Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Noviani
Abstrak :
BBLR merupakan salah satu kontributor terbesar terhadap morbiditas dan mortalitas bayi termasuk kematian neonatal. Penelitian ini bertujuan mengetahui besar hubungan antara BBLR dengan kejadian kematian neonatal dini di Indonesia setelah dikontrol dengan variabel faktor ibu dan pelayanan kesehatan. Desainstudi penelitianini kasus kontrol (1:4) denganmenggunakandatasekunder Riskesdas 2010. Jumlah sampel dalampenelitian ini adalah 720. Metode analisis yangdigunakanRegresi LogistikGanda. Hasil penelitian menunjukan bahwa Besar Hubungan BBLR dengan kejadian Kematian Neonatal Dini setelah dikontrol oleh variabel lain (tingkat pendidikan ibu, status ekonomi ibu, frekuensi ANC dan komplikasi kehamilan) serta dikontrol pula oleh BBLR yang berinteraksi dengan tingkat pendidikan ibu adalah 22,840 (95% CI : 8,671 – 60,162). Diperoleh dua OR dari hasil perhitungan ORinteraksi yaitu OR11 sebesar 23,028 (95%CI : 18,936-27,121) danOR11 sebesar 22,851(95%CI : 18,759–26,944). Untuk menurunkan kejadian kematian neonatal dini adalah menurunkan kejadian BBLR melalui deteksi dini (pemeriksaan ANC), meningkatkan frekuensi ANC, ibu yang memiliki komplikasi kehamilan wajib melakukan persalinan di sarana pelayanan kesehatan yang adekuat, penyuluhan dan konseling pada ibu hamil berisiko tinggi dan pendidikan rendah, pemberdayaan ekonomi keluarga yang berstatus ekonomi rendah. ......LBWis a factor which acts as main contributor to infant morbidity and mortality including neonatal mortality. Aim of this study is to identify the association between LBW to early neonatal mortality in Indonesia after controlling the variabel factors of characteristics of the mother and health services. Design of study is case control (1:4) and utilize secondary Riskesdas 2010 data. We apply logistic Regression method in this study analyze. Simple size are720. Study results indicates the closed association between LBW to early neonatal mortality even after contolling the variables, education level and economic status of mother, frequency of ANC visits, complication during related pregnancy and olso the interaction variables of LBW to education level of mother, OR=22.840 (95%CI : 8,671–60,162). Ther a are two OR based on interaction analyze (OR11 = 23,028 (95%CI : 18,936-27,121) and OR11 = 22,851 (95%CI : 18,759 - 26,944). There are alternative activities that might be implemented in order to decrease early neonatal mortality such as : decline LBW through early detection (ANC examination), increasing frequency of ANC visits, mother who experiance complication during pregnacy are obligated to do delivery in adequat health services, promotion and conseling to high risk pregnant women whom have low education, health insurance (Jamkesmas) and family economic empowerment to mother swho have low income.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Baby Noviani
Abstrak :
Tingkat persaingan yang semakin ketat dewasa ini menumbuhkan tuntutan akan perlunya inovasi di mana secara langsung maupun tidak langsung inovasi akan memberikan pengaruh terhadap kinerja suatu organisasi perusahaan. Inovasi itu sendiri merupakan serentetan pembaharuan yang tidak terlepas dari teknologi, pengetahuan dan kreativitas yang dimiliki seseorang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa berhasil tidaknya suatu perusahaan atau organisasi dalam mencapai lujuan dan perkembangannya secara berkelanjutan sangat tergantung pada sumberdaya manusianya dalam menguasasi tekhnologi, pengetahuan dan kreatifitas. Kesadaran akan perlunya sumberdaya manusia yang berkualitas, perlu ditindak lanjuti dengan berbagai strategi yang dapat meningkatkan kinerja. Salah satu strategi yang dapat dipergunakan adalah praktek pengelolaan pemberian remunerasi yang lebih dikenal dengan manajemen imbalan. Praktek pengelolaan pemberian remunerasi yang tepat dapat memotivasi karyawan untuk memberikan kinerja terbaiknya. Dalam penelitian yang berjenis studi kasus ini diteliti praktek pengelolaan pemberian remunerasi di PT Keramika Indonesia Assosiasi Tbk (GROUP KIA) yang lebih dikenal sebagai salah satu produsen bahan bangunan keramik terkemuka di Indonesia, dengan kantor pusat berkedudukan di Cileungsi Bogor. