Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nasution, Yusran
Abstrak :
Pelaporan pelayanan KIA secara rutin setiap bulan telah dilakukan oleh puskesmas di Kota Tangerang, waiaupun masih ada yang belum tepat waktu. Laporan pelayanan KIA puskesmas berasal dari PWS KIA dan LB3 Puskesmas. Laporan texsebut merupakan alat manajemen program KIA untuk memantau calcupan pelayanan KIA diwilayah kexja puskesmas. Pemanfaatan laporan tersebut sudah dilakukau dalam memantau dan mengevaluasi program KIA di puskesmas. Analisis terhadap laporan tersebut sudah dilakukan dalam bentuk narasi, tabel atau grafik, demikian juga umpan balik ke puskesmas dilakukan melalui supervisi atap rapat rutin tiga bulanan di Seksi KIA dan KB. Namun demikian, analisis terhadap cakupan pelayanan KIA dikaitkan dengan ketersediaan layanan KIA dimasing-masing puskesmas belum optimal dilakukan. Dengan aglanya evaluasi program KIA dengan analisis spasial maka dapat diketahui keterkaitan tingkat cakupan pelayanau KIA dengan ketersediaan layanan KIA di setiap puskesmas. Hasil analisis tersebut ditampilkan dalam bentuk peta tematik sehingga lebih memudahkan bagi manajemen dalam melakukan evaluasi program KIA. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan plating posisi puskesmas dalam peta. Pengembangan sistem menggunakan pendekatan analisis sistem mulai dari mengidentitikasi masalah sampai pada menentukan data yang dibutuhkan sistem. Kemudian mendisain sisten; mulai dari pengumpulan, pengolahan dan penyajian data serta perancangan program aplikasinya. Tahap selanjutnya dilakukan analisis spasial. Hasil dari penelitian ini adalah terbentuknya prototipe pengembangan analisis spasial PWS KIA secara komputerisasi dengan menghasilkan informagsi dalam bentuk peta cakupan pelayanan KIA dikaitkan dengan ketersediaan layanan KIA. Berdasarkan hasil tersebut puskesmas yang ada di Kota Tangerang dapat diklasiiikasikan berdasarkan tingkat cakupan indikator KIA dan ketersediaan pelayanan KIA. Ada 8 puskesmas dengan tingkat cakupan indikator KIA masuk kategori baik dan 4 diantaranya adalah ketersediaan pelayanan KIA-nya kurang yaitu Puskesmas Cipondoh, Kunciran, Neglasari dan Jatiuwung. Sebaliknya ada 7 puskesmas dengan indikator KIA kurang dan 4 diantaranya ketersediaan pelayanan KIA cukup yaitu Puskesmas Jurumudi Baru, Gembor, Kedaung Wetan dan Pasar Baru.
Reporting of MCH services regularly each month had been undertaken by Tangerang City community health center (puskesmas), although it was not reported on time. Puskesmas MCH service taken from MCH Local Area Monitoring (Pemarztauan Wilayah Setempat) and MCH/Family Planning Monthly Report (LB3). These reports are a management tool for monitoring of MCH services coverage at puskesmas working area. The reports had been utilized in monitoring and evaluating of MCH Program at puskesmas. Then, it analyzed in types of narration, table, and graphic. In addition, the feed back to puskesmas given by supervision or three-monthly regular meeting at MCH Section and Family Planning. However, analysis for MCH service coverage related to the availability of MCH services in each puskesmas had not been implemented optimally. Through MCH Program evaluation with spatial analysis, the association between MCH service coverage level and its availability in each puskesmas known. The result of analysis presented in thematic map in order to facilitate evaluation of MCH Program by management. Data collection methods are observation, interview, and plotting of puskesmas in map. The system development using system analysis approach starting from the problem identification until data determination needed by system. Then, system design starting fiom data collection, analysis, and presentation and also the design of application program. The final step is spatial analysis. The product of research is prototype of MCH Local Area Monitoring (Pemanfauan Wilayah Serempat) spatial analysis