Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nancy Kartika
Abstrak :
Gambaran mengenai tugas yang dilakukan, keterampilan yang dibutuhkan, serta pelatihan dan pengalaman yang diperlukan untuk berbagai pekerjaan merupakan salah satu informasi yang penting diketahui perusahaan dalam rangka membuat keputusan yang tepat mengenai kebutuhan karyawan (Cascio, 198). Di PT. JP, kebutuhan akan karyawan dapat muncul karena karyawan yang sudah ada merasakan bahwa beban kerjanya terlalu berat sehingga perlu untuk menambah karyawan baru. Lalu atasan yang bersangkutan akan meminta karyawan baru dengan kualifikasi atau persyaratan tertentu yang ia tentukan sendiri ke bagian rekrutmen. Persyaratan ini biasanya hanya berupa persyaratan administratif saja, bukan persyaratan perilaku yang ditentukan berdasarkan analisis yang cermat. Selain itu, berbagai keputusan yang berkaitan dengan karyawan di PT. JP seperti mutasi dan promosi masih didasarkan pada penilaian atasan yang bersifat subyektif. Belum ada kriteria yang jelas yang menunjukkan bahwa seorang karyawan berprestasi baik, sehingga penilaian mengenai baik dapat dipahami secara berbeda antara satu orang dengan orang lainnya. Dalam tulisan ini, penulis memberikan usulan kepada PT. JP untuk membuat kompetensi yang dapat digunakan untuk menyusun persyaratan jabatan, sebagai tahap awal agar penilaian dalam seleksi, promosi, dan mutasi dapat dilakukan lebih tepat. Pendekatan yang diusulkan adalah pendekatan kompetensi agar didapatkan persyaratan yang menggambarkan karakteristik personal tertentu dari individu untuk melakukan tugasnya dengan berhasil. Rancangan pembuatan kompetensi yang penulis usulkan adalah untuk crew outlet, yang merupakan bagian penting dari PT. JP yang kegiatan utamanya adalah perjualan makanan. Crew outlet inilah yang langsung berhubungan dengan customer dari PT. JP sehingga produktifitas PT. JP tergantung dari bagian tersebut. Rancangan pembuatan persyaratan jabatan ini terdiri dari langkah-Iangkah untuk mendapatkan kompetensi yang dibutuhkan untuk crew outlet yang terdiri dari server, crepes maker, cashier, crew incharge, dan leader. Model kornpetensi yang diusulkan adalah berdasarkan LOMA (1998) dan model kompetensi klasik Spencer & Spencer (1993).
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nancy Kartika
Abstrak :
Arus informasi yang semakin cepat dan kompleks dalam abad 21 ini membutuhkan suatu kemampuan berpikir pada tingkat yang lebih tinggi. Kemampuan berpikir ini memungkinkan kita membuat pertimbangan dan penilaian terhadap segala macam informasi secara tepat yang akan menghasilkan keputusan yang bijaksana dan dapat dipertanggungjawabkan tentang hal yang diyakini dan dilakukan, yang disebut berpikir kritis (Siegel, 1988; Moore, 1986). Penelitian mengenai berpikir dan berpikir kritis sudah banyak dilakukan oleh para ahli, namun tidak banyak yang mempertimbangkan faktor budaya, padahal bagaimana individu berpikir, merasakan, dan bertingkah laku dipengaruhi oleh budaya. Teori yang ada sekarang sebagian besar mengacu kepada budaya Amerika, yang sangat berbeda dengan budaya Asia, khususnya Indonesia. Menurut Atkinson (dalam Hongladarom, 1999), berpikir kritis itu secara budaya sangat khas dan menjadi bagian praktek sosial di dunia barat, yang tidak terjadi dalam budaya Asia. Benarkah hal demikian yang terjadi ? Bagaimana dengan budaya Indonesia sendiri, yang sangat didominasi oleh masyarakat Jawa ? Apakah tidak mungkin orang Jawa sendiri sebenarnya memiliki konsep berpikir kritis yang sangat khas bagi mereka sendiri ? Karena itu, penelitian ini ingin menggali rumusan berpikir kritis dalam budaya Jawa menurut para pengajar perguruan tinggi bersuku Jawa di Yogyakarta. Mereka adalah orang-orang yang dianggap kredibel untuk memberi masukan dan melakukan analisis terhadap kemampuan berpikir kritis orang Jawa. Pemilihan Yogyakarta sebagai lokasi penelitian karena Yogya selama ini dikenal sebagai pusat kebudayaan Jawa (Mulder, 1984) dan pengaruh budaya Jawa lebih kuat pada mereka yang masih tinggal di daerah Jawa dibandingkan mereka yang di luar Jawa. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman mengenai berpikir kritis dalam budaya Jawa dan memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu psikologi di Indonesia, khususnya indigenous psychology. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif agar gambaran berpikir kritis yang sifatnya khas dalam budaya Jawa dapat ditangkap dan dipahami dengan secara lebih mendalam, sesuai sudut pandang para narasumber. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner terbuka sesuai prosedur teknik Delphi yang kemudian dikonfirmasi dengan penggunaan focus group discussion (FGD). Pada tahap awal, digunakan kuesioner terbuka dengan tujuan tergalinya rumusan sementara yang dapat diterima mengenai berpikir kritis yang merupakan masukan dari para narasumber. Pengumpulan data melalui kuesioner ini i dilakukan dua kali melalui surat menyurat dan telepon. Sedangkan FGD merupakan pendukung bagi tahap awal yang melengkapi data yang didapat dari kuesioner. Yang ingin didapatkan dari FGD bukanlah suatu konsensus, melainkan didapatkannya data yang memiliki kualitas yang baik dalam konteks sosial tertentu, di mana peserta dapat mempertimbangkan pandangan mereka dalam konteks pandangan orang lain. Analisis dilakukan terhadap jawaban narasumber pada kuesioner pertama dengan metode analisis isi (content analysis) sedangkan hasil yang didapat dari focus group discussion akan melengkapi analisis terhadap kuesioner. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah rumusan yang berkaitan dengan berpikir kritis, dengan tema-tema : pengertian, karakteristik orang yang berpikir kritis (kognitif, afektif, dan konatif), tujuan dan alasan perlunya pendidikan berpikir kritis, strategi pengembangan berpikir kritis (dalam pendidikan, dalam masyarakat, dan bidang lain), serta peranan budaya Jawa yang mendukung dan menghambat berpikir kritis. Kesimpulan yang didapatkan adalah bahwa berpikir kritis dalam budaya Jawa merupakan berpikir yang sangat reflektif dan kontekstual. Untuk berpikir kritis, seseorang harus memperhatikan situasi, tempat, dan siapa yang diajak berbicara atau yang dalam budaya Jawa dikenal sebagai empan papan. Berbagai konsep, ajaran, dan praktek dalam budaya Jawa ada yang mendukung dan ada yang menghambat anggota masyarakatnya untuk mengalami perkembangan berpikir kritis. Saran yang diajukan peneliti adalah melibatkan subjek dalam jumlah yang lebih besar sehingga hasilnya lebih dapat digeneralisasikan atau melakukan validasi hasil penelitian ini terhadap berbagai kelompok profesi yang berbeda. Pengambilan data juga dapat dilakukan pada subjek yang berasal dari daerah lain di Jawa.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3120
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library