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran pengaruh praktek remunerasi yang diterapkan perusahaan terhadap kinerja karyawan khususnya di bagian produksi GROUP KIA, mengetahui komponen dari praktek remunerasi yang memberikan pengaruh terbesar terhadap produktivitas dan bagaimana praktek remunerasi yang sebaiknya dikembangkan untuk mempertahankan kinerja karyawan. Analisis atas praktek remunerasi GROUP KIA bersifat studi kasus_ Metoda pengumpulan data pada studi kasus ini Iebih mengutamakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini adalah kuantitatif dan kualitatif. Dalam analisis kuantitatif teknik statistik yang digunakan dalam penelitian adalah : (a) frekuensi dan prosentase digunakan khusus untuk mengolah data-data dalam penelitian yang bersifat ordinal atau interval contohnya hasil Employee Opinion Survey; (b) mean digunakan untuk mengolah angka-angka yang bersifat ratio contohnya laba perusahaan, jumlah produksi; (c) tes satu sampel Kolmogorov Smirnof. Untuk memudahkan proses pengerjaannya, perhitungan statistik diatas semuanya dilakukan dengan komputer yang menggunakan program SPSS 11.5 for Windows. Analisis kualitatif disajikan dalam bentuk matriks yang berasal dari perbandingan dokumen-dokumen perusahaan sebelum dan sesudahnya. Analisis kualitatif menggunakan berbagai pendekatan untuk mendapatkan sumber datanya seperti wawancara, observasi, focus grup discussion dan sebagainya. Penelitian ini menghasilkan pemahaman bahwa GROUP KIA di dalam praktek remunerasinya selalu berdasarkan pada pertimbangan apakah kebijakan remunerasi yang akan dijalankan dapat meningkatkan motivasi , biaya yang dikeluarkan lebih kecil daripada cost saving yang diperoleh dan seberapa besar risiko penolakan yang mungkin akan terjadi. Dengan kata lain GROUP KIA telah mengakomodir seluruh philosophi remunerasi yang berfokus pada keseimbangan maksimal antara competitive pay dan total cost. Sistim Remunerasi Merit Pay tidak memberikan pengaruh yang signilikan terhadap produktivitas, hal ini sejalan dengan hasil perbandingan EOS di tahun 2000 dan tahun 2003. Hasil perbandingan EOS di tahun 2000 : tahun 2003 diketahui bahwa sistem Base Pay di GROUP KIA telah mempertimbangkan aspek keadilan, aspek hukum, aspek keamanan i kecukupan dan telah diterima oleh karyawan. Sistem Insentif, diketahui bahwa parameter yang digunakan untuk sistem insentif memiliki kebenaran substansial. Komponen remunerasi yang memberikan kontribusi terbesar terhadap kinerja karyawan , khususnya karyawan produksi adalah insentif. Secara langsung maupun tidak langsung sistim insentif di GROUP KIA memberikan pula dampak positif terhadap budaya organisasi yaitu : budaya kerjasama dan menumbuhkan mekanisme pola pikir analistis terhadap penekanan biaya dikalangan pekerja setingkat operator. Langkah yang diperlukan di dalam mempertahankan tingkat produktivitas karyawan adalah dengan merubah parameter insentif dari yang bersifat sempit menjadi lebih luas dengan tetap menghubungkan parameter dimaksud dengan biaya produksi secara keseluruhan (tidak hanya terbatas pada jenis-jenis yang telah ditentukan oleh perusahaan). Hal ini dapat memberikan fleksibilitas dan menumbuhkan kreatifitas karyawan khususnya dibagian Produksi. Pemberian target berdasarkan hasil kesepakatan bersama antara karyawan yang bersangkutan dengan atasannya di awal tahun, dapat membantu pencapaian targetlsasaran itu sendiri dan dapat pula merubah pandangan negatif karyawan terhadap kebijakan diberlakukannya force distribution atas hasil penilaian kinerja karyawan yang telah dilakukan GROUP KIA selama ini. Komunikasi terbuka tentang sistim Base Pay dan Re-Job Evaluation terhadap beberapa pekerjaan tidak saja membentuk sudut pandang yang sama tentang pengertian sistim Base Pay itu sendiri akan tetapi dapat pula meningkatkan motivasi karyawan atas adanya peluang promosi 1 career path. Saat ini kondisi internal maupun ekstemal GROUP KIA kurang menguntungkan oleh karena itu perlu dilakukan Re-evaluasi benefit melalui kesepakatan dengan pihak Serikat Pekerja, dengan mempertimbangkan unsur win-win solution.
