Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

"Lemahnya kebijakan akhir pemerintah nasional menyebabkan lambatnya respon pemerintah daerah selama krisis pandemi COVID-19. Dalam konteks Indonesia yang memiliki kewenangan administratif berlapis-lapis, pemimpin dalam lingkup neighborhood seperti di tingkat kampung, merupakan kunci mengendalikan krisis pandemi COVID-19. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengetahuan lokal masyarakat kampung Ponggalan dalam menghadapi krisis pandemi COVID-19. Metode penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan etnografi. Konsep yang diacu adalah local knowledge dari Geertz, egocentric territorial dan hierarchichal organization dari Goffman. Dari hasil penelitian yang dilakukan, masyarakat kampung Ponggalan menggunakan budaya rewang untuk bergotong-royong menyiapkan pengadaan prasarana protokol kesehatan dan berbagi pangan kepada tetangga. Mengaktualkan budaya jimpitan sebagai bentuk kemandirian secara finansial disaat bantuan dari pemerintah tidak merata dan terjadi kelangkaan pangan. Melakukan protokol kesehatan di ruang publik tidak hanya sebagai bentuk egocentric territorial, melainkan budaya ngajeni yang melekat membentuk masyarakat patuh kepada peraturan pemimpin kampung walaupun berada di luar kampung. Kepatuhan dan ketertiban masyarakat terbentuk karena stuktur kekuasaan bersifat hirarki yang telah ada sejak lama. Budaya ngajeni dapat terwujud dengan sistem yang bersifat hirarki apabila masyarakatnya guyub dan pengurus kampung dipilih berdasarkan kapasitas yang dimiliki. Inisiatif yang dimiliki masyarakat dalam menghadapi krisis perkotaan, dapat menjadi alternatif yang efektif untuk konteks negara yang memiliki kewenangan administratif berlapis-lapis.

---

The weakness of the national government's final policy has resulted in the slow response of local governments during the COVID-19 pandemic crisis. In the context of Indonesia, which has many layers of administrative authority, leaders in the neighborhood, such as at the urban kampung level, are the key to controlling the COVID-19 pandemic crisis. The purpose of this study was to analyze the local knowledge of the kampung Ponggalan in dealing with the COVID-19 pandemic crisis. This research method is qualitative with an ethnographic approach. The concepts referred to are local knowledge from Geertz, egocentric territorial, and hierarchical organization from Goffman. From the results of the research conducted, the people of kampung Ponggalan use the rewang culture to work together to prepare the provision of health protocol infrastructure and share food with neighbors. Actualizing the jimpitan culture as a form of financial independence when assistance from the government is uneven and there is food scarcity. Carrying out health protocols in public spaces is not only a form of egocentric territory, but the inherent ngajeni culture forms the community to obey the kampung leaders' regulations even though they are outside. Compliance and public order are formed because of the hierarchical structure of power that has existed for a long time. Ngajeni culture can be realized with a hierarchical system if the people are friendly and the kampung administrators are selected based on their capacity. Initiatives that are owned by the community in dealing with urban crises, can be an effective alternative for the context of a country that has multiple layers of administrative authority."