Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maksum
Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1990
324.2 MAK l
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Maksum
"ABSTRAK
Bila kita menyimak perjalanan prestasi olahraga Indonesia di tingkat regional maupun internasional, olahraga beregu kurang memiliki catatan yang menggembirakan dibandingkan dengan olahraga perorangan. Pertanyaan yang muncul adalah: apakah kita tidak mempunyai potensi di cabang olahraga beregu? Apakah pembinaan cabang olahraga beregu yang selama ini berjalan kurang efisien dan efektif? Apakah karena memang kita tidak mampu membentuk dan mengembangkan cabang olahraga beregu yang baik sehingga menjadi sebuah tim yang solid dan andal untuk berprestasi? Tujuan penelitian ini adalah ingin mengembangkan program intervensi psikologis yang terwujud dalam bentuk pelatihan yang efektif untuk meningkatkan kohesivitas tim pada cabang olahraga beregu.
Penelitian ini didesain menjadi dua tahap. Tahap pertama adalah pengembangan program yang bertujuan untuk menyusun dan mengembangkan paket program pelatihan kohesivitas. Langkah ini dilakukan mengingat belum adanya paket pelatihan kohesivitas tim, terutama di Indonesia, yang secara khusus dikembangkan untuk tim olahraga. Dad studi literatur yang dilakukan ditemukan materi pelatihan yang terdiri dari: (1) kerjasama tim, (2) identitas dan kebanggaan tim, (3) hubungan interpersonal, (4) kepercayaan, (5) tujuan dan norms kelompok, (6) fungsi dan peran pemain dalam tim, dan (7) pengelolaan konflik. Ketujuh materi tersebut kemudian dikembangkan dalam bentuk paket/kurikulum pelatihan kohesivitas yang akan diterapkan pada penelitian tahap kedua selama dua bulan. Tahap ini bertujuan untuk melihat efektivitas program pelatihan yang telah dikembangkan kepada khalayak sasaran. Implementasi program dilakukan dengan pendekatan eksperimen. Sebagai kelompok eksperimen adalah SSB (Sekolah Sepak Bola) Indonesia Raya dan sebagai kelompok kontrolnya adalah SSB Putera Gelora Surabaya. Kedua SSB ini kondisinya relatif sama, baik dari karakteristik siswa maupun pelatihnya.
Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen GEQ (Group Environment Questionnaire) yang dikembangkan berdasarkan teori kohesivitas dari Carron (1982). Ujicoba instrumen yang bertujuan menguji validitas dan reliabilitasnya dilakukan terhadap 84 atlet cabang olahraga beregu. Uji validitas yang dilakukan dengan cara mengorelasikan skor setiap butir pernyataan dengan skor total (item-total correlations) menghasilkan
koefisien korelasi antara .41 sampai dengan .72, sementara uji reliabilitas yang dilakukan dengan metode Alpha Cronbach didapatkan koefisien antara .70 sampai dengan .82.
Pengolahan data dilakukan dengan teknik uji statistik Analisis Kovarian Multivariat (MANCOVA) dengan data prauji sebagai kovariat. Untuk mendapatkan gambaran yang komprehensif terhadap penelitian yang dilakukan, juga dilakukan wawancara kepada peserta pelatihan dan pengamatan selama proses pelatihan berlangsung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada dimensi "ketertarikan sosial", peserta dari tim yang mengikuti program pelatihan kohesivitas memiliki skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan peserta dari tim yang tidak mengikuti program pelatihan dengan nilai F = 26,577 pada p < .01. Pada dimensi "ketertarikan tugas" peserta dari tim yang mengikuti program pelatihan kohesivitas tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna dibandingkan dengan peserta dari tim yang tidak mengikuti program pelatihan dengan nilai F = 1,734 pada p .196 atau lebih besar dari .05. Pada dimensi "keterpaduan sosial" peserta dari tim yang mengikuti program pelatihan kohesivitas memiliki skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan peserta dari tim yang tidak mengikuti program pelatihan dengan nilai F = 18,255 pada p < .01. Pada dimensi "keterpaduan tugas" peserta dari tim yang mengikuti program pelatihan kohesivitas memiliki skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan peserta dari tim yang tidak mengikuti program pelatihan dengan nilai F = 4,325 pada p < .05.
