Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 45 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Luthfi
Abstrak :
Ketersediaan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) masih menjadi isu strategis di Indonesia sehingga dibutuhkan skema kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU) yang mampu menarik minat pemangku kepentingan. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan skema kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU) dan mengevaluasi kelayakan investasi serta mengevaluasi preferensi/minat badan usaha dan masyarakat terkait penyediaan Rusun umum milik (Rusunami) melalui skema KPBU tersebut. Pendekatan campuran digunakan dalam penelitian ini; kualitatif dengan studi kasus untuk mengembangkan skema KPBU, metode economy engineering untuk mengevaluasi kelayakan investasi, dan kuantitatif untuk mengevaluasi preferensi/minat badan usaha dan masyarakat MBR melalui survei dengan kuesioner. Skema KPBU dalam penyediaan Rusunami yaitu design-build-finance-operate-maintenance-transfer (DBFOMT) dengan pengembalian investasi berupa user charge untuk penyediaan Rusunami (35%) dan apartemen/fasilitas komersial (65%) yang memanfaatkan lahan milik pemerintah secara sewa selama 50 tahun yang disertai dukungan fasilitasi pembangunan infrastruktur, perizinan, dan penyiapan lahan dari pemerintah. Skema KPBU tersebut menghasilkan kelayakan investasi dengan nilai IRR 13,18%, NPV sebesar Rp. 610.063.962.923 dan payback period selama 7,45 tahun. Secara umum, skema KPBU dimaksud telah sesuai dengan preferensi/minat responden badan usaha berdasarkan variabel skema KPBU, kelayakan investasi, dan alokasi risiko, namun masih memerlukan pengembangan terutama terkait nilai IRR, alokasi kewajiban pendanaan dan regulasi terkait konsesi lahan. Di sisi lain, rencana Rusunami yang ditinjau dari variabel keterjangkauan, fitur dan aksesibilitas Rusunami, dan bentuk kepemilikan hunian secara umum telah cukup sesuai dengan preferensi/minat masyarakat MBR, namun masih memerlukan penyelarasan terkait harga jual, besaran angsuran dan biaya service charge serta masa kepemilikan hunian ......The availability of housing for low-income community is still a strategic issue in Indonesia. Therefore, public private partnership scheme is needed to attract the interest of stakeholdersThis study aims to develop a PPP scheme and evaluate investment feasibility as well as analyze the preferences/interests of business entities and the communities to the provision of public housing (apartment) through the PPP scheme. A mixed approach was used in this study; qualitative with case studies to develop PPP scheme, while engineering economy method to evaluate investment feasibility and quantitative method to evaluate preferences/interests of private sector and low-income community through surveys with questionnaires. The PPP scheme in providing public housing is design-build-finance-operate-maintenance-transfer with a return on investment in the form of a user charge for the provision of public apartment (35%) and commercial apartment/facilities (65%) that utilize government-owned land on a 50-year lease which accompanied by support for facilitation of infrastructure development, licensing, and land preparation from the government. The PPP scheme can generate investment feasibility with IRR value of 13.18%, NPV of Rp. 610,063,962,923 and payback period for 7.45 years. In general, the PPP scheme is suitable with the preferences/interests of private sector based on the variables of the PPP scheme, investment feasibility, and risk allocation, but still requires adjustments related to IRR value, funding allocation and land concession. On the other hand, the housing planning in terms of the affordability, features and accessibility, and the form of residential ownership is quite suitable with the preferences/interests of the low-income community, but still requires adjustments related to the selling price and service charge fees as well as the period of ownership of the dwelling.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muchtar Luthfi
Abstrak :