Nowadays harsh competition has driven us to be innovative, either directly or indirectly ii will affect the performance of a(n) organization/company. The innovation itself involves a series of development That requires technology, knowledge, and creativity. As such, it can be said that the success of the organization/company in reaching its goals and its sustainable development heavily relies upon its human resources in the mastery of technology, knowledge, and creativity. The awareness of the needs of human resources quality demands a follow-up through various strategies that can boost their performance. One of the strategies used is remuneration system. The 'right' remuneration practice helps motivate its employees to contribute their best. This particular case-study-type research scrutinizes the practice of remuneration system in PT Keramika Indonesia Assosiasi Tbk (KIA GROUP), which is known as one of the well-known ceramics material building producers in Indonesia, with the head quarter in Cileungsi. Bogor. The objectives of the research are in threefold: to obtain an overview of the impacts of remuneration system imposed by 1he company towards the employees' performance particularly in production division of KIA GROUP; to find out the components of remuneration system which give biggest impacts towards productivity; and how the practice of remuneration be best developed to maintain the employees' performance. Analysis of remuneration practice of KIA GROUP is conducted through case study. The method of data collection in this study puts greater emphasis on observation, interview and documentation. This research utilizes quantitative and qualitative data analysis. The former utilizes statistics technique such as: (a) frequency and percentage which are specifically used to process data in the ordinal or interval type of research, for instance, the results of Employee Opinion Survey; (b) mean which is used to process ratio figures. for example, company profit, production quantity; (c) test of q sample of Kolmogorov Smirnof. To ease the implemenlation process, the above statistical calculation is all done through computer using SPSS 11.5 for Windows. As for the qualitative analysis it is presented in matrics format generated from comparing the company's documents before and after. The qualitative analysis employs various approaches to obtaining data resources such as interview, observation, focus group discussion and etc. This research results in understanding that KIA GROUP in its remuneration practice is always based on consideration as to whether the remuneration policy which will be implemented can boost its employees' motivation; if requires smaller portion of expenses compared with that of cost saving earned and how greater is the potential risks of rejection. In other words, KIA GROUP has accommodated all remuneration philosophy focusing on optimizations between competitive pay and total cost. Remuneration system of Merit Pay does not give significant impacl5 towards productivity, this is in line with that of EOS in years 2000 and 2003. The comparison results of EOS in year 2000 and 2003 identified that Base Pay system in KIA GROUP has considered such aspects as justice, legal, security/sufficiency and has been accepted by the employees. The incentive system parameters have been known to hold substantial truth. The remuneration component that shares the greatest contribution towards employees' performance, particularly for the production staff is incentive. Either directly or indirectly the incentive system in KIA GROUP also contributes positive impacts towards organizational culture, that is, cooperative culture which proliferates analytical thinking mechanism towards minimum cost in operator level. Steps required in maintaining employees productivity level is through revising narrow incentive parameter into a broader one but still linked to the aforementioned parameter with cost of production as a whole (not only to things that have been determined by the company). This can provide flexibility and stimulate the employees' creativity particularly in Production division. Setting up target is based on the consensus between employees and their respective line management in early year. not only it can help reach the target itself but it also change their negative perspective towards policy enforcement of force distribution upon the results of employees performance evaluation done by KIA GROUP all this time. Open communication about Base Pay and Re-Job Evaluation system towards certain jobs not only forms similar perspective about the comprehension of Base Pay system itself, but it can also increase their motivation on the existence of opportunity for career path. Currently the internal and external condition of KIA GROUP is less advantageous therefore it is necessary to do benefit Re-evaluation through an agreement with the Labor Union, by considering the element of win-win solution.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T14159
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulistiana Noviani
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan melihat gambaran orientasi karir dan hubungannya dengan komitmen organisasi, kepuasan kerja, dan intensi untuk keluar. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif cross-sectional study dengan structural equation modelling (SEM), melibatkan 273 pegawai generasi Milenial (Y), dibagi berdasarkan kategori jalur pengangkatan pegawai HCMS dan non HCMS. Teknik penelitian yang digunakan adalah kuesioner dengan 5 variabel, yaitu Orientasi Karir Protean, Orientasi Karir Boundaryless, Komitmen Organisasi, Kepuasan Kerja, dan Intensi untuk Keluar. Wawancara juga dilakukan pada 2 pegawai untuk memperkuat hasil kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan Orientasi Protean, Orientasi Karir Boundaryless, Komitmen Organisasi, Kepuasan Kerja, dan Intensi untuk Keluar pada kedua kategori pegawai. Namun, variabel pengaruh berbeda antara pegawai HCMS, non-HCMS, dan total pegawai milenial tersebut. Pada pegawai HCMS, orientasi karir protean hanya mempengaruhi komitmen organisasi dan kepuasan kerja, dan orientasi boudaryless hanya mempengaruhi intensi untuk keluar, sedangkan pada pegawai non-HCMS, baik orientasi karir protean dan boundaryless sama-sama mempengaruhi komitmen organisasi dan kepuasan kerja. Berbeda dengan pegawai HCMS, pada pegawai non-HCMS intensi untuk keluar dipengaruhi oleh komitmen organisasi. Secara total pegawai millenial, orientasi karir protean juga sama mempengaruhi kepuasan kerja dan komitmen organisasi, sedangkan orientasi karir boundaryless hanya mempengaruhi komitmen organisasi, dan komitmen organisasi menjadi pengaruh terhadap intensi untuk keluar. Untuk itu, dalam melakukan evaluasi terhadap sistem manajemen karir, PT XYZ (Persero) harus mempertimbangkan konsep protean dan boundaryless agar pegawai terutama milenial dapat berkembang secara optimal dan dapat meningkatkan value added untuk sustainability perusahaan.
