Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Omar Mohtar
Abstrak :
ABSTRAK

Skripsi ini membahas tentang Peranan Kereta Rel Diesel Kuda Putih bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat Yogyakarta dan Surakarta. Kereta ini muncul setelah PNKA melakukan rehabilitasi dan modernisasi terhadap sarana dan prasarana kereta api khususnya. Didatangkan pada tahun 1963, membuat KRD Kuda Putih menjadi kereta rel diesel pertama yang beroperasi di Indonesia dan yang pertama melayani jalur Yogyakarta dan Surakarta setelah Indonesia merdeka. Adanya transportasi yang menghubungkan dua kota akan mempermudah mobilisasi masyarakat di masing-masing kota. KRD Kuda Putih membuat waktu tempuh Yogyakarta- Surakarta dan sebaliknya menjadi lebih cepat. Setelah hampir 17 tahun beroperasi kereta ini dihentikan pengoperasiannya oleh PNKA pada tahun 1980 karena kurangnya suku cadang.


ABSTRACT

This thesis discusses the role of diesel train Kuda Putih for socio-economic life of the society in Yogyakarta and Surakarta. This train comes after PNKA?s rehabilitation and modernization railway infrastructure. Imported in 1963, making diesel train Kuda Putih became the first diesel train operating in Indonesia and the first serve Yogyakarta and Surakarta track after Indonesia's independence. With the availability of transport linking the two cities, will facilitate the mobilization of communities in each city. Diesel train Kuda Putih makes the travel time of Yogyakarta-Surakarta and contrary become faster. After nearly 17 years of operation, this train ceased operations in 1980 due to lack of spare parts.

Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S56815
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Omar Mohtar
Abstrak :
Penelitian ini membahas perkembangan rancang bangun Bendung Katulampa yang ada di Buitenzorg pada 1910 hingga 1912. Sebelum tahun 1911, Bendung Katulampa dibangun dari bahan yang mudah rusak, sehingga Departemen BOW (Burgerlijke Openbare Werken) kerap melakukan perbaikan terhadap bangunan bendung. Pada 1905 hingga 1910, departemen BOW melakukan perbaikan menggunakan usulan dari Ir. P.L. van Blanken dan Ir. van Rossum yang memperkuat struktur bendung dengan keranjang besi yang diperkuat dengan bebatuan. Meskipun sudah diperkuat, bendung kembali rusak pada tahun 1910. Ir. Herman van Breen kemudian mengusulkan pembangunan Bendung Katulampa yang baru dengan menggunakan campuran batu dan semen atau beton yang dilengkapi dengan pintu air untuk mengatur aliran Sungai Ciliwung. Setelah disetujui oleh pemerintah, Departemen BOW memulai pembangunan dengan dana 66.200 gulden yang dikerjakan pada April 1911 hingga Oktober 1912. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah mengapa Pemerintah Hindia Belanda kemudian memutuskan untuk membangun ulang Bendung Katulampa. Dari permasalahan tersebut muncul beberapa pertanyaan penting yang diajukan, yaitu apa faktor-faktor yang membuat Bendung Katulampa dibangun ulang oleh Departemen BOW? dan bagaimana perkembangan rancang bangun Bendung Katulampa? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, digunakan metode sejarah. Dari hasil analisis, Bendung Katulampa yang baru dibangun karena kenaikan debit air Sungai Ciliwung dan bahan bendung yang tidak dapat bertahan lama. Bahan awal yang menggunakan keranjang dan bebatuan kemudian berkembang dan digantikan dengan beton. ......This research discusses the design development of the Katulampa Weir in Buitenzorg from 1910 to 1912. Before 1911, the Katulampa Weir was built from materials that were easily damaged, so the BOW Department (Burgerlijke Openbare Werken) often made repairs to the weir building. In 1905 to 1910, the BOW department made improvements using design from Ir. P.L. van Blanken and Ir. van Rossum by strengthening the weir structure with iron baskets reinforced with rocks. Even though it had been strengthened, the weir was damaged again in 1910. Ir. Herman van Breen then suggested that the new Katulampa Weir built using a mixture of stone and cement or concrete equipped with a sluice to regulate the flow of the Ciliwung River. After being approved by the government, the BOW Department started construction with funds of 66,200 guilders which was carried out from April 1911 to October 1912. The problem discussed in this research is to know why the Dutch East Indies Government decide to rebuild the Katulampa Weir. From these problems a number of important questions emerged, namely what were the factors that caused the Katulampa Weir to be rebuilt by the BOW Department? and how is the development of the Katulampa Weir? To answer this question, the historical method is used. From the results of the analysis, the newly built Katulampa Weir was due to an increase in the water discharge of the Ciliwung River and the materials of the weir could not last long. The initial material that used baskets and rocks then developed and was replaced with concrete.
Depok: Fakultas Ilmu pengetahuan Budaya Universitas Indonesia;, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library