Era globalisasi atau pasar bebas dapat diartikan tidak ada lagi batasan antar negara dalam perdagangan, semangat kompetisi global dengan cepat merubah teknologi, menggeser demografi, gejolak ekonomi dan kondisi dinamis lainnya yang mengisyaratkan perusahaan untuk lebih adaptif dan lincah (Walker 1992:17). Termasuk penerapan AFTA berdampak pada dominasi pelayaran asing dalam arus muatan ekspor dan impor. Globalisasi merupakan mekanisme pasar yang melibatkan semua negara internasional untuk melaksanakan transaksi, konsekuensinya setiap negara harus mampu menghadapi persaingan bebas pada semua bidang termasuk usaha angkutan lewat laut agar tidak terhempas oleh keadaan. Dalam hal ini perusahaan pelayaran nasional pada umumnya dan PT. Djakarta Lloyd (Persero) pada khususnya akan dituntut untuk dapat memberikan kontribusi yang lebih besar untuk bangsa Indonesia. Peranan PT. Djakarta Llyod (Persero) sebagai perusahaan pelayaran nasional (BUMN) disektor angkutan laut dalam melaksanakan kegiatannya berkompetisi dengan perusahaan pelayaran asing yang mempunyai kapal lebih canggih dan bermodal kuat. Namun demikian selalu berpedoman pada aturan bisnis serta tidak ada kemudahan-kemudahan maupun proteksi dari pemerintah, dengan demikian hasil yang dicapai akan sangat tergantung kepada kemampuan dan kemauan dari manajemen dalam meningkatkan kinerja. Selama ini pengukuran kinerja PT. Djakarta Lloyd (Persero) dilakukan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan yang juga telah mempertimbangkan aspek-aspek operasional dan aspek administrasi. Hal ini memang sesuai dengan beberapa ketentuan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah melalui keputusan Menteri BUMN Nomor : KEP-100/MBU/2002 tanggal 4 Juni 2002. Pengukuran kinerja PT Djakarta Lloyd (Persero) menggunakan pendekatan Balanced Scorecard meliputi empat aspek yaitu pengukuran kinerja terhadap aspek pembelajaran dan pertumbuhan, aspek proses bisnis internal, aspek pelanggan serta aspek keuangan. Pengukuran kinerja dengan pendekatan Balanced Scorecard adalah untuk mendapatkan alternatif pengukuran kinerja yang lebih baik dari yang selama ini telah dilakukan terhadap PT. Djakarta Lloyd (Persero). Pengukuran kinerja di PT. Djakarta Lloyd (Pesero) selama ini telah diwarnai dengan pendekatan Balanced Scorecard namun belum diterapkan sepenuhnya. Dalam melakukan pengukuran kinerja ini, telah dilakukan wawancara dan penyebaran kuesioner kepada para pimpinan, karyawan serta pelanggan PT. Djakarta Llyod (Persero), dengan total kuesioner 326. Total sampling adalah 10 % dari masing-masing jumlah populasi. Berdasarkan pengukuran kinerja dengan pendekatan Balanced Scorecard tersebut, diketahui bahwa secara keseluruhan PT. Djakarta Lloyd (Persero) memperoleh skor 124.5 (seratus dua puluh empat koma lima) dengan rincian, aspek pembelajaran dan pertumbuhan memperoleh skor 22,5 (dua puluh dua koma lima) dengan predikat "Baik", aspek proses bisnis internal memperoleh skor 11 (sebelas) dengan predikat "Baik" dan aspek pelanggan memperoleh skor 7.5 (tujuh koma lima) dengan predikat "Baik", sedangkan aspek hasil keuangan mendapatkan skor 83.5 (delapan puluh tiga koma lima) dengan predikat "Baik Sekali". Untuk meningkatkan kinerja perusahaan ke depan, pimpinan perusahaan harus menetapkan visi dan misi PT.Djakarta Lloyd kearah yang lebih baik dan berkesinambungan, sesuai dengan tuntutan persaingan dan pemenuhan kepuasan terhadap karyawan dan pelanggan.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12178
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Luthfi
Abstrak :
Permasalahan yang mendasari penelitian ini adalah bahwa secara simultan, pertambahan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan dan aktivitas manusia telah mendorong terciptanya permintaan terhadap produk lingkungan, yakni adanya udara segar, sejuk, pemandangan yang indah dan alamiah serta jauh dari berbagai problema kehidupan. Dalam hal ini pengembangan pariwisata (taman rekreasi) merupakan suatu alternatif untuk dapat memenuhi permintaan tersebut. Sumberdaya lingkungan, seperti taman rekreasi memberikan manfaat bagi para pemakainya, tetapi karena tidak ada pungutan atau pungutannya relatif kecil atau nilai kepuasannya yang diperoleh pemakai bersifat abstrak, maka pencerminan akan nilainya tidak terlihat. Ini bukan berarti bahwa sumberdaya lingkungan tanpa nilai atau hilangnya tak akan merupakan kehilangan bagi masyarakat. Analisis ekonomi merupakan suatu alternatif yang dapat membantu menilai manfaat tersebut. Mengingat bahwa kawasan pantai wisata Watu Ulo tersebut milik Pemerintah, maka lebih bersifat public goods (barang publik) dibandingkan dengan aspek komersialnya (ekonomi). Di lain pihak, taman