This research was conducted to portray the relationship of protean and boundaryless career orientation and its correlation with organizational commitment, job satisfaction, and intention to quit from the job. The approach was done with quantitative approach with structural equation modelling (SEM), involved 273 millennial employees or Y generation that were divided based on the category of employment’s tracks which were HCMS and non HCMS). The research technique used was questioner with 5 variables, which were protean career orientation, boundaryless career orientation, organizational commitment, job satisfaction, and intention to quit the job. Interview was also performed to two employees to confirm the questioner’s result. The result of this study showed that there was no difference between protean career orientation, boundaryless career orientation, organizational commitment, job satisfaction and intention to quit the job in the two categories (HCMS and non HCMS). However, influence factor was found to be different between HCMS employee, non-HCMS employee, and total millennial employees. For HCMS employees, protean career orientation only influenced organizational commitment and job satisfaction, and boundaryless career orientation only influenced intention to quit the job, meanwhile for non-HCMS employees, both protean and boundaryless career orientation influenced organizational commitment and job satisfaction. Different from HCMS employees, for non-HCMS employees, intention to quit the job was influenced by organizational commitment. In the general aspect of total millennial employees, protean career orientation contributed influence toward job satisfaction and organizational commitment, while boundaryless career orientation only influenced organizational commitment, and organizational commitment became an influence for intention to quit the job. For that result, in order to evaluate career management system, PT XYZ (Persero) has to consider the concept of Protean and Boundaryless so that the employees especially millennial could develop optimally and increase the added value for corporate sustainability.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arikadia Noviani
Abstrak :
[Caesalpinia sappan L. lignum atau kayu secang adalah anggota suku Fabaceae. Kayu secang secara empiris dapat mengobati berbagai penyakit yang berkaitan dengan gangguan pembuluh darah. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa ekstrak kayu secang dapat menghambat aktivitas enzim arginase. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa dengan aktivitas penghambatan terhadap enzim arginase secara in vitro. Isolasi dilakukan berdasarkan bioassay-guided isolation dengan kromatografi kolom. Dari ekstrak etil asetat didapatkan subfraksi dengan potensi penghambatan terhadap enzim arginase, yaitu subfraksi J dan K yang masing-masing mempunyai nilai IC50 67,02 μg/mL dan 75,57 μg/mL. Identifikasi golongan senyawa menunjukkan subfraksi J dan K mengandung senyawa golongan flavonoid dan terpenoid. Dari ekstrak metanol didapatkan isolat dengan IC50 265,03 μg/mL. Hasil elusidasi struktur isolat dari data spektroskopi UV-Vis, IR, MS, 1H-NMR, 13C-NMR, dan 2D-NMR menunjukkan bahwa isolat tersebut adalah 2-(3,4-dihidroksifenil)-3,5,7-trihidroksikroman-4-on atau kuersetin.;Caesalpinia sappan L. lignum or kayu secang is the member of Fabaceae family. Kayu secang is empirically used as a treatment for various disease related to vascular dysfunction. Previous research reported that the extract of kayu secang was able to inhibit arginase enzyme activity. This research’s aim is to isolate and identicate compound with arginase inhibitory activity in vitro. Isolation is conducted based on bioassay-guided isolation by column chromatography. From ethyl acetate extract, potential inhibition of arginase enzyme activity was exhibited by subfraction J and K with IC50 67,02 μg/mL and 75,57 μg/mL, respectively. Identification showed that subfraction J and K contains flavonoid and terpenoid compounds. From methanol extract, there is an isolate with IC50 265,03 μg/mL. Structure elucidation by spectroscopy UV-Vis, IR, MS, 1H-NMR, 13C-NMR, and 2D-NMR showed that the isolate is 2-(3,4-dihidroksifenil)-3,5,7- trihidroksikroman-4-on or quercetin;Caesalpinia sappan L. lignum or kayu secang is the member of Fabaceae family. Kayu secang is empirically used as a treatment for