Sementara itu, hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa pada semua dimensi GEQ terdapat perbedaan antar kelompok yang sangat bermakna dengan uji F (Wilks' Lambda) = 14,644 pada p < .01. Artinya, secara keseluruhan peserta dari tim yang mengikuti program pelatihan, kohesivitas tinmya lebih baik dibandingkan dengan peserta tim yang tidak mengikuti program pelatihan.
Dengan memperhatikan hasil penelitian tersebut, maka cukup beralasan jika pada cabang olahraga beregu, khususnya sepakbola, diberikan intervensi psikologis yang terwujud dalam bentuk pelatihan kohesivitas sebagai sarana meningkatkan tampilan (performance) tim. Pelatihan dilakukan dalam bentuk paket tersendiri maupun terpadu (integrated) dalam serangkaian program pelatihan yang telah tersusun. Secara khusus pelatihan diarahkan pada bagaimana pentingaya melakukan kerjasama dalam tim, perlunya pemahaman setiap pemain terhadap tugas dan fungsinya dalam tim, adanya komunikasi, sikap saling percaya di antara anggota tim, bangga terhadap tim, dan mengembangkan hubungan interpersonal di antara anggota tim.
"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irfan Ridwan Maksum
"Sebagai wilayah terdepan penyangga DKI Jakarta, Kotamadya Dati II Tangerang mempunyai beberapa fungsi, dan salah satu fungsi terpentingnya adalah sebagai wilayah pemukiman guna menampung sebagian dan kelebihan penduduk DKI Jakarta yang diperkirakan pada tahun 2000 akan berjumlah 23 juta jiwa sedangkan kemampuan maksimalnya adalah 12 juta jiwa. Berdasarkan Rencana Pembangunan Lima Tahun Keenam Daerah Tingkat I Jawa Barat maka wilayah yang diarahkan sebagai wilayah pemukiman di Kotamadya Dati II Tangerang adalah Kecamatan Ciledug dan Kecamatan Cipondoh. Saat ini pada wilayah-wilayah tersebut telah terdapat beberapa lokasi perumahan. Salah satunya adalah Per umahan Modernland Cipondoh seluas 770 ha yang dibangun oleh pengembang swasta.
Permasalahannya adalah: apakah perumahan yang ada di wilayah Kotamadya Tangerang telah memiliki fasilitas sosial (fasos) dan fasilitas umum (fasum) yang memadai sesuai dengan yang diamanatkan dalam perundang-undangan yang mengatur penyediaan fasos dan fasum yang harus ada dalam suatu perumahan; apakah fasos dan fasum yang tersedia cukup memadai bagi masyarakat penghuni perumahan.
Untuk itu, penelitian ini berusaha menjawabnya dengan metodologi tertentu. Data dan informasi dikumpulkan dengan mempergunakan berbagai tehnik sekaligus. Penggalian data sekunder merupakan sumber utama dalam studi ini, dan data tersebut akan dianalisis dengan mengg unakan analisis isi (content analysis). Untuk mendukung keakuratan data yang dikumpulkan melalui analisis isi akan digunakan pula mekanisme cross check, melalui wawancara berstruktur dengan pejabat-pejabat daerah, para pemukim, para developer, dan pihak-pihak terkait lainnya.
Dan studi ini dapat disimpulkan beberapa hal tentang penyediaan fasilitas umum dan fasilitas sosial di Tangerang sebagai berikut: (1) Masih berorientasi tata ruang lama yang lebih banyak dipengaruhi oleh perkembangan kota Jakarta; (2) Tata ruang Tangerang kurang dapat menampung tuntutan dan perkembangan penyediaan fasilitas sosial dan fasilitas umum untuk warganya; (3) Integrasi tata ruang dengan hinterlandnya kurang menjadi orientasi utama; (4) Kurang mengutamakan kualitas dalam mengembangkan fasos dan fasum disaxnping masih sedikit dari sudut kuantitas; (5) Kurang adanya koordinasi antar instansi dalam mengembangkan fasos dan fasurn tersebut; (6) Lemahnya penganggaran mandiri dalam pengelolaan fasos dan fasum; (7) Rendahnya akses masyarakat andil dalam pengelolaan fasos dan fasum.