rekreasi tersebut memberikan kepuasan tersendiri bagi penduduk. Sebagai produk lingkungan, maka keberadaan taman rekreasi tersebut perlu dipertahankan karena mempunyai nilai. Dari uraian tersebut timbul suatu permasalahan, khususnya berkaitan dengan nilai dari manfaat yang diperoleh masyarakat terhadap konsumsi produk lingkungan taman rekreasi, oleh karena itu perlu suatu penilaian untuk menunjukkan berapa besar manfaat dari produk tersebut (Kawasan pantai wisata Watu Ulo). Salah satu cara adalah dengan mengkuantifikasikan manfaat tersebut ke dalam nilai moneter. Tujuan penelitian adalah : 1) untuk mengukur besarnya manfaat lingkungan yang diperoleh pengunjung; 2) untuk mengukur besarnya elastisitas kunjungan berdasarkan biaya perjalanan total; 3) untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan konsumen terhadap produk lingkungan (taman rekreasi); 4) untuk mengidentifikasi perilaku konsumen dalam pemeliharaan kualitas lingkungan dan persepsi konsumen terhadap kualitas lingkungan di kawasan pantai wisata Watu Ulo. Jenis data yang diperlukan adalah: data primer dan data sekunder. Pengambilan data primer dilakukan dengan teknik nonrandom sampling. Data primer diperoleh pada orang/wisatawan yang dijumpai di lapangan, sehingga teknik pengambilan data ini disebut pula sebagai incidental sampling. Besarnya sampel diperkirakan sebesar 200 responden (pengunjung tempat rekreasi). Untuk menentukan besarnya biaya perjalanan dan tingkat kunjungan, maka responden dikelompokkan menurut zona (asal). Penentuan zona asal responden penelitian adalah berdasarkan batasan administratif, yakni tingkat Kecamatan untuk Daerah Tingkat II Kabupaten Jember (terdapat 28 kecamatan) dan tingkat Kabupaten untuk daerah di luar Kabupaten Jember (terdapat 4 Kabupaten). Data jumlah penduduk untuk menentukan tingkat kunjungan pada zona asal yang ada di lingkungan Kabupaten Jember (tingkat Kecamatan) diambil dari data registrasi penduduk masing-masing Kecamatan pada periode tahun 1993. Data penduduk untuk menentukan tingkat kunjungan pada zona asal di luar Kabupaten Jember (tingkat Kabupaten) diambil dari penduduk rata-rata, yakni jumlah total penduduk masing-masing Kabupaten dibagi dengan jumlah Kecamatan yang ada. Dalam pendekatan biaya perjalanan, model dasar yang dipakai adalah menggambarkan kunjungan tiap 1000 penduduk sebagai faktor yang akan dianalisis dalam fungsi permintaan. Fungsi permintaan telah disederhanakan untuk dapat menggambarkan kurva permintaan, di mana faktor-faktor lain selain biaya perjalanan dianggap tetap (citeris paribus), sehingga dapat ditentukan besarnya surplus konsumen sebagai nilai manfaat dari produk lingkungan pantai wisata Watu Ulo. Dari fungsi ini dapat dihitung besarnya elastisitas, koeffisien korelasi dan koeffisien determinasi. Sedangkan untuk mengetahui preferensi, persepsi dan perilaku pengunjung dianalisis dengan metode deskriptif menggunakan pendekatan persentase. Kesimpulan umum hasil penelitian ini adalah bahwa kawasan pantai wisata Watu Ulo merupakan sumberdaya lingkungan yang potensial dan berharga serta memberikan manfaat yang cukup besar bagi masyarakat. Manfaat ini akan semakin besar jika diikuti oleh menurunnya biaya perjalanan dan meningkatnya kepedulian pengunjung terhadap lingkungan serta cukup tersedianya fasilitas peinbuangan limbah (sampah). Secara parsial dapat disimpulkan pertama, bahwa manfaat lingkungan taman rekreasi kawasan pantai wisata Watu Ulo sebesar Rp.767.688,38 per seribu penduduk dan Rp.1.637.399.489,82 untuk total penduduk; kedua, pengaruh perubahan variabel babas (biaya perjalanan) terhadap variabel terikat (tingkat kunjungan) bersifat elastis (e=-1,39), apabila terdapat kenaikan biaya perjalanan sebesar 1,00% akan berakibat menurunnya tingkat kunjungan sebesar 1,39%; ketiga, faktor utama yang menentukan preferensi pengunjung terhadap kawasan pantai wisata Watu Ulo adalah faktor pemandangan indah (59,50%), menunjukkan bahwa unsur kualitas lingkungan berperan dalam menarik pengunjung, dan memberikan kepuasan pada pengunjung; keempat, sebagian besar pengunjung menilai bahwa kawasan pantai wisata Watu Ulo cukup bersih, yakni sebesar 44,50%, sedangkan yang berpendapat kotor adalah sebesar 30,00%, sisanya menilai dengan bersih 11,00% dan kurang bersih 12,00%. Sedangkan untuk pemeliharaan fasilitas yang ada, sebagian besar pengunjung menilai cukup bersih, sebesar 43,50%, kurang bersih 