development by computerization. The prototype of information is map of MCH service coverage related to the MCH Program availability. Hence, all puskesmas in Tangerang City classified based on the level of MCH indicator coverage and its availability. There were 8 puskesmas with its MCH indicator coverage level put in good category and four of them have poor MCH availability, namely Puskesmas Cipondoh, Kunciran, Neglasari, and Jatiuwung. In contrary, there were 7 puskesmas with poor MCH indicator. Four of them have enough the availabilities of MCH service i.e. Puskesmas Jurumudi Barn, Gembor, Kedaung Wetan and Pasar Baru.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T31586
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Yusran
Abstrak :
Penyalahgunaan obat terlarang di kalangan remaja/pelajar dewasa ini merupakan masalah yang sangat kompleks. Karena tidak hanya menyangkut pada remaja atau pelajar itu sendiri akan tetapi juga melibatkan banyak pihak baik keluarga, lingkungan tempat tinggal, lingkungan sekolah, serta aparat hukum, baik sebagai faktor penyebab, pencetus maupun yang menanggulangi. Agar keluarga/orang tua dapat mencegah tindakan penyalahgunaan NAZA yang kemungkinan dilakukan oleh putra-putri mereka, maka orang tua/keluarga perlu dibekali pengetahuan tentang NAZA. Tujuan survei ini untuk mengetahui pengetahuan orang tua murid SLTP tentang jenis, bentuk, cara penggunaan serta ciri-ciri fisik pengguna NAZA. Survey ini menggunakan rancangan deskriptif analitik yang bersifat cross-sectional untuk mengukur tingkat pengetahuan orang tua murid SLTP tentang NAZA pada sekolah terpilih di Kotamadya Depok. Pengetahuan orang tua murid terhadap jenis, bentuk, cara penggunaan dan ciri fisik anak pengguna NAZA seperti Minuman Keras, Kelompok Sedatin (Pil BK/Magadon/Rohipnol), Ganja/mariyuana, Opium (Heroin/putaw), Amphetamin (Ekstasi/sabu-sabu) serta Kokain masih sangat rendah. Hal ini terlihat dari sekitar 33.3% diantara orangtua murid hanya mengetahui paling banyak 2 dari 6 jenis NAZA tersebut. Ada 26.5% orangtua murid yang tidak tahu bentuk minuman keras, 49.6% tidak tahu bentuk Pil BK/magadon/rohipnol, 44.4% tidak tahu bentuk Ganja, 62.4% tidak tahu bentuk Heroin, 57,3% tidak tahu bentuk Ekstasi dan 75.2% orang tua murid tidak tahu bentuk Kokain. Pengetahuan terhadap cara penggunaan NAZA, 13.1% orang tua murid tidak tahu cara penggunaan Minuman Keras, 57.6% Pi1 BK/Magadon/Rohipnol, 44.4% Ganja, 62.6% Heroin, 68,7% Ekstasi dan 78.8% tidak tahu cara penggunaan Kokain. Sedangkan pengetahuan orang tua murid terhadap ciri-ciri fisik anak pengguna NAZA sebagian besar responden tidak dapat mengetahuinya dengan baik. Sebagian besar orangtua murid memperoleh informasi tentang NAZA melalui media majalah/koran atau televisi dibandingkan dengan penyuluhan maupun seminar.
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2002
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Yusran
Abstrak :
ABSTRAK
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tercatat 3 - 6 kali lebih tinggi daripada AKI di negara-negara ASEAN yaitu lebih kurang 390/100.000 kelahiran hidup. Penyebab AKI selain yang bersifat klinis juga diduga karena 3 keterlambatan yaitu terlambat mengenali bahaya dan mengambil keputusan merujuk (Ease 1); terlambat mencapai fasilitas pelayanan kesehatan (fase 2); dan terlambat memperoleh pertolongan yang memadai di fasilitas kesehatan (fase 3), Keterlambatan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor sosial budaya antara lain adalah bahwa profil "calon almarhumah ibu" memiliki ciri kurang disayang suami (studi kasus kematian ibu di Jateng tahun 1985 dan di Jabar tahun 1995 dalam Depkes 1998). Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya gambaran pengetahuan, persepsi dan perilaku suami dalam menjaga kesehatan kehamilan istrinya dan diketahuinya gambaran pengetahuan, persepsi dan perilaku suami dalam menjaga persalinan istrinya.

