Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Niken Wahyu Puspaningtyas
"Non-invasive respiratory support adalah suatu metode pemberian bantuan napas mekanik tanpa intubasi. High flow nasal cannula (HFNC) dan continuous positive airway pressure (CPAP) termasuk dalam golongan ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas HFNC dibandingkan dengan CPAP pada anak dengan gagal napas hipoksemia akut. Uji klinis acak terkontrol dilakukan pada anak gagal napas hipoksemia akut (saturasi oksigen <90%) di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Subjek dilakukan randomisasi dan terbagi ke dalam kelompok HFNC atau intubasi dengan modus CPAP. Pemeriksaan gas darah dan pengambilan parameter klinis (saturasi oksigen, laju napas, laju nadi), skor nyaman dan lingkar perut sebagai data dasar dan dalam 1 jam pasca-pemasangan alat. Sebanyak 22 subyek penelitian, kelompok HFNC dan CPAP, menunjukkan perbaikan parameter klinis dan skor nyaman yang bermakna 1 jam pasca pemasangan alat (p<0,05). Terdapat peningkatan rasio PF (PO2/FiO2) pada kedua kelompok dengan hasil yang bermakna pada kelompok HFNC (p = 0,023). Tidak ada perbedaan efektivitas antara HFNC dan CPAP. Penelitian ini tidak menemukan adanya efek samping aerofagi, iritasi mukosa hidung dan intoleransi minum pasca-pemasangan HFNC. Dengan demikian HFNC sama efektif dengan CPAP dalam memperbaiki parameter klinis dan rasio PF (PO2/FiO2) pada anak dengan gagal napas hipoksemia akut. HFNC dan CPAP dapat memberikan kenyamanan dalam pemakaiannya.

Non-invasive respiratory support provides mechanical positive presure breathing assistance without intubation. High flow nasal cannula (HFNC) and continuous positive airway pressure (CPAP) belong to this group. This research is conducted to see the efficacy of HFNC in acute hypoxemic respiratory failure pediatric patient compared to CPAP mode through intubation. A randomized controlled trial study of children with acute hypoxemic respiratory failure (oxygen saturation less than 90%) was conducted in Cipto Mangunkusumo Hospital. Patients who met the inclusion criteria were randomized and divided into HFNC or intubated with CPAP mode group. Clinical parameters (oxygen saturation, respiratory rate, and pulse rate), comfort behaviour score, abdominal circumference, and blood gas analysis were evaluated as initial data dan within one hour after device installation. Out of 22 subjects, HFNC and CPAP group showed significant improvement in clinical parameters and comfort score within one hour after device installation (p<0,05). There was an increase of PF ratio (PO2/FiO2) in both groups with significant result for HFNC group (p=0,023). No difference in efficacy between HFNC and CPAP group. There were no adverse events of aerophagia, nasal mucosal irritation and feeding intolerance in HFNC group."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Wahyu Puspaningtyas
"Latar Belakang: Sepsis saat ini masih merupakan masalah utama di bidang perawatan dan pelayanan neonatus dengan angka mortalitas 24% pada tahun 2012. Gangguan sistem koagulasi pada sepsis akibat aktivasi endotel dan pengeluaran faktor jaringan ditandai dengan eksaserbasi proses koagulasi, gangguan sistem anti-koagulasi, dan penurunan degradasi fibrin yang mengakibatkan terbentuknya trombosis mikrosirkulasi, deposisi bekuan fibrin, hipoperfusi jaringan serta hasil akhir berupa disfungsi organ. Kaskade koagulasi menunjukkan trombin memiliki peran penting dan salah satu komponen antikoagulan utama diperankan oleh antitrombin (AT). Seratus persen neonatus dengan sepsis menderita defisiensi AT namun belum ada data pada neonatus yang secara klinis menderita sepsis.
