Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Novi Lestari
"Perekonomian regional merupakan satu mata rantai yang tidak terpisahkan dari perekonomian nasional. Perekonomian regional tidak luput dari penyakit ekonomi yaitu inflasi yang selalu muncul dalam perekonomian. Inflasi sebagai gejolak ekonomi tidak seharusnya dihapuskan sama sekali tetapi dikendalikan pada angka tertentu sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi inflasi pada perekonomian regional. Dalam menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi didasarkan pada teori demand pull inflation dan supply side inflation.Menurut teori demand pull inflation inflasi disebabkan naiknya permintaan agregat sedangkan perekonomian dalam keadaan full employment sehingga terjadi excess demand dan menyebabkan harga barang naik, faktor-faktor yang menyebabkan naiknya permintaan oleh golongan monetaris disebbakan naiknya jumlah uang beredar sedangkan golongan strukturalis tidak menyangkal hal ini tetapi ditambahkan karena naiknya pengeluaran pemerintah misalnya investasi dan pendapatan. Sedangkan inflasi dari sisi penwaran agregat disebabkan naiknya biaya produksi, untuk mengatasi hal ini pengusaha menaikkan harga jualnya yang dibebankan pada masyarakat sehingga harga barang dan jasa meningkat.
Penelitian ini menggunakan teknik pooling yaitu merupakan gabungan dari data runtun waktu (Time Series) data kerat lintang (Cross Section) yang dimulai dari tahun 1991-2001 (11) tahun dan 26 propinsi di Indonesia. Sedangkan sampel yang digunakan adalah Inflasi, Pendapatan, Jumlah Uang Beredar, Investasi , Impor dan Upah.
Berdasarkan hasil regresi didapatkan bahwa jumlah uang beredar berpengaruh secara signifikan terhadap Inflasi pada perekonomian regional dan hubungan ini adalah negatif. Pendapatan berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap inflasi, investasi saat ini dan investasi tahun lalu tidak signifikan terhadap inflasi, upah berpengaruh secara signifikan dan negatif terhadap inflasi. Apabila diperhatikan koefisien yang dihasilkan, maka faktor yang paling dominan mempengaruhi inflasi adalah faktor dari sisi penawaran yaitu impor. Sedangkan dilihat pada masing-masing wilayah adanya variasi dari tiap-tiap variabel yang memepengaruhi inflasi namun yang paling kelihatan behwa upah nominal dan impor secara signifikan berpengaruh di setiap wilayah serta impor sebagai penyebab inflasi dari sisi penawaran menghasilkan koefisien terbesar di tiap-tiap wilayah dibandingkan varibel yang lainnya yaitu jumlah uang beredar, pendapatan, investasi saat ini, investasi tahun lalu dan upah.
Kebijakan untuk mengatasi tidak terlepas dari faktor-faktor yang menyebabkan inflasi. Sesuai dengan hasil penelitian dimana faktor yang mempengaruhi inflasi dari sisi penawaran yaitu impor yang berari_i bahwa inflasi terjadi karena naiknya biaya bahan baku berasal dari luar balk dari antar daerah maupun luar negeri, ini menandakan bahwa masih kurang sarana dan prasarana penyediaan bahan baku untuk proses produksi."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T20452
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Novi Lestari
"Capsaicin topikal dengan konsentrasi tinggi (8%) efektif dalam pengobatan nyeri pada pasien Post-Herpetic Neuralgia (PHN) dan HIVAssociated Distal Sensory Polyneuropathy (HIV-DSP), namun penggunaan capsaicin ini masih menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan pada tempat aplikasi. Penelitian ini bertujuan memformulasikan dan mengkarakterisasi capsaicin transfersom konsentrasi tinggi pada sediaan gel serta melihat hasil uji histologinya pada jaringan kulit tikus putih jantan Sprague Dawley. Formula optimum transfersom dihasilkan oleh campuran fosfolipid (Phospholiphon 90G®) dan tween 80 rasio 80:20 dengan indeks polidispersitas 0,389±0,08, ukuran partikel 183,03±25,95 nm, potensial zeta -33,87±0,83 mV, dan efisiensi penjerapan 71,58+0,12 %. Formula terpilih transfersom dibentuk ke dalam suatu sediaan gel kemudian dibandingkan dengan gel non-transfersom untuk melihat penetrasinya ke dalam kulit melalui uji sel difusi Franz. Selanjutnya, dianalisa menggunakan metode Spektrofotometri UV-Vis dengan panjang gelombang 281 nm. Berdasarkan uji sel difusi Franz, didapatkan jumlah kumulatif gel capsaicin transfersom sebesar 7572,19 ng/cm2 dan gel capsaicin non-transfersom sebesar 20326,66 ng/cm2. Nilai fluks Capsaicin transfersom adalah 329,12 ng.cm-2jam-1 and capsaicin non-transfersom adalah 760,08 ng.cm-2jam-1. Kemudian dilakukan studi histologi jaringan kulit menggunakan pewarnaan Hematoksilin-Eosin (HE) dengan melihat ketebalan lapisan epidermis, dermis, dan jumlah sel radang per 100x100 μm2. Uji histologi menunjukkan bahwa capsaicin transfersom memberikan gambaran keadaan sel yang lebih baik dibandingkan capsaicin non transfersom. Dapat disimpulkan bahwa komposisi Phospholiphon 90G® dan tween 80 dengan rasio 80:20 menghasilkan formula optimum dari transfersom capsaicin konsentrasi tinggi. Gel capsaicin transfersom memiliki kemampuan penetrasi yang lebih lambat dibandingkan capsaicin non transfersom. Capsaicin yang dienkapsulasi dalam transfersom dapat mengurangi toksisitas capsaicin terhadap kulit.

Topical capsaicin with high concentrations (8%) is effective in the treatment of pain in patients with Post-Herpetic Neuralgia (PHN) and HIVAssociated Distal Sensory Polyneuropathy (HIV-DSP), but the used of capsaicin causes unintended drug reactions at the site of application. This study aimed to formulate and characterize the transfersome with high concentration capsaicin in a gel dosage form and see its histology study on skin tissue of Sprague Dawley male white rats. The optimum transfersome formula used a mixture of phospholipid (Phospholiphon 90G®) and tween 80 (80:20) with polydispersity index 0,389±0,08, particle sized 183,03±25,95 nm, zeta potential -33,87±0,83 mV, and entrapment efficiency 71,58±0,12 %. The selected transfersome formula was formed into a gel, then compared with non-transfersome gel to see the penetration into the skin through the Franz diffusion cell test. Then analyzed using spectrophotometry UV-Vis method with a wavelength 281 nm. Based on the Franz diffusion cell test, the cumulative amount of capsaicin from transfersome gel was 7572,19 ng/cm2 and non-transfersome capsaicin gel was 20326,66 ng/cm2. Flux value for transfersome capsaicin was 329,12 ng.cm-2hour-1 and nontransfersome capsaicin was 760,08 ng.cm-2hour-1. Then a histology study of skin tissue was carried out using Hematoxylin-Eosin (HE) staining by looking at the thickness of the epidermal layer, dermis layer, and the amount of inflammatory cells per 100x100 μm2. Histology study showed that transfersome capsaicin gave a better condition of skin tissue than non-transfersome capsaicin. It could be concluded that the composition of Phospholiphon 90G® and tween 80 with a ratio of 80:20 resulted in the optimum formula of transfersome with high concentration capsaicin. Transfersome capsaicin gel has a slower penetration than nontransfersome capsaicin. Capsaicin encapsulated in transfersomes can reduce the toxicity of capsaicin to the skin."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library