Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Novi Tri Utami
"Industri farmasi dituntut untuk selalu menghasilkan obat yang memenuhi beberapa aspek persyaratan seperti khasiat, keamanan dan mutu dalam dosis yang digunakan untuk tujuan pengobatan. Untuk menjamin obat dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan, industri farmasi harus memenuhi persyaratan sesuai dengan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Pengawasan mutu adalah bagian dari CPOB yang berhubungan dengan pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian, serta dengan organisasi, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang diperlukan dan relevan telah dilakukan dan bahwa bahan yang belum diluluskan tidak digunakan serta produk yang belum diluluskan tidak dijual atau dipasok sebelum mutunya dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat. Pembuatan laporan tugas khusus ini bertujuan untuk memperoleh gambaran kesesuaian aspek pengawasan mutu pada Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan implementasinya di PT Sterling Products Indonesia dengan menggunakan metode deskriptif yaitu melakukan pengumpulan data yang dilakukan melalui, observasi langsung kegiatan operasional dan tanya jawab secara langsung kepada seluruh staf di bagian Quality Control, serta membaca dokumen terkait. Diperoleh hasil analisa gap antara penerapan aspek CPOB pengawasan mutu terhadap kondisi aktual di PT Sterling Products Indonesia (Haleon) pada tahun 2023 yaitu, implementasi prinsip pengawasan mutu, cara berlaboratorium yang baik, dokumentasi, pengambilan sampel, pengujian, persyaratan pengujuan, dan stabilitas pascapemasaran, sudah sesuai dengan peraturan CPOB serta tidak ditemukan adanya gap, hal tersebut menunjukkan bahwa PT Sterling Products Indonesia (Haleon) senantiasa mematuhi regulasi yang berlaku.
The pharmaceutical industry is required to consistently produce drugs that meet several requirements such as efficacy, safety, and quality in the doses used for therapeutic purposes. To ensure that drugs are consistently manufactured, meeting requirements, the pharmaceutical industry must comply with the requirements outlined in the Good Manufacturing Practices (GMP) Guidelines. Quality control is a part of GMP that deals with sampling, specifications and testing, as well as with organization, documentation, and approval procedures ensuring that necessary and relevant testing has been conducted and that unapproved materials are not used, and unapproved products are not sold or supplied until their quality is assessed and deemed qualified. This special task report aims to obtain an overview of the compliance of quality control aspects in the Good Manufacturing Practices (GMP) Guidelines and its implementation at PT Sterling Products Indonesia by using descriptive methods, such as data collection through direct observation of operational activities and direct questioning of all staff in the Quality Control department, as well as reading relevant documents. The analysis results obtained a gap between the implementation of quality control aspects of GMP and the actual conditions at PT Sterling Products Indonesia (Haleon) in 2023, namely, the implementation of quality control principles, good laboratory practices, documentation, sampling, testing, evaluation requirements, and post-marketing stability, are in line with GMP regulations and no gaps were found, indicating that PT Sterling Products Indonesia (Haleon) consistently complies with applicable regulations."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Tri Utami
"Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi untuk mencapai hasil yang pasti guna meningkatkan mutu hidup pasien.  Pelayanan yang diharapkan dapat terkait dengan waktu tunggu pasien dan pelayanan yang dipersepsikan/dirasakan pasien secara langsung. Waktu   tunggu  yang  lama  merupakan  salah  satu  komponen  yang  berpontensi menyebabkan ketidakpuasan pasien. Bila waktu tunggu lama maka akan dapat mengurangi kenyamanan pasien dan berpengaruh pada utulitas pasien di masa mendatang. Pembuatan laporan tugas khusus ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian standar pelayanan minimun kategori waktu tunggu terhadap pelayanan resep obat racikan di Puskesmas Kecamatan Ciracas pada tahun 2022-2023. Pelaksanaan dilakukan menggunakan metode deskriptif dengan melakukan pengumpulan data dari hasil sampling semua pasien terhadap pelayanan resep racikan kategori lama waktu tunggu pada tahun 2022-2023, pengambilan sampling dilakukan setiap 2 kali seminggu. Didapatkan hasil total jumlah resep pada tahun 2022 sebanyak 699, resep yang memenuhi target sebanyak 636 (91%) dan resep yang tidak memenuhi target sebanyak 63 (9%). Pada tahun 2023 total jumlah resep sebanyak 421, jumlah resep yang memenuhi target sebanyak 367 (87,2%) dan jumlah resep yang tidak memenuhi target sebanyak 54 (12,8%). Terdapatnya beberapa jumlah resep yang tidak memenuhi target kemungkinan dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kurangnya SDM, tidak bervariasinya obat yang tersedia, belum ditemukan metode yang tepat untuk pembuatan pulveres yang lebih cepat dan aman, serta banyaknya jumlah permintaan resep.