Adapun saran-sarannya adalah: (1) Pengembangan tata ruang baru ditindaklanjuti dengan action plan yang nyata dengan orientasi perkembangan internal kota Tangerang sendiri disamping hinterland-nya; (2) Integrasi tata ruang dengan Jakarta dilakukan sepanjang dilakukan dengan orientasi masa depan kota Tangerang sendiri; (3) Akomodasi tata ruang terhadap pegelolaan fasos dan fasum perlu ditingkatkan; (4) Kualitas dan kuantitas fasos dan fasum ditingkatkan; (5) Koordinasi antar intansi terkait dalam pengelolaan fasos dan fasum perlu ditingkatkan; (6) Pendanaan yang lebih mengutamakan visi dan mini pengelolaan fasos dan fasum; (7) Dibukanya akses masyarakat terhadap pengelolaan fasos dan fasum."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Irfan Ridwan Maksum
Jakarta: UI-Press, 2009
PGB 0501
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Irfan Ridwan Maksum
"Penelitian ini membandingkan antara praktik pengelolaan air irigasi tertier di Kabupaten dan Kota Tegal dengan model Dharma Tirta, Subak di Kabupaten Jembrana Bali, dan di Hulu Langat, Malaysia. Oleh karena analisis perbandingan menuntut harus dipenuhinya prinsip-prinsip ketepatan dalam membandingkan antarobyek, maka ketiga lokasi mencerminkan kesederajatan tingkatan, yakni pada tingkatan kedua dalam sistem pemerintahan. Penelitian ini tidak mempersoalkan bentuk negara, sehingga walaupun Hulu Langat tepat di bawah Negara Bagian Selangor, yang seharusnya secara normatif berbanding dengan Provinsi di Indonesia; dalam penelitian ini disejajarkan dengan Kabupaten/Kota ditilik dari luas wilayah dan keseluruhan jenjang pemerintahan di Malaysia. Pendekatan verstehen menjadi kerangka umum metodologis karya ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan tipe deskriptif. Teknik penggalian data dilakukan dengan triangulasi-eklektik. Di samping itu, berbagai key informan diperlukan dalam penelitian karya ini dengan teknik analisis multilevel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga praktik bukanlah ejawantah dari desentralisasi fungsional walaupun di Indonesia potensial mengarah ke dalam praktik desentralisasi fungsional, sedangkan di Malaysia sepenuhnya sentralisasi melalui aparatus dekonsentrasi dengan karakter masing-masing. Praktik desentralisasi di Indonesia khususnya di bidang irigasi, baru menyangkut desentralisasi territorial, sedangkan desentralisasi fungsional tidak dipraktikkan meskipun wacana akademik dan potensi serta kebutuhan akan adanya lembaga yang merupakan perwujudan desentralisasi fungsional sudah muncul. Di tingkatan mikro menunjukkan terdapatnya kegagalan dalam pengelolaan urusan irigasi tersier khususnya dan urusan irigasi pada umumnya. Kegagalan tersebut juga didorong oleh kondisi makro persoalan distribusi urusan sektor irigasi yang berpaku pada desentralisasi teritorial semata. Pemerintah perlu membenahi organisasi pengairan di level grassroots dalam kerangka peningkatan kinerja pertanian dan pengelolaan sumberdaya air secara holistik bahkan sampai terciptanya regime irigasi lokal. Perubahan pasal 18 UUD 1945 agar lebih tegas kembali memasukkan konsep desentralisasi fungsional yang pernah digunakan pada 1920-an oleh Hindia Belanda.

This research compared tertiary irrigation management in the Municipality and Regency of Tegal, the Regency of Jembrana, and the Regency of Hulu Langat Selangor Malaysia. Malaysia has been developing water board at National and State Level. Although the two countries differed in governmental arrangements, the locus used in this research experienced the same level of governments. Verstehen has been as a general framework of this research approach. Qualitative and descriptive were the method of this research. Data are gathered using eclectic-triangulation methods and analyzed with multilevel tools. This research concluded that the tertiary irrigation in those three locus in Indonesia were not established based on functional decentralization, eventhough it has potential to do so. It is different from Malaysia which is fully centralized through deconcentration. Only the teritorial decentralization is the basic of tertiary irrigation management in Indonesia. Functional decentralization is not being practiced in tertiary irrigation management both in Indonesia and Malaysia. Empirically, Government should improve the performance of irrigation organization at the grassroot level in order to increase the whole agricultural performance which creating special local regime in the irrigation management. Furthermore, amandment to the constitution of 18th article should induce the concept of functional decentralization that was practiced in Indonesian local government system in 1920."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2006
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Megiasari Maksum
"ABSTRAK
Kebiasaan footbinding adalah kebiasaan mengikat kaki hingga kecil yang dikenal dikalangan wanita tradisional Cina sejak zaman dinasti Tang (608-907) dan berakhir pada awal kekuasaan dinasti Qing (1900).