Penelitian ini bersifat kuantitatif menggunakan metode crosss sectional survey dengan analisa deskriptif. Populasi adalah seluruh suami pasangan usia subur (suami yang istrinya berusia 15-45 tahun) yang masih mempunyai balita, Sampel diambil secara random dengan jumlah responden minimal 40 orang di Desa Putatnutug, Kecamatan Parung yang mewakili daerah pedesaan dan 40 orang di Desa Padasuka, Kecamatan Ciomas sebagai daerah yang mewakili perkotaan.

Dari penelitian ini diketahui peran suami dalam menjaga kesehatan kehamilan dan persalinan telah cukup disadari oleh suami baik yang berdomisili di desa maupun di kota di Kabupaten Bogor. Peran tersebut disadari sebagai tanggung jawab suami untuk menjaga keseiamatan dan kesejahteraan keluarganya yaitu istri dan anak. Walaupun peran tersebut telah disadari, namun dari penelitian ini masih terlihat rendahnya pengetahuan suami, terutama di desa, terhadap tanda bahaya kehamilan dan kondisi ibu hamil risiko tinggi. Rendahnya pengetahuan suami tampaknya mempengaruhi sikap terhadap keinginan punya anak pada kondisi ibu risiko tinggi.

Dari penelitian ini juga terungkap masih kurang sesuainya beberapa sikap terhadap upaya menjaga kesehatan, yaitu pengetahuan suami terhadap perlunya antenatal care (ANC) bagi ibu hamil terlihat tinggi namun masih ada sikap "keberatan" bila ibu hamil mendapat ANC; juga masih ada ibu hamil yang tidak melakukan ANC. Hal lain, suami di pedesaan lebih memilih "dukun" sebagai penolong persalinan dan "rumah sendiri" sebagai tempat persalinan karena alasan kebiasaan setempat dan biaya. Juga terlihat masih kurang konsisten antara sikap dan tindakan suami di desa dimana suami menganggap "mencuci baju" sebagai pekerjaan rumah tangga yang berat bagi ibu hamil namun membiarkan saja istrinya mencuci baju pada kehamilan terakhir. Beberapa tindakan suami, terutama suami di desa, tercatat kurang aktif yaitu suami di pedesaan cenderung menyerahkan keputusan (apakah akan disuntik TT atau tidak; minum TTD atau tidak) pada istri karena menganggap istri lebih tabu yang dibutuhkannya. Suami di pedesaan juga jarang yang mengantarkan istrinya periksa hamil karena pemeriksaan kehamilan oleh bidan desa dilakukan di posyandu yang cukup dekat dari tempat tinggal ibu hamil tersebut. Sebaliknya dalam persentase yang relatif kecil (5-10%) suami (baik desa maupun kota) merasa perlu "memaksa" istri minum TTD atau suntik TT demi kebaikan ibu dan janinnya.

