Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mirsa Diah Novianti
Abstrak :
Industri kecil merupakan kegiatan ekonomi yang mendominasi struktur perekonomian Indonesia. Sektor ini memiliki peran yang strategis, baik secara ekonomi maupun sosial politis. Namun dibalik peran positifnya, masih banyak kelemahan struktual yang menghimpit industri kecil ini, sehingga diperlukan upaya pengembangan agar industri kecil dapat memperoleh kepastian berusaha untuk menyambung hidupnya. lndustri konveksi merupakan salah satu industri kecil dominan di Kota Depok yang tumbuh dan berkembang secara turun-temurun serta telah banyak mengalami kemajuan. Namun, masih terdapat permasalahan fundamental yang harus diidentifikasi dan dipecahkan, sehingga diperlukan perhatian dan pemikiran yang lebih serius. Pemda Depok telah mencanangkan empat alternatif untuk mengembangkan industri konveksi yaitu peningkatan kemampuan produksi, peningkatan mutu produk, peningkatan aspek pemasaran dan peningkatan hubungan kemitraan. Karena keterbatasan dana, waktu dan sumber daya, maka seluruh alternatif tidak dapat dikembangkan secara bersamaan, sehingga perlu diprioritaskan altematif mana yang akan terlebih dahulu harus dikembangkan. Dari hasil Analytic Hierarchy Process, didapatkan bahwa alternatif yang menjadi prioritas adalah peningkatan aspek pemasaran. Dalam upaya menindaklanjuti keputusan tersebut, maka dibuat perencanaan strategis dengan menggunakan matriks APFM (Action Planning for Failure Modes). Untuk mendapatkan pola perbaikan kinerja yang kontinu, diperlukan suatu indikator kinmja, yakni dengan penetapan Key Performance Indicator (KPD). Penetapan KPI dapat dijadikan panduan dalam memonitor perkembangan dan perbaikan secara kontinu serta secara efektif mengendalikan manajemen operasional dan mengatur visi strategis. Berdasarkan KPI yang telah ditetapkan, peran dari pihak terkait, yang terdiri atas Pemerintah, stakeholders, peneliti dan akademis yang bergerak dalam bidang pengembangan industri kecil, akan membina dan memonitor industri konveksi dalam tiga fase pengembangan sehingga industri konveksi dapat bersaing.
Small lndustry has been an economic activity that dominates economical structure in indonesia. This sector has strategic role either economically, socially or politically. Beyond its positive roles, there are many structural weaknesses that obstruct small industries. Development efforts are needed, so that small industries can gain assurance to do the utmost in living their lives. Garment industry has been one of small dominant industries in Depok that grows and develops hierarchy after having so much improvement. Nevertheless, there are still fundamental issues which needed identification and solution, and that requires more serious attention and thoughts. Local Govemment, Depok itself; has established four alternatives to develop garment industry. There are production capability improvement, product quality improvement, marketing aspect improvement and partnership improvement. Because of time, fund and resources limitation, all altematives can not be developed at the same time. We need to make a priority of which alternative must be develop lirst. From Analytic Hierarchy Process result, we got a conclusion that marketing aspect improvement would be the prior altemative. In order to follow up the decision, strategic planning was made by using Action Planning for Failure Modes Matrix. To gain a continuous pattern of performance improvement, it requires one performance indicator which is suitable to Key Performance Indicator determination. Key Performance indicator determination can be a guidance to monitor a continuous development and improvement. It can also control operational management effectively and arrange the strategic side. Based on KPI determination, SMEs support group role, including the govemment, practitioners in SMEs, and researchers and academics in the area of entrepreneurship and small business development, will develop and monitor garment industry in three development phase, so that garment industry being competitive.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T16911
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mirsa Diah Novianti
Abstrak :
Six Sigma merupakan suatu target, yakni untuk mencapai 3,4 defect per million opportunities yang memungkinkan karakteristik kualitas diukur dari perspektif jumlah cacat sebenarnya dibandingkan dengan total kesempatan teradinya cacat. Tujuan yang ditetapkan dalam setiap proyek perbaikan Six Sigma selalu berfokus pada upaya-upaya giat dalam peningkatan kualitas yang berorientasi pada proses menuju kegagalan nol sehingga memberikan kepuasan total kepada pelanggan. Metodologi paningkatan kualitas Six Sigma digunakan sebagai sarana untuk mencapai level kualitas Six Sigma dengan berfokus pada pemecahan masalah dari suatu sistem yang disebut dengan Six Sigma Improvement Framework yang terdiri dari 5 tahap, yakni Define, Measure, Analyze, Improve dan Control (DMAJC). Penelitian ini menganalisa kinerja layanan keselamatan PT X yang bergerak di bidang eksplorasi dan eksploitasi yang sarat dengan resiko kecelakaan yang tinggi. Kecelakaan merupakan salah hasil terburuk dari suatu proses yang terjadi diluar pengendalian yang dapat menyebabkan ketidakpuasan konsumen. Cara untuk memperbaiki sistem agar dapat sesuai dengan kebutuhan konsumen dapat dilakukan dengan mendapatkan suara konsumen. Hal ini disebabkan karena penyebab utama dari hubungan antar sistem dapat diperbaiki dengan mengikuti suara dari konsumen. Konsumen dalam perusahaan ini adalah seluruh karyawan yang bekerja untuk perusahaan. Dalam mengeliminir resiko kecelakaan, maka proses layanan keselamatan yang diberikan haruslah berkualitas tinggi. Penerapan metode perbaikan kinerja Six Sigma digunakan untuk memperbaiki kualitas...
Six Sigma is a target, which is to achieve 3.4 defect per million opportunities, The target itself enables quality characteristics to be measured from the real defects amount perspective compared to the occurrences of total defect opportunity. Every Six. Sigma improvement project always focuses its goal on the quality improvement efforts, orienting on process to zero defect in order to give customer total satisfaction, Six Sigma quality improvement methodology is used as a tool to reach Six Sigma quality level by focusing on problem solving of a system called Six: Sigma Improvement Framework which consists of 5 stages ; Define, Measure, Analyze, Improve and Control (DMAIC). This research was to analyze safety service performance in PT X. The field of PT X is exploration and exploitation, loaded with high accident risks. Accidents are the worst results of a process which happen out of control and can ended to customer unsatisfactory. One way to improve the system in order to fit customer needs is to get the voice of customers. The root cause of intersystem relationship can be improved by following the voice of customers. The customers in this case are the whole employees who work for the company. In eliminating accident risks, the safety services process given must be highly qualified. The application of Six Sigma performance improvement is used to improve safety service quality, based on employees' satisfaction factor towards safety service performance...
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S50156
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library