Kebiasaan ini berubah fungsinya sesuai dengan perkembangan zaman dan akhirnya menjadi suatu bentuk kebudayaan yang unik dan hanya terdapat di negara Cina.
Pada awalnya kebiasaan ini diterima masyarakat sebagai sesuatu kebiasaan yang menguntungkan dan sangat digemari. Tapi lambat laun akhirnya masyarakat mulai menyadari bahwa kebiasaan ini bukanlah suatu kebiasaan yang patut ditiru karena juga dapat berakibat buruk.
Kedatangan missionaris dan gerakan emansipasi wanita memberi awal bagi perubahan pola pemikiran masyarakat tradisional kepada pemikiran modern. Kebiasaan mengikat kaki yang tadinya sangat digemari akhirnya mulai ditentang pada awal tahun 1900 dan dikenal dengan nama gerakan anti footbinding. Masyarakat, politikus, pemuka masyarakat dan pejabat pemerintahan lainnya juga turut membantu gerakan ini. Gerakan ini akhirnya dianggap berhasil pada awal revolusi di Cina. Hal ini dibuktikan dengan diadakannya beberapa penelitian di desa-desa di Cina.

"
1990
S13050
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Maksum
"Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi kemungkinan penggunaan limbah biomassa dalam proses reduction roasting bijih besi nikel laterite Indonesia. Adapun motif di balik penelitian ini adalah untuk meningkatkan nilai tambah dari bijih besi kadar rendah dan mendapatkan bio-reduktor baru yang akan menjadi alternatif pengganti batu bara di masa depan. Dalam penelitian ini diteliti tiga limbah biomassa sebagai agen pereduksi bijih besi nikel laterite dari Sorowako, yaitu: ampas tebu dari kabupaten Cirebon, cangkang sawit dari Palangkaraya - Kalimantan Tengah, dan sekam padi dari Kerawang - Jawa Barat. Adapun metode yang digunakan adalah reduction roasting dengan variasi parameter temperatur, rasio massa, dan waktu reduksi. Selanjutnya dilakukan analisis berdasarkan pola difraksi hasil X-Ray Diffraction (XRD), X-Ray Fluorescence (XRF), dan Induced Couple Plasma Mass Spectroscopy (ICP-MS).
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ampas tebu, cangkang sawit, dan sekam padi terbukti mampu digunakan sebagai agen pereduksi alternatif pengganti batu bara. Pada penelitian ini, ampas tebu hanya mampu menghasilkan fasa wustite dalam reduction roasting bijih besi nikel laterite, di mana hasil reduksi tertinggi diperoleh pada sampel dengan rasio massa 1:4 yang direduksi pada temperatur 1000°C selama 30 menit. Sementara itu, cangkang sawit mampu mereduksi bijih besi nikel laterite menjadi Fe metal, dimana parameter optimalnya adalah: rasio massa = 1:3, durasi waktu reduksi = 30 menit, dan temperatur reduksi 1000°C. Di samping itu, meskipun sekam padi hanya mampu mereduksi bijih besi sampai fasa magnetite (dimana hasil optimal diperoleh pada penambahan padi sebesar 20%), tetapi dari sekam padi berhasil diperoleh bio-silika amorf dengan tingkat kemurnian 99,99% dan specific surface area (luas permukaan spesifik) 192 m2/g.

In general, this study aims to explore the utilization of local biomass as renewable reducing agents in the reduction roasting of Indonesian nickel laterite iron ore. The motive behind this research is to increase the added value of low grade iron ore and to obtain reducing agents to substitute coal in the reduction process. In this study, the three of biomass which have potential to be used as reducing agents for coal substitutes in reducing nickel laterite iron ore from Sorowako, are: bagasse from Cirebon, palm shells from Palangkaraya - Central Kalimantan, and rice husk from Kerawang - Jawa Barat. The reduction method used is reduction roasting with various temperature, mass ratio, and reduction time. And the analysis is based on the diffraction pattern of X-Ray Diffraction (XRD), X-Ray Fluorescence (XRF), and Induced Couple Plasma Mass Spectroscopy (ICP-MS).