various disease related to vascular dysfunction. Previous research reported that the extract of kayu secang was able to inhibit arginase enzyme activity. This research’s aim is to isolate and identicate compound with arginase inhibitory activity in vitro. Isolation is conducted based on bioassay-guided isolation by column chromatography. From ethyl acetate extract, potential inhibition of arginase enzyme activity was exhibited by subfraction J and K with IC50 67,02 μg/mL and 75,57 μg/mL, respectively. Identification showed that subfraction J and K contains flavonoid and terpenoid compounds. From methanol extract, there is an isolate with IC50 265,03 μg/mL. Structure elucidation by spectroscopy UV-Vis, IR, MS, 1H-NMR, 13C-NMR, and 2D-NMR showed that the isolate is 2-(3,4-dihidroksifenil)-3,5,7- trihidroksikroman-4-on or quercetin, Caesalpinia sappan L. lignum or kayu secang is the member of Fabaceae family. Kayu secang is empirically used as a treatment for various disease related to vascular dysfunction. Previous research reported that the extract of kayu secang was able to inhibit arginase enzyme activity. This research’s aim is to isolate and identicate compound with arginase inhibitory activity in vitro. Isolation is conducted based on bioassay-guided isolation by column chromatography. From ethyl acetate extract, potential inhibition of arginase enzyme activity was exhibited by subfraction J and K with IC50 67,02 μg/mL and 75,57 μg/mL, respectively. Identification showed that subfraction J and K contains flavonoid and terpenoid compounds. From methanol extract, there is an isolate with IC50 265,03 μg/mL. Structure elucidation by spectroscopy UV-Vis, IR, MS, 1H-NMR, 13C-NMR, and 2D-NMR showed that the isolate is 2-(3,4-dihidroksifenil)-3,5,7- trihidroksikroman-4-on or quercetin]
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
T44660
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elisabeth Dyah Noviani
Abstrak :
ABSTRAK
Penerapan Lean Manajemen Pada Pelayanan Rawat JalanPasien BPJS Rumah Sakit Hermina Depok Tahun 2017Lamanya waktu tunggu dalam pelayanan rawat jalan akan menghambat pelayanan,dan berdampak pada penumpukan antrean dan inefisiensi pelayanan. Penelitian inibertujuan menganalisis penerapan metode lean pada pelayanan rawat jalan pasienBPJS di rumah sakit Hermina Depok tahun 2017. Penelitian dengan metodekualitatif ini mengobservasi waktu pelayanan pasien rawat jalan BPJS untukmelihat dan memotret kondisi alur pelayanan pasien rawat jalan BPJS. Pada valuestream mapping pasien tanpa pemeriksaan penunjang, waktu proses cycle time tercepat adalah pada saat pasien di kasir yaitu 2,2 menit dan paling lama adalahpada saat pasien mendapat pemeriksaan dokter yaitu 12,6 menit. Waktu tunggu waiting time paling lama pada saat pasien menunggu obat di farmasi yaitu 96,2menit 1 jam 36 menit dan paling cepat adalah pada saat pasien menunggu di kasiryaitu 4,4 menit. Pada value stream mapping pasien dengan pemeriksaan penunjanglaboratorium, waktu proses cycle time tercepat adalah pada saat proses pasiendikasir 4,2 menit, dan paling lama pada saat pasien mendapat pemeriksaan dokteryaitu 12,6 menit. Waktu tunggu waiting time terlama pada saat pasien menunggudokter yaitu 126,2 menit 2 jam 6 menit dan paling cepat pada saat pasienmenunggu proses di kasir 2,2 menit. Pada value stream mapping pasien denganpemeriksaan penunjang radiologis, waktu proses cycle time tercepat pada saatproses pasien dikasir yaitu 4,8 menit, paling lama pada saat proses pemeriksaanradiologi yaitu 67,2 menit 1 jam 7 menit . Waktu tunggu waiting time terlamapada saat pasien menunggu dokter 95,6 menit 1 jam 35 menit , paling cepat padasaat proses pasien di kasir 4,4 menit. Hasil penelitian menunjukkan 90 waktupelayanan merupakan kegiatan non value added dan hanya 10 kegiatan yangvalue added, dengan jenis-jenis waste nya adalah defect, over production, waiting,transportation, inventory, motion, dan over processing. Analisis future state denganusulan perbaikan metode lean secara simulatif yaitu 5S, Kanban Inventory, visualmanagement menurunkan kegiatan non value added menjadi 78,30 danmeningkatkan kegiatan value added menjadi 21,70 .Rekomendasi dengan melakukan perbaikan jangka pendek, jangka menengah danjangka panjang melalui program pelaksanaan metode lean berkelanjutan.Kata kunci : Metode lean, rawat jalan, waktu tunggu, kegiatan value added,kegiatan non value added.