Pharmaceutical services are direct and accountable services to patients related to pharmaceutical preparations aimed at achieving definite results to improve the quality of patients' lives. The expected services can be related to patient waiting time and services perceived directly by the patients. Long waiting times are one of the potential components that can cause patient dissatisfaction. If the waiting time is long, it can reduce patient comfort and affect patient utility in the future. The purpose of this special task report is to analyze the suitability of minimum service standards for waiting time categories for compounded prescription services at the Ciracas District Health Center in 2022-2023. The implementation was carried out using a descriptive method by collecting data from sampling results of all patients regarding compounded prescription services with long waiting time categories in 2022-2023, with sampling conducted twice a week. The total number of prescriptions in 2022 was 699, with 636 prescriptions meeting the target (91%) and 63 prescriptions not meeting the target (9%). In 2023, the total number of prescriptions was 421, with 367 prescriptions meeting the target (87.2%) and 54 prescriptions not meeting the target (12.8%). The presence of some prescriptions not meeting the target may be caused by several factors, including a lack of human resources, limited availability of drugs, the absence of a suitable method for faster and safer powder preparation, and a high number of prescription requests."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Tri Utami
"Ketoprofen merupakan obat non selektif siklooksigenase-2 untuk terapi rheumatoid arthritis dan osteoarthtritis. Pemberian ketoprofen secara peroral dapat mengalami first pass metabolism, sedangkan dalam bentuk sediaan topikal tingkat penetrasi ke dalam kulit masih rendah. Ketoptofen juga memiliki kelarutan rendah dalam air, sehingga penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan ketoprofen dalam bentuk mikroemulsi transdermal yang stabil dan memiliki tingkat penetrasi yang baik. Lemon essential oil digunakan sebagai fase minyak sekaligus penetration enhancer, mikroemulsi dibuat dengan metode titrasi fase. Mikroemulsi yang jernih dan stabil yaitu pada konsentrasi smix 60% dengan perbandingan 1:1. Konsentrasi lemon essential oil adalah FA (3%), FB (5%), dan FC (10%). Evaluasi dilakukan dengan mengukur ukuran globul, tegangan permukaan, bobot jenis, pH, viskositas, uji sentrifugasi, uji stabilitas fisik, cycling test dan penetapan kadar ketoprofen. Uji penetrasi dilakukan dengan menggunakan sel difusi Franz selama 8 jam. Hasil penelitian menunjukkan ketiga formula stabil secara fisik selama penyimpanan 12 minggu dan hasil uji penetrasi pada jam ke-8, jumlah kumulatif Formula A sebesar 821,6031 ± 112,4390 μg/cm2, Formula B 1591,1888 ± 275,3595 μg/cm2, dan Formula C sebesar 3515,9289 ± 385,7081 μg/cm2. Penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi lemon essential oil yang digunakan dalam formula mikroemulsi maka semakin tinggi tingkat penetrasinya.