21,00%, kotor 21,00% serta bersih senilai 14,50%; dan kelima, sebagian besar perilaku pengunjung pada kawasan wisata tersebut mempunyai kepedulian terhadap lingkungan yang "relatif rendah", hal ini terbukti bahwa terdapat sebanyak 75,50% pengunjung yang membuang sampah di sembarang tempat, hanya terdapat 15,00 % yang membuang sampah pada tempat sampah yang disediakan, sisanya dengan cara lain. Saran yang dapat disampaikan, yakni : Mengingat bahwa manfaat yang dinikmati masyarakat (pengunjung) cukup besar, maka seyogyanyalah : 1) Pemerintah sebagai pemilik dan pengelola lebih memberikan perhatian untuk menjaga kualitas lingkungan dan bila perlu meningkatkannya, serta berusaha mengembangkan seoptimal mungkin potensi yang ada, sehingga memberikan manfaat yang lebih besar bagi pengunjung, penduduk dan Pemerintah itu sendiri; 2) Pemerintah hendaknya lebih banyak menempatkan tong-tong sampah, dimaksudkan agar kualitas lingkungan dapat terpelihara, dengan limbah yang sedikit dan tidak menggangu keindahan pemandangan alam. Perilaku pengunjung yang sebagian besar membuang sampah sembarangan tidak terlepas dari fasilitas pembuangan sampah yang kurang.
The problems which provided the basis for this research is that the growth in population, income and human activities have simultaneously increase the demand towards the environmental product, that is, the existence of fresh, cool air and beautiful natural scenery, which is far away from all kinds of life problems. In this case the developments of tourism (recreation park) becomes an alternative to be able to meet such demand. Environmental resource such as recreation park gives the benefit to the visitors, but since there is no. fee or the fee is relatively low, or the value of satisfaction which the visitors get is abstract, so they could not see the real value. It doesn't mean that environmental resource has no value or the absence of it means nothing for the society. The economical analysis will be an alternative that could help evaluating the benefit. Considering that the tourism coast Watu Ulo is the Government's property so it has the quality more indicates as public goods compared with its commercial aspect. On the other hand, the recreation park gives the specific satisfaction for the residents. As a product of the environment, then the existence of recreation park ought to be maintained because of its value. This analysis caused some problems, mainly concerning the value and benefit obtained by the society towards the consumption of environmental product of the recreation park, therefore it needs evaluation to indicate how many benefit of the product (coastal tourism area Watu Ulo). One of those ways is to quantify the benefit in the monetary value. The aims of the research are : 1) to measure the size of the environmental benefit is obtained by the visitors; 2) to measure the size of the visit elasticity based on the total traveling cost; 3) to know the factors influenced by the consumer's demand toward the environment product (recreation park); 4) to identify the attitude of the consumers in the care of environmental quality and the consumer's perception toward the quality of environment in the coastal tourism area Watu Ulo. The data type needed among others are primary and secondary datas. The primary data is obtained through nonrandom sampling technique. The primary data is obtained from the tourists met in the location so that the sampling technique is called the incidental sampling. The number of samples are estimated 200 respondents (the visitors of recreation park). To determine the amount of traveling cost and visiting degree, the respondents are grouped according to the original zone. The determination of the research .respondent's zone is based on the administrative area, namely : Kecamatan level for the second level region of Jember regency (there are 28 Kecamatan) and regency-level for districts outside Jember regency (there are 4 regencies). The total population to determine the visiting degree on the original zone in Jember regency (Kecamatan level) is taken from the data of population registration in each kecamatanin the period of 1993. The population's data to determine the visiting degree in the original zone outside Jember regency (regency level) taken from the the population average, is that the total amount of population of each regency divided with the amount of the