ABSTRACT
The Aplication of Lean Method on Outpatient BPJSServices at Hermina Depok Hospital in 2017.The length of waiting time in the hospital outpatient service is important forefficient hospital service. Long waiting time leads to accumulating queue andinefficient service. This study was aimed to analyze the application of lean methodon outpatient BPJS services at Hermina Depok Hospital in 2017. This qualitativeresearch method investigated the time spent by BPJS outpatient patient by applyinglean method and observing the outpatient service flow condition. The first result,the value stream mapping VSM of patients without any adjunctive examinations i.e., laboratory or radiology , the fastest cycle time was observed at the receptiondesk 2.2 minutes and the longest at the doctor examination room 12.6 minutes .The longest waiting time was at drug prescription process at pharmaceutical unit 96.2 minutes or 1 hour,36 minutes and checkout was the fastest 4.4 minutes .Second result, the VSM with laboratory examination, the fastest time cycle was atthe reception desk 4.2 minutes , and the longest was observed at the doctorexamination 12.6 minutes . The longest waiting time at the doctor waiting room 2hours 6 minutes and checkout was the fastest 2.2 minutes . Third result, the VSMwith radiologic examination, the fastest cycle time was observed at the receptiondesk 4.8 minutes , the longest cycle time was at the radiology examination process 67.2 minutes or 1 hour, 7 minutes . The longest waiting time was observed at thedoctor examination room 95.6 minutes or 1 hour, 35 minutes and checkout wasthe fastest 4.4 minutes . The results showed that 90 service time was non valueadded activity and only 10 of value added activity. The wastes were defect, overproduction, waiting, transportation, inventory, motion, and over processing. Afterconducting future state analysis with the proposed improvement with simulativelean method 5S, Kanban Inventory, visual management , it was found that nonvalue added activity became 78,30 and value added activity became 21,70 .Future recommendation is important to organize short , medium and long termimprovements through implementation of sustainable lean method program.Keywords Lean method, outpatient waiting time, value added activity, non valueadded activity
2017
T47631
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nita Noviani
Abstrak :
Tujuan penelitian ini untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan status karies gigi (DMFT), yaitu faktor pengetahuan kesehatan gigi dan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi meliputi periode pemakaian sikat gigi, makan makanan kariogenik, frekuensi dan waktu sikat gigi, cara sikat gigi. Penelitian kuantitatif ini menggunakan desain cross sectional. Hasil studi menemukan 67 (54,4%) responden mempunyai status karies tinggi dengan indeks DMFT 4,81. Makan makanan kariogenik adalah faktor yang paling dominan berhubungan dengan status karies gigi (p=0,001, OR=3,913; 95% CI: 1,724-8.881). Disarankan untuk meningkatkan upaya promotif dan preventif dibanding kuratif dengan menambahkan materi kesehatan gigi pada pelajaran penjaskes, dan untuk Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor dapat memasukkan pesantren dalam program kerjanya. ......The purpose of this study was to find out the factors related to dental caries status (DMFT). These factors covered dental health knowledge and dental health maintenance behaviors including toothbrush usage period, consumption of cariogenic food, frequency and time of toothbrushing, and teeth brushing procedure. This quantitative study used cross sectional design. The results found that 67 (54.4%) had a high caries status with DMFT index 4.81. Consumption of cariogenic food was the most dominant factor related to teeth caries status (p=0,001, OR=3,913; 95% CI: 1,724-8.881). It is recommended to increase the promotive and preventive effort instead of curative by adding dental health material on penjaskes lesson and for the County Health Department could include pesantren in their work program.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T28494
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anisya Noviani
Abstrak :
Skripsi ini menyajikan suntingan teks dari naskah berkode Cod. Or. 1758 yang berjudul Hikayat Salman Al Farisi (HSAF). Metode yang dipakai untuk menyajikan suntingan teks dalam penelitian ini adalah metode edisi kritis untuk naskah tunggal. HSAF merupakan naskah yang disalin oleh Muhammad Daim pada tanggal 3 Desember 1825. Penelitian ini juga membahas HSAF sebagai karya sastra Islam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa HSAF merupakan sastra Islam yang di dalamnya terkandung ajaran-ajaran dalam agama Islam. ...... This thesis presents the text editing from manuscript that has code Cod. Or. 1758 and titled Hikayat Salman Al Farisi (HSAF). The method that utilize to present the text editing in this research is method of critical edition for single manuscript. HSAF is a manuscript which was copied by Muhammad Daim on 3rd December 1825. This research also discusses about HSAF as an Islamic literature creation. The result of this research shows HSAF is an Islamic literature which contains the lesson of Islam