Ketoprofen is a non-selective cyclooxygenase-2 that is used to treat rheumatoid arthritis and osteoarthritis. Oral administration of ketoprofen has disadvantages on first-pass metabolism. Also, the penetration rate into the skin is relatively low if it is given in topical dosage forms. Ketoprofen is a drug which has low solubility in water, therefore this study aimed to formulate ketoprofen in the form of a transdermal microemulsion that is stable and has a good penetration rate. Lemon essential oil is used as an oil phase as well as a penetration enhancer, microemulsions are made using the phase titration method. The microemulsion was clear and stable at 60% smix concentration with a ratio of 1:1. The concentration of lemon essential oil is FA (3%), FB (5%), and FC (10%). Microemulsion evaluation was carried out by measuring globule size, surface tension, density, pH, viscosity, centrifugation test, physical test, cycling test, and determination of ketoprofen content. Ketoprofen penetration test was carried out using a Franz diffusion cell for 8 hours. The result of the triplicate test showed that the formula was physically stable for 12 weeks of storage and based on the results of the penetration study at the 8th hour, the cumulative amount of Formula A was 821.6031 ± 112.4390 μg/cm2, Formula B was 1591.1888 ± 275.3595 μg/cm2, and Formula C was 3515.9289 ± 385.7081 μg/cm2. This study showed that higher the concentration of lemon essential oil used in the microemulsion formula increases its penetration rate."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Tri Utami
"Sistem distribusi obat tidak terlepas dengan yang namanya manajemen logistik yang merupakan aktivitas penting dalam rumah sakit karena menjamin ketersediaan pasokan baik untuk obat-obatan maupun perlengkapan operasional lainnya dengan biaya yang minimum. Salah satu alur dalam manajemen logistik adalah prosedur penyimpanan. Penyimpanan disebut sebagai jantung dari manajemen logistik karena dengan melihat penyimpanan obat maka dapat diketahui apakah tujuan manajemen logistik tercapai atau tidak serta penyimpanan adalah hal yang sangat menentukan kelancaran pada saat pendistribusian obat. Dalam laporan tugas khusus ini penulis ingin mengetahui persentase kesesuaian penyimpanan obat dan BMHP di Depo Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Universitas Indonesia. Penyusunan tugas khusus ini dilakukan menggunakan metode observasional yang bersifat deskriptif. Hasil pengamatan kemudian dituangkan dalam bentuk tabel check list lalu dihitung dan di persentasekan berdasarkan skala guttman dengan menggunakan perhitungan skor, untuk hasil memenuhi syarat diberikan skor 1 dan tidak memenuhi syarat diberikan skor 0. Didapatkan hasil dengan persentase untuk penyimpanan obat yang sesuai dengan standar adalah 96,7% dan 3,33% untuk penyimpanan obat yang belum sesuai. Perolehan persentase tersebut menunjukkan bahwa sistem penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai sudah masuk dalam ketegori penyimpanan yang sangat baik.
The drug distribution system is closely intertwined with logistics management, which is a vital activity in hospitals because it ensures the availability of supplies, both for medications and other operational equipment, at minimal cost. One of the key components of logistics management is storage procedures. Storage is often referred to as the heart of logistics management because by examining drug storage, it can be determined whether the logistics management objectives are achieved or not, and storage significantly influences the smoothness of drug distribution. In this specific task report, the author aims to determine the percentage of compliance with drug and Medical Devices and Household Health Supplies (BMHP) storage at the Outpatient Pharmacy Depot of the University of Indonesia Hospital. The preparation of this specific task is conducted using an observational method that is descriptive in nature. The observation results are then compiled into a checklist table and calculated and presented as percentages based on the Guttmann scale using scoring calculations, where a score of 1 indicates compliance and a score of 0 indicates non-compliance. The results show that the percentage of compliance with standard drug storage is 96.7%, with 3.33% for drug storage not meeting the standards. The percentage obtained indicates that the drug and disposable medical supplies storage system falls into the category of very good storage."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Tri Utami
"Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika. Untuk menjaga mutu dan manfaat sediaan farmasi, obat dan/atau bahan obat harus memenuhi kriteria aman dan berkualitas yang harus dipenuhi mulai dari proses pembuatan, penyimpanan, distribusi hingga penyerahan kepada konsumen. Distribusi yang termasuk dalam pekerjaan kefarmasian merupakan aspek penting dalam menjamin kualitas produk, sehingga perlu dilakukannya pemantauan sepanjang alur distribusi, mulai dari produk masuk gudang hingga sampai ke konsumen guna untuk memastikan mutu produk. Sebagai apoteker penting untuk dapat memahami prinsip CDOB dalam alur distribusi. Tugas khusus ini dilakukan untuk memperoleh gambaran kesesuaian aspek manajemen mutu dan organisasi manajemen serta personalia pada Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) dan implementasinya pada PT. Masiva Guna. Pelaksanaan dilakukan menggunakan metode deskriptif dengan melakukan pengumpulan data yang dilakukan melalui observasi langsung kegiatan operasional ataupun tanya jawab secara langsung kepada Apoteker Penanggung Jawab dan narasumber dari PT. Masiva Guna. Hasil observasi yang diperoleh kemudian dibandingkan kesesuainnya dengan aspek dari CDOB. Hasil pengamatan dan data yang diperoleh serta pengkajian terhadap manajemen mutu, organisasi manajemen dan personalia pada PT. Masiva Guna, didapatkan hasil bahwa sistem manajemen mutu, organisasi manajemen, dan personalia yang telah dijalankan oleh PT. Masiva Guna telah memenuhi aspek manajemen mutu pada pedoman teknis CDOB.