kecamatan. Within the travelling cost approach, the basic model which is used describes the visit of every 1000 population as the factor that will be analyzed in the function of demand. This demand's function has been simplified to describe the demand curve where the other factors besides the traveling cost are assumed constantly (citeris paribus), so that we can determine the amount of the consumer's surplus as the value of environmental benefit of the tourism cost Watu Ulo. From this function, elasticity's coefficient , correlation's coefficient and determination's coefficient can be calculated. Where as to know the preferency, the perception and the attitude of the visitors they're analyzed by the descriptive method by means of the percentage approach. -The general conclusion of this research is that the area of coastal tourism Watu Ulo is potential and valuable environmental resources and gives a great sufficient benefit for the society. This benefit becomes bigger if it will be followed up by the decrease of traveling cost and the increase of visitor's care toward the environment, and with available sufficient facilities for wasted disposal. Partially the conclusion are firstly, that the environment benefit of the recreation park of coastal tourism area Watu Ulo is Rp.767.688,38 per 1000 inhabitants and Rp.l.627.399.489,82 for total population; secondly, the effect of change of independent variable (visiting degree) toward's the traveling cost are elastic (e=-1,39) when there is an increase of traveling cost is 1,00%, it will caused a decrease of the visiting degree of 1,39%; third, the main factor that determines the visitor's preference toward the coastal tourism area Watu Ulo is the beautiful scenery (59,50%), this indicates that the factor of environment quality play an important role to attract the visitors and gives satisfaction to the visitors.; fourth, the great part of visitors evaluates that the tourism coastal area Watu Ulo is 'fairly clean, viz around 44,50%, meanwhile those who evaluate it dirty is 30,00% the rest evaluates less clean, and clean 11,00% and less clean 12,00%. While for the care of facilities, most of visitors evaluate clean enough, 43,50%, less clean.21,00%, dirty on is 21,00% and clean 14,50%; and fifth, the most of visitors attitude in tourism area have a relatively low attention in the environment. This proves that there are 75,50% of the visitors who throw the waste in every place, only 15,00% of those who throw the garbage in the prepared places, the rest use an other way. Recommendation : considering that the benefit of tourism area which is enjoyed by the great part of visitors, it is suggested that : 1) the government as the owner and the manager ought to pay more attention to take care of the environment quality and if necessary to increase the appearance and develop as much as possible the existing potency, in order to give a bigger benefit to the visitors, population and government itself; 2) It"s better if the government places more waste disposals, so that the environment quality could be taken care of and cared from less waste disposal would not polute the beautiful scenery. The attitude of careless visitors is caused of less facility.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adilia Luthfi
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
T38127
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus Adi Luthfi
Abstrak :
Matrik IPA (importance performance analysis matrix) merupakan alat diagnosis yang sangat popular untuk menentukan prioritas program dan strategi pengelolaan sumber daya manusia. Meskipun matrik IPA ini banyak digunakan secara luas, beberapa penelitian sebelumnya telah berhasil mengidentifikasi kelemahannya baik dari sisi konseptual maupun dari sisi teknis. Hal yang paling krusial adalah temuan mengenai adanya adanya hubungan asimetris antara kinerja atribut dan kepuasan kerja secara keseluruhan. Matrik IPA mengabaikan adanya fenoma ini, sehingga penggunaan matrik IPA dalam survei kepuasan kerja sangat memungkinkan mengakibatkan keputusan yang tidak tepat mengenai atribut mana yang perlu diperhatikan dan ditingkatkan kinerjanya guna meningkatkan kepuasan secara keseluruhan. Lebih lanjut, akibat dari keterbatasan tersebut dapat mengakibatkan bahaya yang serius berupa misalokasi sumber daya. Berdasarkan temuan mengenai pola hubungan asimetris tersebut, tesis ini ditujukan untuk menawarkan model pengembangan model revisi matrik IPA (matrik IPM) berdasarkan teori Kano Model dan Three Factor Theory. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa pola hubungan asimetris antara tingkat kinerja atribut dan kepuasan kerja secara keseluruhan dapat diterima. Lebih lanjut, uji model diagnosis berhasil menunjukkan bahwa matrik IPM merupakan model yang lebih baik dibandingkan dengan matrik IPA sebagai alat analisis dalam strategi peningkatan kinerja atribut dan alokasi sumber daya di dalam menunjang kepuasan kerja pegawai. ...... Importance performance analysis matrix (IPA Matrix) is a popular diagnostic tool to identify priority of employee management programs and strategy. Despite the widespread use of IPA, previous studies have identifies specific deficiencies of this model, conceptually or technically.The crucial things is evidence of asymmetric relationship between attributes performance and overall job satisfaction. IPA matrix ignore this issue, so the use of IPA matrix on the job satisfaction survey potentially causing mislead decisions about which performance of attributes need to be improved and give more attention. Furthermore, limitation of IPA matrix, consequently causing serious negative effect on resource allocations. Based on evidence of those asymmetric relationship, this thesis try to propose revised model of IPA matrix (IPM matrix) based on Kano Model Theory and Three Factor Theory. Hypothesize test show that asymmetric relationship between attributes performance and overall job satisfaction can be accepted. Furthermore, diagnostic model test show that IPM matrix perform better than IPA matrix as analytic tool on develop improvement attributes performance and resource allocation strategy in managing job satisfaction.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T41695
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amir Luthfi
Abstrak :
Latar belakang penelitian: Polisi lalu lintas merupakan profesi yang mempunyai risiko sangat besar untuk terpajan zat-zat polutan yang berasal dari asap kendaraan bermotor. Jenis polutan utama pada polusi udara di luar ruangan yaitu karbon monoksida, karbon dioksida, sulfur oksida, nitrogen oksida, volatile organic compounds (VOC) seperti hidrokarbon, particulate matter dan ozon yang akan memberikan efek berupa penurunan fungsi paru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi faal paru polisi lalu lintas yang bekerja di wilayah Jakarta Timur. Metode penelitian : Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian besar Wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (JABODETABEK). Penelitian dilakukan di wilayah Jakarta Timur bulan Oktober-Nopember 2012 dengan desain uji potong lintang. Pengambilan sampel menggunakan total sampling melalui kuesioner Pneumobile Project Indonesia, pemeriksaan spirometri, foto toraks PA dan pengukuran kadar CO ekspirasi dan semua subyek akan diminta untuk melakukan demonstrasi penggunaan alat pelindung diri. Hasil : Seratus tujuh puluh subjek ikut dalam penelitian ini, menunjukkan 83 orang (48,2%) berumur 41 ? 50 tahun dengan status gizi berat badan lebih 90 orang (52,9 %) , perokok aktif 91 orang (53,5 %) dan IB ringan 53 orang (31,2%). Dari Seratus tujuh puluh subjek, dengan masa tugas lebih dari 10 tahun tercatat sebanyak 132 orang (77,5%) dan 111 orang (65,3%) mempunyai kebiasaan pemakaian masker buruk, dengan photo torax normal sebanyak 163 orang (95,9%). Hasil statistk menunjukkan, penurunan nilai faal paru meliputi restriksi ringan sebesar 9,45% atau 16 orang dan obstruksi ringan sebanyak 8 orang (4,7%), serta campuran tercatat 2 orang (1,2%). Selain itu, dari keseseluruhan data yang didapat, 7 orang yang berumur 51-60 tahun dan 7 orang dengan status gizi berat lebih memiliki restriksi ringan. Dari hasil penelitian, didapatkan 11 orang dengan pemakaian masker buruk dan 12 orang subjek yang memiliki masa kerja lebih dari 10 tahun juga memiliki restriksi ringan, secara statistik ditemukan hubungan yang bermakna antara umur, indeks brikman terhadap faal paru (p<0.05). tapi tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara status gizi, masa tugas, lama tugas, foto thoraks dan kebiasaan merokok serta pemakaian APD terhadap faal paru polisi lalu lintas (p>0.05). Kesimpulan : Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara faal paru dengan seluruh faktor yang diteliti.