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S47238
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emi Noviani
Abstrak :
Kesehatan gigi merupakan masalah kesehatan secara keseluruhan yang dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Kesehatan gigi sering dianggap masalah kecil padahal dapat berdampak lokal pada gigi itu sendiri dan sistemik pada organ tubuh lain. Berdasarkan data Riskesdas 2007 dapat diketahui bahwa prevalensi karies gigi di Indonesia pada usia 12 tahun sebesar 43,4% dan kabupaten Lebak prevalensinya karies gigi tertinggi yaitu 43,6%. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian karies gigi pada siswa SD kelas 4 -5 Di Kecamatan Curugbitung Kabupaten Lebak Banten yaitu faktor jenis kelamin, kelas, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua serta faktor pengetahuan kesehatan gigi dan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan desain cross sectional. Hasil study menemukan 127 orang (74,7%) responden mempunyai status karies gigi tinggi. Faktor yang berpengaruh terhadap kejadian karies gigi adalah suka mengkonsumsi makanan kariogenik OR=8,2 (CI 95%=3,0 - 22,3), Pekerjaan Orang tua OR=2,6 (CI 95%= 1,3 - 5,3), serta Tingkat pendidikan orang tua OR=2,4 (CI 95%= 1,1 - 4,9). Dari hasil penelitian disarankan untuk meningkatkan upaya promosi kesehatan serta pemahaman tentang kesehatan gigi dan mulut kepada orang tua dan wali murid siswa SD bahwa penting untuk menjaga dan memelihara kesehatan gigi putraputrinya di rumah, sedangkan bagi siswa didik diberikan pemahaman dan pengertian agar dapat mengurangi konsumsi makanan kariogenik. Hal tersebut dapat mengurangi angka karies gigi di Kecamatan curugbitung Lebak Banten. ......Dental hygiene is a health problem that can affect the overall quality of life. Dental health is often considered to be a minor problem when a local impact on the tooth itself and other systemic organs. Based on data Riskesdas 2007 can be seen that the prevalence of dental caries in Indonesia at the age of 12 years was 43.4% and Lebak regency highest prevalence of dental caries 43.6%. The purpose of this study was to determine the factors related to the incidence of dental caries in primary school students grades 4 -5 In District Curugbitung Lebak district of Banten which factors of gender, class, parental education, parental employment, and factors of dental health knowledge and behavior of health care teeth. This study is a descriptive study using cross-sectional design. The results of the study found 127 (74.7%) of respondents have a high dental caries status. Factors that influence the incidence of dental caries is likely to consume foods cariogenic OR = 8.2 (95% CI = 3.0 - 22.3), Employment parents OR = 2.6 (95% CI = 1.3 - 5,3), as well as the level of parental education OR = 2.4 (95% CI = 1.1 - 4.9). From the results it is suggested to improve health promotion efforts as well as an understanding of oral health to parents and guardians of elementary school students that it is important to keep and maintain the dental health of children in the home, while the students are given to students comprehension and understanding in order to reduce consumption cariogenic foods. This can reduce the number of dental caries in District curugbitung Lebak Banten.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S56259
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Putri Noviani
Abstrak :
ABSTRAK
Aktivitas hidrodenitrogenasi dengan katalis NiMo/γ-Al2O3 yang mengandung fosfor diuji dalam flow reactor pada suhu 285-330oC dan LHSV 3-6 dengan umpan lube base oil dengan quinoline. Katalis NiMo(P)/γ-Al2O3 0,5% fosfor dan 2,0% fosfor di karakterisasi menggunakan XRD yang menunjukan kristal yang terbentuk adalah γ-Al2O3. Karakterisasi dengan XRF menunjukan perbedaan kandungan Ni dan Mo di katalis ,pada katalis dengan 2,0% fosfor kandungan Ni dan Mo lebih banyak dibandingkan 0,5% fosfor. Karakterisasi luas permukaan katalis dengan metode BET menunjukan adanya penurunan luas permukaan dengan bertambahnya kandungan fosfor. Katalis diuji kekuatan mekaniknya , dimana semakin banyak fosfor pada katalis maka kekuatan mekaniknya semakin menurun. Produk reaksi hidrodenitrogenasi dianalisa menggunakan GC-MS, HPLC, Total Nitrogen Total Sulufr Analyzer, dan GCSIMDIS (Simulation Distilation). Reaksi hidrodenitrogenasi ini merupakan kinetika reaksi pseudo orde 1. Energi aktivasi reaksi hidrogenasi quinoline membentuk 5,6,7,8-tetrahydroquinoline, decahydroquinoline, dan NH3 untuk katalis NiMo(P)/γ-Al2O3 dengan 0,5% fosfor adalah 49,68 kJ/mol sedangkan untuk 2,0% fosfor 33,01 kJ/mol. Energi aktivasi reaksi hidrodenitrogenasi dalam menghilangkan nitrogen pada quinoline menjadi gas NH3 untuk katalis dengan 0,5% fosfor adalah 78,8 kJ/mol dan katalis dengan 2,0% fosfor 61,87 kJ/mol. Dalam reaksi hidrodenitrogenasi dengan katalis NiMo(P)/γ-Al2O3 menggunakan flow reactor ini tidak terjadi pergeseran titik didih antara umpan dengan produk, sehingga cracking yang terjadi sangat minimal selama reaksi berlangsung.