The results obtained in this study indicate that bagasse, palm kernel shells, and rice husks have been proven to be able to be used as an alternative reducing agent for coal substitution. In this study, bagasse was only able to produce the wustite phase in the reduction roasting of nickel laterite iron ore, where the highest reduction results were obtained in samples with a mass ratio of 1: 4 which was reduced at a temperature of 1000°C for 30 minutes. Meanwhile, palm kernel shells could reduce nickel laterite iron ore to Fe metal, where the optimal parameters were: mass ratio = 1: 3, reduction time duration = 30 minutes, and reduction temperature = 1000°C. In addition, although rice husk was only able to reduce iron ore to magnetite phase (where optimal results are obtained by adding rice by 20%), but from rice husk it was successfully obtained amorphous bio-silica with a purity level of 99.99% and specific surface area 192 m2/g."
Depok: Universitas Indonesia, 2019
D2617
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Maksum
"Daun salam (Eugenia polyantha Wight) merupakan obat tradisional untuk mengobati hipertensi. San air dosis 0,4968 g/ 200 g bb mempunyai efek hipotensif pada tikus putih jantan normal, sedangkan infus pada dosis 0,06 g/ 200 g bb dan 0,12 g/200 g bb dapat menurunkan tekanan darah tikus putih jantan hipertensi. Penelitian dilakukan untuk mengetahui efek antihipertensi ekstrak etanol 70% fraksi etanol dan fraksi petroleum benzen daun salam. Pada penelitian mi digunakan 9 kelompok tikus putih jantan galur wistar yang yamg dibuat hipertensi dengan diet NaCl 2,5 % selama 6 minggu. Masrng-masing kelompok terdiri dari 6 ekor yang diberi ekstrak etanol 70%, fraksi etanol dan fraksi petroleum benzen daun salam. Masing-masing terdin dari 3 dosis yaitu: 0,2 g/200 g bb; 0,4 g1200 g bb dan 0,8 g/200 g bb. Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan cara langsung pada arteni karotis dengan menggunakan manometer air raksa dan kvmograf sebagai alat pencatat. Pengukuran dilakukan sebelum pembenian (0 memt), segera setelah pemberian (< 1 menit), pada menit kelima dan kesepuluh setelah pemberian sediaan uji. Hasil yang diperoleh adalah ekstrak etanol 70% daun salam memberi efek penurunan tekanan darah yang nyata. Sedangkan fraksi etanol dan fraki petroleum benzen daun salam tidak mempnnyai efek penurunan tekanan darah.

The salam leaves (Eugenia polyantha Wight) is a traditional medicine of hypertension. The aqueous water of 0,4968 g/ 200 g body weight had hypotensif effect to male white rats, but infusions of 0,06 g/ 200 g and 0.12 g/ 200 g body weight could decrease blood pressure of male hypertensif white rats. This research's aim was to study an antihypertensif effect of ethanol 70% extract, ethanol and petroleum benzene fractions of salam leaves. Nine groups of 6 male white rats from Wistar group had been made hypertension by diet NaCl 2,5 % during six weeks. They were given ethanol 70% extract, ethanol and petroleum benzene fractions of salam leaves, with 3 doses: 0,2 g/ 200 g, 0,4 g/ 200 g and 0,8 g/ 200 g body weight. Blood pressure measurement was done by direct method to carotis artery with mercury manometer and recorded by kymograph. The blood pressure was measured before and soon after giving test preparations 5, and 10 minutes after giving test preparations. This result indicated that ethanol 70% extract of salam leaves decreased blood pressure obviously, but ethanol and petroleum benzene fractions of salam leaves didn't decreas blood pressure obviously."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Maksum
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T30230
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Maksum
"ABSTRAK
Olahraga, khususnya pada olahraga prestasi, adalah arena dengan tingkat persaingan yang sangat tinggi Individu yang berhasil pada dasarnya adalah mereka yang Inemiliki keunggulan, tidak saja dalam hal fisik tetapi juga mental.