Seluruh suami kota dan 90% suami desa menyatakan bersedia segera membawa istri ke tempat rujukan bila saat persalinan terjadi kesulitan; sementara 7,5% suami desa menyatakan akan berpikir-pikir dulu karena masalah biaya. Biaya persalinan tampaknya menjadi masalah bagi suami pedesaan yang mayoritas bekerja di sektor informal; sementara hal sebaliknya yang terjadi pada suami kota yang mayoritas bekerja sebagai pegawai negeri atau swasta.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Yusran
Abstrak :
Penyalahgunaan obat terlarang di kalangan remaja/pelajar dewasa ini merupakan masalah yang sangat kompleks, karena tidak hanya menyangkut remaja atau pelajar itu sendiri akan tetapi juga ada hubungan dengan berbagai faktir yaitu keluarga, lingkungan tempat tinggal , lingkungan sekolah serta aparat hukum baik sebagai faktor penyebab, pencetus maupun yang menanggulangi. Orang tua murid sebaiknya memiliki pengetahui tentang penyalahgunaan obat terlarang yang dapat terjadi pada anggota keluarganya. Oleh karena itu tujuan dari survei adalah untuk memperoleh informasi tentang pengetahuan orang tua murid Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) tentang jenis, bentuk,cara penggunaan serta ciri-ciri fisik pengguna Narkotik, Alkohol dan Zat adiktif lainnya (NAZA). Survei ini menggunakan rancangan deskriptif analitik yang bersifat cross-sectional untuk mengukur tingkat pengetahuan orang tua murid SLTP tentang NAZA di empat sekolah terpilih di Depok Jawa Barat. Pengetahuan orang tua murid terhadap jenis, bentuk, cara penggunaan dan ciri-ciri fisik anak pengguna NAZA seperti minuman keras, obat sedatif seperti diazepam (pil BK), nitrazepam (mogado,) dan flunitrazepam (rohypnol), jenis cannabis seperti ganja/mariyuana, jenis opiat (heroin/putaw), jenis amfetamim seperti ekstasi/shabu-shabu) serta jenis kokain ternyata masih sangat rendah. Dari sekitar 33.3% orangtua murid hanya mengetahui paling banyak 2 dari 6 jenis NAZA tersebut. Ditemukan 26.5% orangtua murid yang tidak tahu bentuk minuman keras, 49.6% tidak tahu bentuk dari obat sedatif, 44.4% tidak tahu bentuk dari jenis cannabis, 62.4% tidak tahu bentuk dari jenis opiate, 57.3% tidak tahu bentuk dari jenis amfetamin dan 75.2% tidak tahu bentuk jenis kokain. Sebanyak 13.1%, 57.3%, 57.6%, 44.4%, 2.6%, 68.7% dan 78.8% berturut-turut tidak mengetahui cara penggunaan minuman keras, obat sedatif, cannabis, opiat, amfetamin dan kokain. Sebagian besar responden tidak mengetahui ciri ciri fisik anak pengguna NAZA dengan baik, sedangkan besar orang tua murid memperoleh informasi tentang NAZA melalui media majalah/koran atau televisi disusul dengan melalui penyuluhan dan seminar. Pihak sekolah perlu bekerjasama dengan orang tua murid dalam menanggulangi masalah NAZA dan melakukan intervensi melalui multimedia yang ditujukan kepada orang tua.
Junior high school student?s parents knowledge about narcotics, alcohol and addictives in Depok 2002. At present drug abuse is a major issue among teenagers/students. It does not only involve teenagers/students it selves, but also their families, the neighborhood, the school environment, law enforcement as main factors as well as anticipators. Parents should have knowledge about drug abuse among family members. Therefore the aim of this study is to obtain information of the junior-high school parents on knowledge about drugs, alcohol and addictives i.e. type of drugs, appearance of drugs, the way using drugs and the physical individual characteristics of drug users. The study was conducted in selected schools of Depok, West Java. The analytic descriptive cross-sectional method was used to measure the level of knowledge of the parents. The level of knowledge of the parents on alcoholic beverages, sedative group such as diazepam (BK tablet), nitrazepam (mogadon) and flunitrazepam (rohypnol), cannabis (ganja / marijuana), opiate (heroin / putaw), amphetamine (shabu-shabu, ecstacy) and cocaine. The parents did know at the most, two kinds of drug among six. Among them 26.5% did not know about alcoholic beverages and 49.6% about sedative group. Of the parents 44.4%, 62.4%, 57.3%, 75.2% did not know about the different appearances of cannabis, opiate, amphetamine and cocaine type respectively. A total of 13.1% , 57.3%, 57.6%, 44.4%, 62.6%, 68.7% and 78.8% did not know how to use alcoholic beverages, sedative group, cannabis, opiate, amphetamine and cocaine Most parents did not know well the physical, individual characteristics of drug users. Information about drugs was obtained from magazine, newspaper or television, followed by counseling and seminars. Schools should cooperate with parents to overcome the problem of NAZA and knowledge of parents should be improved through multimedia.
Depok: Pusat Penelitian Keluarga Sejahtera Universitas Indonesia, 2003
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library