ABSTRACT
Hydrodenitrogenation activity over NiMo/γ-Al2O3 catalyst containing phosphorus were tested in a flow reactor at 285-330oC and LHSV 3-6 with lube base oil and quinoline as a feed. NiMo(P)/γ-Al2O3 catalysts with 0.5% phosphorus and 2.0% phosphorus were characterized using XRD that show a γ-Al2O3 cristal at catalyst. Characterization using XRF showed the different content of nikel and molibdenum more high at 2.0% phosphorus than 0.5% phosphorus. The surface area decreased with increase phosphorus on catalyst with BET method. Catalysts also characterized by the crushing strength test, when the phosphorus content increase, the crushing strength will decreased. Product of hydrodenitrogenation were analyzed using GC-MS, HPLC, Total Nitrogen Total Sulufr Analyzer, dan GC-SIMDIS (Simulation Distilation). This reaction is a kinetics pseudo first order. Activation energy hydrogenation of quinoline form 5,6,7,8-tetrahydroquinoline, decahydroquinoline, and NH3 for NiMo(P)/γ-Al2O3 catalyst with 0.5% phosphorus is 49,68 kJ/mol, while for catalyst with 2.0% phosphorus is 33,01 kJ/mol. Activation energy for hydrodenitrogenation to relieve nitrogen at quinoline to NH3 at catalyst with 0.5% phosphorus is 78,8 kJ/mol and catalyst with 2.0% phosphorus is 61,87 kJ/mol. Hydrodenitrogenation with NiMo(P)/γ- Al2O3 catalyst using flow reactor is no shift at boiling point between feed and product, so that the cracking during the raction is small or minimal.
2016
S65391
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Noviani
Abstrak :
ABSTRACT
Visit Rate merupakan salah satu bukti bahwa jaminan kesehatan berdampak pada utilisasi pelayanan kesehatan. FKTP dijadikan sebagai gatekeeper pelayanan kesehatan di era JKN yang harus didukung oleh mutu dan kualitas yang baik dari pelayanan kesehatan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana hubungan antara visit rate rawat jalan peserta JKN dengan determinan pelayanan kesehatan yang meliputi jumlah dokter, jam operasional dan jumlah peserta di FKTP BPJS Kesehatan Kota Bogor tahun 2017. Penelitian merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi Cross Sectional yang menggunakan data sekunder berupa jumlah seluruh data kunjungan rawat jalan dari aplikasi Primary Care p-care serta data Profiling dari 67 FKTP tahun 2017. Analisis data menggunakan Uji Regresi Linear Sederhana. Hasil penelitian menunjukkan beberapa FKTP memiliki angka visit rate yang dibawah rata-rata. Adapun determinan yang berhubungan dengan dengan visit rate pelayanan rawat jalan adalah jumlah dokter p-value = 0,023 dan r = 0,277 dan jam operasional p-value = 0,00 dan r = 0,618. Sedangkan variabel jumlah peserta tidak memiliki hubungan dengan visit rate di FKTP. Untuk itu perlu dilakukan ditelusuri kembali mengenai karakteristik peserta terdaftar pada FKTP tersebut supaya dapat diketahui penyebab dari rendahnya visit rate serta melakukan penguatan peraturan mengenai komitmen dalam pemberian pelayanan kesehatan.
ABSTRACT
Visit Rate is one of evidence that health insurance has an impact on health service utilization. FKTP serve as health care gatekeeper in The Nasional Health Insurance JKN era which must be supported by good quality of health service. The purpose of this research is to know and analize the correlation between visit rate of JKN outpatient participant with health service determinant that consist of number of doctors, operational hours and number of participants in FKTP BPJS Health City of Bogor 2017. The research is quantitative research with Cross Sectional study design using secondary data, all of outpatient visit data obtained from P care application and Profiling data collected from 67 FKTP in 2017. Data analysis using Simple Linear Regression Test. The results show that some FKTP have lower than average of visit rate. The determinants associated with visit rate of outpatient service were number of doctors p value 0.023 and r 0.277 and operational hours p value 0.00 and r 0.618, while the variable number of participants has no correlation with visit rate in FKTP. Therefore, it needs to be traced back to the characteristics of registered participants in the FKTP in order to know the cause of the low visit rate as well as strengthening the regulation regarding the commitment in the provision of health services. ,Visit Rate, Outpatient, Primary Health Care
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>