and fast delivery. The attempts to speed up the production process are conduct at an early stage of design due to 70% - 80% of total production costs came from this stage. In the early stages of design, a designer has to determine the complexity of the material, design (shape, thickness, size), specification (surface roughness, hardness), and components. Errors, on the effort of determining, will affect the handling and insertion in the assembly process. Asembly complexity calculations is being used to determine the effect of the assembly process parameters. There are many problems in the current modelling assembly complexity, namely the use of parameters that do not fit in the weighting, diversity, and the reorientation process that are not included in the calculation. The model being developt in this study are focusing in the weighting-calculation area based on the Boothroyd’s system classification using normalized average, changing the definition of the uniqueness of the manual assembly, and enter a value reorientation complexity. The purpose is to determine the most influential parameters on manual assembly by calculating the complexity reduction of variation parameter shape, size, thickness, and surface roughness. This study has obtained the value of diversity in the manual assembly process complexity index is 1, and complexity reduction of the parameter thickness, surface roughness, size and shape are respectively 0.8%, 0.7%, 0.69%, and 0.62%. This study is expected to facilitate the designers to make design changes in the stage of design for assembly."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46489
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library