Tujuan: Mengetahui profil dan perubahan kadar antitrombin pada neonatus yang secara klinis menderita sepsis awitan dini di unit perawatan Perinatologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
Metode: Penelitian bersifat deskriptif prospektif yang dilakukan pada bulan Agustus-November 2013. Subjek penelitian adalah neonatus usia gestasi 28-40 minggu (berat lahir >1000 gram) yang secara klinis terdiagnosis sepsis dan dirawat di ruang Perawatan Perinatologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Dilakukan pengukuran kadar serum AT secara serial pada perawatan hari pertama, ketiga dan kelima. Kadar serum AT disajikan dalam bentuk nilai rerata dan simpang baku. Analisis statistik dilakukan untuk melihat perbedaan antar rerata AT pada hari pertama, ketiga dan kelima perawatan dengan menggunakan uji Anova (analisis bivariat).
Hasil: Penelitian ini dilakukan pada 62 neonatus yang secara klinis menderita sepsis. Pada penelitian ini didapatkan peningkatan rerata AT yang meningkat secara bermakna pada ketiga pengukuran AT (P=0,000) dan kecenderungan peningkatan kadar AT yang lebih tinggi pada pasien yang hidup dibandingkan pasien yang mati. Terdapat 56,5% neonatus dengan defisiensi antitrombin pada pemeriksaan hari pertama perawatan dengan profil nilai rerata AT pasien penelitian sebesar 30,01% (SD 17,36) pada pemeriksaan hari pertama, 37,9% (SD 19,34) pada pemeriksaan hari ketiga dan 47,05% (SD 18,25) pada pemeriksaan hari kelima perawatan.
Simpulan: Terdapat profil kadar AT yang rendah dan peningkatan kadar AT pada pasien neonatus yang secara klinis menderita sepsis. Antitrombin masih mungkin memiliki peran sebagai faktor prognostik.

Background: Neonatal sepsis still becomes one of major problems in neonatal care. The problem can be seen from the 24% mortality in 2012. Within the pathophysiology of sepsis, coagulation derangements caused by endothelial activation and secretion of tissue factor, are characterized by coagulation exacerbation, impaired anticoagulation system, and decreased fibrin removal. These derangements are marked by the generation of microcirculation thrombosis with deposition of microclots and obstruction of circulation, impairing blood flow contributing to tissue hypoperfusion and consequently organ dysfunction. In addition to this, coagulation cascade demonstrates that thrombin has major role in the formation of fibrin. One of the main anticoagulant against the coagulation activity is played by antithrombin (AT). Eventhough all neonate with neonatal infection have AT deficiency, there is no data in clinically early-onset neonatal infection.
Objectives: This study was designed to identify the profile and changes in AT in clinically early-onset neonatal infection in Perinatology ward Cipto Mangunkusumo Hospital.
Method: A descriptive in prospectively was conducted from August until November 2013. Subjects were neonate 28-40 weeks gestational ages (birth weight >1000 gram) who clinically diagnosed with neonatal infection and hospitalized in Perinatology ward Cipto Mangunkusumo Hospital. Serum AT level was measured serially in the first, third, and fifth day of the hospitalization. Data AT profile was presented by the mean and confidence interval. Anova test was used to analyze the difference between measurements (bivariate analysis).
Result: This study found that the mean of serum AT level increase significantly in the serial measurement (p=0,000) and there was a trend showing higher increamental level of AT in survived patient compared to the died one. These results are taken from samples of 62 neonates with clinically early-onset neonatal infection. From the samples, 56,5% of neonates were having antithrombin deficiency from the first day of the hospitalization. In addition to this, the means serum AT level was 30,01% (SD 17,36) in the first day, 37,9% (SD 19,34) in the third day and 47,05% (SD 18,25) in the fifth day of hospitalization.
Conclusion: There was low level of antithrombin profile and increasing serum level AT in clinically early-onset neonatal infection. Antithrombin may have beneficial effect as a prognostic factor.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library