Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ni Putu Mayda Anggarini Artana
Abstrak :
ABSTRAK
Masalah yang cukup banyak terjadi pada pasangan yang menjalani hubungan jarak jauh adalah kecemburuan. Attachment mempengaruhi penilaian kognitif dan reaksi emosi individu terhadap kecemburuan. Attachment juga mempengaruhi cara individu mengekspresikan kecemburuan. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa individu dengan anxiety attachment, mengalami kecemburuan yang ekstrim. Anxiety attachment memiliki hubungan yang positif terhadap kecemburuan kognitif, kecemburuan emosi, dan kecemburuan perilaku. Selain peran tipe attachment, terdapat pula peran dyadic coping dalam mempengaruhi kecemburuan. Dukungan dari pasangan dapat menurunkan stres individu. Saat individu melakukan dyadic coping, kecemburuan individu dapat menurun. Individu dengan anxiety attachment memiliki khawatir pasangan mereka tidak akan merespon saat dibutuhkan, sehingga individu tidak melibatkan pasangan dalam melakukan coping dan masalah kecemburuan individu tidak terselesaikan. Meskipun demikian, individu dapat menerapkan dyadic coping dengan baik, bila pasangannya menunjukkan perhatian dan perilaku suportif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran dyadic coping sebagai moderator pada hubungan antara anxiety attachment dengan kecemburuan kognitif, kecemburuan emosi, dan kecemburuan perilaku pada individu yang sedang menjalani hubungan pacaran jarak jauh. Anxiety attachment diukur menggunakan Experience in Close Relationship Questionnaire-Revised (Fraley, Brennan, Waller, 2000); kecemburuan kognitif, emosi, dan perilaku diukur menggunakan Multidimensional Jealousy Scale (Pfeiffer dan Wong, 1989); dan dyadic coping diukur menggunakan Dyadic Coping Inventory (Bodenmann, 2008). Sebanyak 156 orang berpartisipasi dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara anxiety attachment dengan kecemburuan. Diketahui pula bahwa dyadic coping tidak signifikan memoderatori hubungan antara anxiety attachment dengan kecemburuan, baik kecemburuan kognitif, emosi, dan perilaku
ABSTRACT
One of the common problems for couples in long-distance relationships is jealousy. Individuals cognitive assessment and emotional reactions to jealousy are influenced by their style of attachment. Attachment style also affects the way individuals express jealousy. Previous studies suggested that individuals with anxiety attachment experience extreme jealousy, and associated with cognitive, emotional, and behavioral jealousy. Aside from attachment style, dyadic coping also has a role in influencing jealousy. Support from partner can reduce individuals stress. When individuals use dyadic coping, individuals jealousy can reduce. Individuals with anxiety attachment worry their partner will not response when they needed, so they do not involve their partner in coping and individuals jealousy are not resolved. However, individuals can use dyadic coping, if their partner show attention and supportive behavior. This study aims to examine the role of dyadic coping as a moderator in the relationship between anxiety attachment with cognitive, emotional, and behavioral jealousy in individuals undergoing long-distance relationships. Anxiety attachment was measured using the Experience in Close Relationship Questionnaire-Revised (Fraley, Brennan, and Waller, 2000); cognitive, emotional, and behavioral jealousy were measured using the Multidimensional Jealousy Scale (Pfeiffer and Wong, 1989); and dyadic coping was measured using the Dyadic Coping Inventory (Bodenmann, 2008). A total of 156 individuals participated in this study. Result showed a significant positive relationship between anxiety attachment and jealousy. Dyadic coping, however, was not found to be significant in its role of moderating the relationship between anxiety attachment and jealousy.
2019
T55166
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Putu Mayda Anggarini Artana
Abstrak :
ABSTRAK
Tak sedikit individu yang menaruh harapan besar bahwa pernikahan akan membawa kebahagiaan pada dirinya. Namun seringkali terdapat ketidaksesuaian pemikiran individu mengenai pernikahan dengan kenyataan yang dihadapi, sehingga individu merasa tidak puas pada pernikahannya. Pemikiran akan pernikahan tersebut berkembang menjadi beliefs atau yang lebih dikenal sebagai relationship beliefs. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa beliefs yang tidak realistis pada pasangan dan tidak sesuai dengan kenyataan yang dihadapi, akan menyebabkan penurunan kepuasan pernikahan individu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara relationship beliefs khususnya dysfunctional relationship beliefs dengan kepuasan pernikahan pada suami atau istri. Sebanyak 174 suami dan 173 istri berpartisipasi dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara relationship beliefs suami atau istri dengan kepuasan pernikahan suami atau istri. Selain itu, diketahui hasil bahwa dimensi relationship beliefs yaitu sexes are different, merupakan dimensi yang paling berkontribusi terhadap kepuasan pernikahan. Hal ini terjadi karena budaya kolektivis yang dianut masyarakat Indonesia serta faktor demografis yaitu jumlah anak yang memengaruhi hasil penelitian.
ABSTRACT
Many individuals have high expectation that marriage will bring happiness to them. But, sometimes what they think do not resemble the reality, and they tend to feel dissatisfy with their marriage. Their thought can develop into beliefs or commonly known as relationship beliefs. Previous studies showed that unrealistic beliefs to their spouse or inconsistency between beliefs and reality, will decrease their marital satissfaction. This study is aimed to investigate the correlation between relationship beliefs and marital satisfaction among married men and women. There are 174 husbands and 173 wives who participated in this research. The results show that there is significant negative correlation between relationship beliefs and marital satisfaction. The other results show that relationship beliefs?s subscale ?sexes are different?, is significantly strongest endorsement of marital satisfaction. This condition occurred because of collectivism in Indonesia?s people and demographic factor is number of children that contributed to this study results
2016
S62867
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library