Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Luthfi Fikri
"Pembahasan commoning menjadi diskusi yang lebih luas di tahun-tahun terakhir. Commons yang pada awalnya biasa digunakan untuk menggambarkan rural artefact, sebagai sumber daya rural yang digunakan bersama sebagai strategi penghidupan, dapat dikaji lebih luas dan dilihat dari sudut pandang yang berbeda seiring dengan berkembangnya penelitian-penelitian etnografis yang sudah ada. Gagasan dan paradigma baru itu memungkinkan beragam pandangan tentang ruang lingkup commons dan proses commoning yang telah dipraktikkan di kampung sebagai sumber daya yang dibangun secara sosial dalam bentuk permukiman informal. Studi ini mencoba untuk mengidentifikasi, menceritakan dan memahami ruang lingkup commons dan commoning dalam beberapa kasus penggusuran yang telah lama direncanakan namun tidak dilaksanakan dan yang sudah tergusur yang digunakan sebagai tinjauan teoretis untuk mengidentifikasi commons dan commoning di Bidaracina serta pengaruhnya ke lingkung bangun kampung. Pendekatan tinjauan literatur naratif dan wawancara jarak jauh digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian ini, yang terutama berfokus pada bagaimana paradigma-paradigma baru dari commoning dimanifestasikan dalam lingkungan semacam itu di mana penggusuran yang diharapkan tetapi agak tidak pasti sedang mengancam mereka.

Discourses around the idea of commons and commoning have become a broader discussion in recent years. The idea surrounding commons, which was originally used to describe rural artifacts—as rural resources that are used and managed together as survival strategies—has been redefined mainly through ethnographic research approaches. Those new ideas and paradigms allow for diverse views about the scope of the commons and the process of commoning that has been practiced in kampungs as socially constructed resources in the form of informal settlements. This study is trying to narrate and understand the scope of commons and commoning in some of the long-envisioned yet unimplemented eviction and two of the already-evicted as a theoretical conversation to identify commons and commoning in Bidaracina and their influence on the built environment. The narrative literature review approach and online distant interview were used to answer the questions of this research, which concern mainly on how the new paradigms of commoning are manifested in such neighborhoods where an expected but rather uncertain eviction is imminent."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Luthfi Fikri
"Rancangan ini merupakan bagian dari rancangan ulang dari kawasan Pasar Baru seluas 130 ha. yang dirancang untuk mewadahi fungsi pertokoan sepeda tematik dan perumahan yang dapat dinikmati khususnya untuk pesepeda. Rancangan ulang ini dilatarbelakangi oleh rencana Kawasan keseluruhan Pasar Baru yang membatasi pemakaian kendaraan bermotor di dalam tapak dan menganjurkan pengunjung untuk menggunakan sepeda bukan hanya sebagai alat olahraga semata, melainkan menjadi alat transportasi utama bersama-sama dengan alat transportasi umum dalam Kawasan. Kawasan Pasar Baru memiliki peran penting sebagai pusat perdagangan di Jakarta pada masa penjajahan. Pasar Baru memiliki riwayat sebagai pusat ekonomi melihat dari lokasi yang dekat dengan nadi perdagangan (Kali Ciliwung) di luar benteng Batavia. Selain itu, pengembangan mixed-use berupa rumah-toko khas peranakan juga menjadi tipologi yang umum di kawasan ini. Maka itu, dilakukan pengembangan mixed-use agar terintegrasi dengan potensi dan peruntukan lahan di sekitar, juga untuk menyesuaikan dengan riwayat kawasan yang sangat kental dengan ruh perdagangan. Bangunan ini ditujukan untuk mewujudkan tujuan kawasan Pasar Baru untuk dapat melepaskan diri dari ketergantungan kendaraan bermotor dengan menghadirkan rancangan yang ‘bersahabat’ dan menyenangkan untuk dilalui dengan sepeda dengan menghadirkan pusat pertokoan sepeda skala kota sebagai sarana menghadirkan ruang yang menyenangkan bagi pesepeda dan diharapkan bisa dinikmati oleh berbagai kalangan.

This is part of a greater redesign of the Pasar Baru area of 130 ha. This is designed to accommodate the function of thematic bicycle shops and housing that can be enjoyed especially for cyclists. The design was motivated by the whole Pasar Baru area plan which intends to limit the use of motorized vehicles on site and encourages visitors to use bicycles not only as a sporting tool, but also as the main means of transportation together with public transportation in the area. The Pasar Baru area had an important role as a trading center in Jakarta during the colonial period. Pasar Baru has a history as an economic center judging from its location close to the trading pulse (Ciliwung River) outside the fort of Batavia. In addition, mixed-use development in the form of typical Peranakan shop houses is also a common typology in this area. Therefore, a mixed-use development is carried out so that it is integrated with the potential and land use around it, as well as to adapt to the history of the area which is profoundly bounded with the spirit of trade. This building is intended to realize the goal of the Pasar Baru area to break the dependence on motorized vehicles by presenting a design that is 'cycle-friendly' and fun to be rode by bicycle by presenting a city-scale bicycle shop center as a means of presenting a pleasant space for cyclists and is expected to be enjoyed by cyclists of various backgrounds. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library