Ditemukan 1 dokumen yang sesuai dengan query
Nanda Desvita Z.
Abstrak :
Segala permasalahan yang menjurus pada pemaksaan satu gagasan, identitas, dan esensi disebut dengan totalitarianisme. Bila penguasa totaliter di era terdahulu melaksanakan praktek totalitarianisme dengan menggunakan kekerasan dan paksaan (force), di zaman global yang penuh dengan keberagaman ideologi, cara pandang dan pemaknaan terhadap kehidupan, penguasa terpaksa mencari upaya lain dalam melakukan transformasi dan kontrol total dengan membangun suatu standar tunggal pemaknaan. Itulah sebabnya mengapa peran bahasa dalam menundukkan masyarakat sangat panting bagi penguasa saat ini. Pemusnahan hebat lewat dominasi interpretasi terjadi hingga menumpulkan potensi kritis masyarakat dalam ruang kesadaran yang direkayasa negara hingga mengarahkan masyarakat menjadi manusia-manusia yang seragaman dalam berpikir (single-minded structure of society). Dengan kata lain, hegemoni penguasa terhadap pemikiran masyarakat dapat dikatakan sebagai wajah baru totalitarianisme. Totalitarianisme yang telah berlalu secara historis meninggalkan benih_-benihnya dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat kontemporer, yaitu melalui hegemoni pemikiran dengan bahasa sebagai instrumen kekerasannya. Namun, perkembangan benih-benih berbahaya tersebut dapat diantisipasi dengan membudayakan penghargaan terhadap pluralitas dan rasionalitas. Masyarakat seharusnya mulai memberanikan diri untuk berperang argumen dengan berpegang pada prinsip-prinsip rasionalitas dan menghindari perang fisik seperti yang sering terjadi di negara kita. Budaya liar berperilaku sudah seharusnya ditinggalkan dan beralih pada budaya liar dalam berpikir. Implikasi dari budaya tersebut tentu saja kehidupan sosial yang diwarnai dengan kompleksitas pemikiran.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S15974
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library