Menurunnya prestasi olahraga Indonesia secara makro dewasa ini diyakini karena kita lemah, terutama pada faktor mental, atau karakteristik mental seperti apakah yang pada dasarnya dibutuhkan untuk meraih prestasi tinggi? Bagaimana menumbuh kembangkan ciri atau karakteristik tersebut? Lingkungan seperti apakah yang kondusif untuk memunculkan atlet berprestasi tinggi? Inilah sebetulnya yang menjadi titik tolak penulisan disertasi ini. Sudah barang tentu, mengingat ini disertasi psikologi, maka kajian ditinjau dari disiplin psikologi dengan menjadikan teori kepribadian sebagai kerangka berpikir yang utama.
Penelitian dilakukan dalam dua tahap. Tahap I untuk mendapatkan jawaban tentang ciri kepribadian yang menunjang pencapaian prestasi dan lingkungan yang mempengaruhi atlet yang bersangkutan dalam meraih prestasi. Pada tahap ini penelitian dilakukan melalui pendekatan kualitatif dengan subjek sebanyak 10 atlet Indonesia yang memiliki prestasi tingkat dunia. Pengumpulan data diiakukan dengan wawancara mendalam (in-depth interview) kepada atlet yang bersangkutan dan orang-orang yang memiliki interaksi intensif dengan atlet seperti pelatih dan orang tua; Serta didukung dengan data sekunder seperti autobiografi, artikel berita media masa, dan dokumen lain yang relevan. Pada tahap II, penelitian dilakukan untuk mendapatkan jawaban tentang sejauhmana ciri kepribadian yang oleh atlet yang berprestasi tinggi berbeda dengan atlet yang berprestasi rendah atau mereka yang bukan atlet. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan Inventori Kepribadjan Atlet yang dikembangkan berdasarkan hasil studi kualitatif dan teori kepribadian dari Allport. Pengolahan data dilakukan dengan analisis faktor dan Analisis Varian Multivariat.
Secara umum, hasil-hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:
(1) Terdapat tujuh ciri kepribadian yang menunjang prestasi atlet, yakni:
ambisi prestatif, kerja keras, gigih, mandiri, komitmen, cerdas dan swakendali.
(2) Ketujuh ciri kepribadian tersebut juga telah diuji secara empirik dan terbukti merupakan prediktor keberhasilan atlet meraih prestasi tinggi.
Secara berturut-turut, peringkat kontribusi dari sangat menentukan ke kurang menentukan adalah komitmen, ambisi prestatif, gigih, kerja keras, mandiri, cerdas dan swakendali.
(3) Lingkungan keluarga dan lingkungan olahraga memiliki pengaruh besar pada terbentuknya ciri kepribadian dan munculnya prestasi atlet. Di lingkungan keluarga, individu yang memiliki pengaruh besar adalah orang tua, terutama ayah. Sementara itu, di lingkungan olahraga, individu yang berpengaruh besar adalah pelatih dan sesama atlet.
(4) Pengaruh orang tua dilakukan melalui pembudayaan olahraga di lingkungan keluarga, pola asuh, pelatihan, dukungan sosial, dukungan finansial dan model. Pengaruh pelatih dilakukan melalui pola asuh, pelatihan, dukungan sosial, model dan pemberian kesempatan. Sementara itu pengaruh sesama atlet dilakukan melalui dukungan sosial, model dan sparring partner.
Sehubungan dengan temuan studi ini, perlu disarankan hal-hal berikut.
Pertama, ketujuh ciri kepribadian di atas perlu dijadikan rujukan dalam pembinaan atlet Indonesia ke depan dan pada saat yang sama juga dijadikan inclikator psikologis dalam melakukan seleksi atlet Indonesia. Kedua, lingkungan keluarga dan lingkungan olahraga yang merupakan lingkungan utama atlet perlu dioptimalkan fungsi dan perannya untuk menumbuh-kembangkan ciri-ciri kepribadian dan prestasi atlet. Ketiga, budaya olahraga yang berintikan partisipasi perlu dibangkitkan dalam masyarakat yang dimulai dari institusi keluarga. Keempat, atlet perlu diberikan pembinaan kepribadian. Kelima, pembinaan atlet perlu dilakukan dengan menempatkan atlet sebagai individu yang utuh, bukan sekadar menuntut mereka untuk berlatih dan berprestasi, tetapi juga responsif terhadap kebutuhan dan kepentingan mereka."
2006
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>