Background: Air pollution due to road traffic is a serious health hazard and thus the traffic policemen who are continuously exposed to pollutant, may be at an increased risk. Types of main pollutants in the outdoor air pollution will significantly influence lung function. This study determined the factors that affect pulmonary function of traffic policemen working in the area of East Jakarta. Method: This study is a part of the major research in the areas of Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang and Bekasi (JABODETABEK). A cross sectional study was conducted among traffic policemen of East Jakarta Region in the period of October-November 2012. This study has assessed respiratory clinical symptoms using questionnaires of Pneumobile Project Indonesia, examined spirometry lung function, chest x-ray, and expiratory CO measurement. Results: A total of 170 subjects were included in this study. Most of them aged 41 to 50 years (48.2%), were over weight (52.9%), active smokers (53.5%), had low Brinkman Index (31.2%), have worked more than 10 years (77.5%), did not use masker (65.3%), and had normal chest x ray (95.9%). Results of Spirometry examination showed mild restriction in 16 subjects (9.4%), mild obstruction in 8 subjects (4.7%) and mixed problems in 2 subjects (1.2%). This study showed that 11 policemen who did not use masker and 12 policemen with history of work more than 10 year had mild lung restriction. There are significant association between age, Brinkman Index with lung function (p<0.05), but no significant association was found between nutritional status, smoking history, working history, chest x-ray, use a masker with pulmonary function of traffic policemen (p>0.05). Conclusion: This study showed that age and Brinkman Index significantly affected lung function, but there was no significant association found between lung function with nutritional status, history of smoking, working history, chest x-ray abnormalities, and use of masker among traffic policemen.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Aziz Luthfi
Abstrak :
Tesis ini membahas perjalanan transformasi PT. Bostonprice Asia dari perusahaan perorangan menuju perusahaan dengan corporate brand yang baik. Pembahasannya dari model perubahan, urgensi pendorong, dan proses transformasinya. Peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif studi kasus. Hasil penelitian menyarankan perusahaan perlu menanamkan dan menumbuhkan kesadaran semua orang untuk berubah lebih mendalam lagi sehingga hasil transformasi bisa lebih maksimal; model transformasi PT. Bostonprice Asia diupayakan bisa menjadikan branding perusahaan yang bagus dengan tanpa menyampingkan personal branding pemilik perusahaan sebagai salah satu sumber daya saing perusahaan; perusahaan perlu merumuskan nilai yang berkembang dalam buku dokumentasi agar perubahan terjaga dan menjadi budaya perusahaan. ......This thesis discusses the transformation journey of PT. Bostonprice Asia from personal company to good corporate brand company. The discussion is about the change model, the driving urgency, and the transformation process. Researcher used a qualitative research with case study approach. The results suggest the company to emphasize and build strong sense to change to all people so that the transformation output can be more maximized The transformation model of PT. Bostonprice Asia is attempted to make a great corporate branding without leaving the personal branding of the company owner as one of competitive advantage resources The company needs to formulate the growing value in a book documentation to keep the change and to become company culture.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Luthfi
Abstrak :
Kepemimpinan pemuda menjadi landasan berfikir Makmun Ibnu Fuad sebagai Bupati Bangkalan, penulis juga berupaya menjabarkan konsep penguatan budaya pada generasi milenial di Kabupaten Bangkalan, serta membuktikannya dengan produk kebijakan Bupati Bangkalan yang berkenaan langsung dengan penguatan budaya pada generasi milenial, hal tersebut menjadi fokus dan tujuan dari penelitian berikut. Menggunakan metode penelitian kualitatif guna menghasilkan data penelitian untuk disampaikan secara deskriptif yang diperoleh dari kata-kata lisan maupun teks tertulis serta tingkah laku dari orang-orang yang sedang diteliti, Kabupaten Bangkalan dipilih menjadi lokasi penelitian dengan subjek kepemimpinan Bupati Bangkalan pada tahun 2013-2018, data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan menggabungkan studi pustaka sebagai data sekunder. Temuan penelitian menghasilkan tiga fokus budaya yang penting untuk generasi milenial, yakni Stratifikasi dan tingkatakan bahasa Madura, Kultur pemilihan kepala desa/klebun dan Bangkalan sebagai kota dzikir dan shalawat. Bupati Bangkalan mengeluarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bangkalan nomor 06 tahun 2015 tentang penyelenggaraan pendidikan yang salah satunya mengatur materi muatan lokal termaktub pada pasal 47, juga peraturan daerah tentang Bangkalan kota dzikir dan shalawat yang masih dalam tahap pembahasan. Temuan lain menyampaikan bahwa kepemimpinan Makmun Ibnu Fuad menunjukkan pola kepemimpinan yang bisa masuk pada beberapa bentuk dan macam pola kepemimpinan.
Youth leadership became the foundation of Makmun Ibnu Fuad thinking as Bangkalan Regent, the author also tried to describe the concept of strengthening culture in the millennial generation in Bangkalan Regency, as well as proving it with the Bangkalan Regent's policy products that are directly related to strengthening culture in the millennial generation. the purpose of the following research. Using qualitative research methods to produce research date to be presented descriptively obtained from oral and written text as well as the behavior of the people being studied, Bangkalan Regency was chosen as the location of the research with the subject of Bangkalan Regent leadership in 2013-2018, Primary data is obtained from interviews and combining literature studies as secondary data. The research findings resulted in three important culture focuses for the millennial generation, namely Stratification and improvement of Madurese language, Culture of village head/klebun and Bangkalan election as a city of dzikir and shalawat. Bangkalan Regent issued Bangkalan District Regulation No. 06 of 2015 concerning the implementation of education, one of which is to arrange material for local content precisely article 47, as well as regional regulations on Bangkalan in the city of dzikir and shalawat which are still under discussion. Another finding stated that Makmun Ibnu Fuad leadership showed a leadership pattern that could fit in several forms and types of leadership patterns.