Pharmaceutical preparations include drugs, drug substances, traditional medicines, and cosmetics. To maintain the quality and benefits of pharmaceutical preparations, drugs and/or drug substances must meet safe and quality criteria that must be fulfilled from the manufacturing process, storage, distribution to delivery to consumers. Distribution, which is part of pharmaceutical work, is an important aspect in ensuring product quality, thus monitoring throughout the distribution process, from products entering the warehouse to reaching consumers, is necessary to ensure product quality. As a pharmacist, it is important to understand the principles of Good Distribution Practices (GDP) in the distribution process. This specific task is carried out to assess the suitability of quality management aspects and management organization personnel in Good Distribution Practices (GDP) and its implementation at PT. Masiva Guna. The implementation is conducted using descriptive methods by collecting data through direct observation of operational activities or direct questioning of the Responsible Pharmacist and informants from PT. Masiva Guna. The observations obtained are then compared for compliance with aspects of GDP. The results of observations and data obtained, as well as the assessment of quality management, management organization, and personnel at PT. Masiva Guna, show that the quality management system, management organization, and personnel implemented by PT. Masiva Guna have met the quality management aspects in the GDP technical guidelines.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Tri Utami
"Penyakit infeksi merupakan penyakit yang dapat disebabkan oleh mikroorganisme patogen, seperti bakteri, virus, parasit atau jamur. Terapi untuk mengobati penyakit infeksi antara lain antibakteri/ antibiotik, antijamur, antivirus, antiprotozoa. Penggunaan obat antibiotik bukan tanpa risiko, terlebih jika masyarakat mengkonsumsi obat ini sembarangan. Penggunaan obat antibiotik harus dengan resep dokter agar hasilnya semakin optimal. Resep dari dokter tersebut harus memuat informasi yang jelas agar apoteker maupun petugas kefarmasian dapat menyiapkan obat dengan baik, maka dari itu perlu dilakukan pengkajian resep terlebih dahulu untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam menyediakan dan memberikan obat kepada pasien. Pada tugas khusus ini dilakukan pengkajian resep terhadap tiga resep obat yang mengandung antibiotik di Apotek Roxy Pondok Labu. Pada kegiatan pengkajian resep, terdapat kajian terkait administrasi yang berisikan nama, umur, jenis kelamin, berat badan pasien, nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor telepon, paraf, dan tanggal penulisan resep. Kajian kesesuaian farmasetik yang berisikan bentuk sediaan, kekuatan sediaan, stabilitas dan kompatibilitas. Kajian pertimbangan klinis yang memuat informasi ketepatan indikasi dan dosis obat, aturan dan lama penggunaan obat, duplikasi atau polifarmasi, reaksi obat yang tidak diinginkan, kontraindikasi, dan interaksi obat. Berdasarkan data dan analisis yang telah dilakukan, dapat hasil menunjukkan bahwa kegiatan pengkajian tiga resep obat antibiotik dapat terdokumentasikan dengan baik. Tiga resep yang dikaji secara administratif, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis cukup lengkap dan memberikan informasi yang cukup untuk apoteker maupun tenaga kefarmasian lainnya untuk menyediakan dan memberikan obat yang sesuai kepada pasien.

Infectious diseases are caused by pathogenic microorganisms, such as bacteria, viruses, parasites, fungi. Therapy to treat infectious diseases includes antibacterial/antibiotic agents, antifungal, antiviral, and antiprotozoal medications. The use of antibiotics is not without risks, especially if people use these drugs carelessly. Antibiotics also must be prescribed by a doctor, ensuring optimal results. The prescription from the doctor must contain clear information so that pharmacists and pharmacy staff can prepare the medicine properly, therefore it is necessary to review the prescription first to avoid errors in providing and administering the medicine to the patient. In this special assignment, a prescription review was carried out for three prescription drugs containing antibiotics at the Apotek Roxy Pondok Labu. In the prescription review activity, there is a study related to administration which contains the patient's name, age, gender, weight, doctor's name, Practice License number (SIP), address, telephone number, initials and date of writing the prescription. Pharmaceutical suitability studies containing dosage form, dosage strength, stability and compatibility. A study of clinical considerations that includes information on the accuracy of indications and drug doses, rules and duration of drug use, polypharmacy, unwanted drug reactions, contraindications and drug interactions. Based on the data and analysis that has been carried out, the results show that the review activities for three antibiotic drug prescriptions can be well documented. The three prescriptions reviewed administratively, pharmaceutical suitability, and clinical considerations are quite complete and provide sufficient information for pharmacists and other pharmaceutical personnel to provide and administer appropriate medications to patients.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library