T52943
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niar Afdhal Luthfi
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh program bantuan sosial lansia pemda terhadap belanja kesehatan out-of-pocket (OOP) kelompok lansia miskin di Indonesia. Data yang digunakan adalah data Susenas bulan Maret tahun 2020 dengan menggunakan analisis counterfactual. Karena syarat untuk dapat melakukan analisis counterfactual adalah subjek dari penelitian harus memiliki karakteristik yang sama/seimbang, maka data yang digunakan dibatasi pada lansia kelompok ekonomi 40 persen terbawah. Selain itu, dilakukan teknik randomisasi metode Propensity Score Matching-Nearest-Neighbors (PSM-NN) yaitu mengkonstruksi data yang memiliki karakteristik serupa menjadi dua grup yaitu grup yang mendapatkan perlakuan (treatment) dan grup yang tidak mendapatkan perlakuan (grup kontrol). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok lansia miskin yang mendapatkan bantuan sosial lansia pemda memiliki belanja kesehatan OOP lebih tinggi sebesar 28,3 persen dibanding kelompok lansia miskin yang tidak mendapatkan bantuan. Tingginya belanja OOP ini terutama disebabkan oleh peningkatan belanja untuk pengobatan/kuratif. ......This research aims to examine the effect of the local government's elderly social assistance program on out-of-pocket (OOP) health spending for the poor elderly group in Indonesia. The data used is Susenas data March 2020 using counterfactual analysis. What is meant by counterfactual in the context of this research is to compare the actual condition of OOP health spending for the elderly when receiving interventions from local government elderly social assistance and without receiving intervention. Because the requirement to be able to carry out a counterfactual analysis is that the subjects of the study must have the same/balanced characteristics, the data used is limited to the elderly in the bottom 40 percent of the economic group. Moreover, the randomization technique is also carried out using the Propensity Score Matching-Nearest-Neighbors (PSM-NN) method, namely constructing data that has similar characteristics into two groups: the group that received treatment and the group that did not receive treatment. The results of this study indicate that the poor elderly group who receive elderly social assistance from the local government has a higher OOP health spending of 26.6 percent compared to the poor elderly group who do not receive assistance. The high spending on OOP was mainly due to an increase in spending on curative.
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teuku Haekal Luthfi
Abstrak :
Beberapa Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia telah menerapkan Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001:2008, Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) dan ASEAN University Network Quality Assurance (AUN-QA) pada program studinya. Ketiga SMM tersebut memiliki kesamaan prinsip dan teknik manajemen. Tapi sayangnya Perguruan Tinggi tersebut melakukan pengelolaan secara terpisah, baik dalam sistem proses manajemen, tata kelola, maupun dalam pendokumentasiaannya. Hal ini mengakibatkan sistem kerja atau proses manajemen terutama dalam pendokumentasiannya tidak terstruktur dengan baik. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk merancang SMM khususnya sistem pendokumentasiannya secara terintegrasi dengan mempertimbangkan persyaratan ISO 9001:2008, BAN-PT dan AUN-QA pada program studi/perguruan tinggi di Indonesia. Penelitian ini diawali dengan menganalisa tingkat keterkaitan antara klausul ISO 9001:2008, standar BAN-PT dan kriteria AUN-QA. Hasilnya terdapat kesamaan prinsip yang mendukung dalam pengintegrasiannya, terutama prinsip P-D-C-A. Selanjutnya penelitian ini melakukan identifikasi dokumen yang dipersyaratkan ketiga SMM tersebut. Identifikasi tersebut digunakan untuk merancang sistem proses manajemen program studi/perguruan tinggi. ......Several state universities in Indonesia has implemented a Quality Management System (QMS) ISO 9001:2008, Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi / BAN-PT (the National Accreditation Agency for Higher Education in Indonesia), and the ASEAN University Network Quality Assurance (AUN-QA) on this management. All these QMS have in common principles and management techniques. Unfortunately the universities manage this QMS separately, both in systems management processes, governance, and in documentation. This condition resulted poor structure in a working system or process management, especially in documentation. Therefore this study aims, to design a specific Integrated Quality Management System that include ISO 9001:2008, BAN-PT and AUN-QA on a Higher Education in Indonesia. This study begins by analyzing the links between QMS ISO 9001:2008, BAN-PT and AUN-QA. The results showed that there are similiarities in principles that support the integration, especially the principle of PDCA. Furthermore, this study identifies the documents required by these three QMS. Identification is used to design Process Management System in Higher Education.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T30135
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>