Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 103 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lesmana
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2010
S25494
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Denny Lesmana
Abstrak :
Dalam tesis ini, penulis ingin menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan Iuar negeri Israel pada masa pemerintahan Perdana Menteri Ehud Barak dalam menandatangani perjanjian damai Sharm el-Sheikh dengan pihak Palestina. Tema ini sangat menarik bagi penulis karena sejarah menunjukkan bahwa pemimpin-pemimpin Israel sebelum Ehud Barak mengalami nasib buruk karena memberikan konsesi yang dianggap 'lebih' bagi pihak Palestina. Yitzhak Rabin dibunuh oleh salah seorang pengikut fanatik aliran keagamaan di Israel karena ia mengadakan negosiasi perdamaian dengan Palestina. Adapun pengganti sementara Yitzhak Rabin, yaitu Shimon Peres mengalami kekalahan dalam pemilu dari Benjamin Netanyahu yang bersikap keras terhadap proses perjanjian damai Israel-Palestina. Benjamin Netanyahu sendiri pun akhimya terjungkal dari kekuasaan setelah mitra koalisinya meninggalkannya karena Netanyahu dianggap memberikan terlalu banyak konsesi pada Palestina dalam perjanjian Wye River I. Dengan menggunakan teori Wiliam D. Coplin, Lentner, Frankel, dan David Easton mengenai pengaruh eksternal dalam memberikan output bagi kebijakan Iuar negeri suatu negara teori William D. Coplin mengenai faktor pengambil keputusan, pendapat Snyder mengenai adanya faktor subjektif dari sudut pandang pembuat keputusan, dan teori yang dikemukakan oleh Rosenau mengenai peranan idiosinkretik si pengambil keputusan dalam menentukan arah kebijakan Iuar negeri yang diambilnya serta teori yang diajukan oleh Coplin mengenai peranan politik dalam negeri, teori Graham T. Allison tentang proses organisasi dan birokratik politik, teori Snyder mengenai politik domestik dan opini publik, penulis mencoba membahas masalah tersebut. Hasil dari penulisan tersebut adalah bahwa faktor internal yaitu faktor Ehud Barak merupakan faktor yang lebih dominan dibandingkan dengan faktor-faktor lainnya.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T3927
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Belly Lesmana
Abstrak :
Anak muda merupakan generasi penerus bangsa ini. Kepada merekalah harapan atas perubahan kepada situasi bangsa dan negara yang lebih baik ditumpukan oleh kita semua. Harapan ini harus disertai oleh tanggung jawab dari kita semua untuk membentuk generasi muda yang dinamis, kritis, kreatif dan demokratis. Salah satu wujud tanggung jawab ini adalah mengupayakan pendidikan yang mampu melahirkan sosok-sosok manusia dengan kualitas-kualitas seperti yang telah disebutkan di atas. Pendidikan selayaknya mampu memanusiawikan peserta didiknya. Yayasan PopCorner Indonesia merupakan salah satu organisasi non-profit dan nonpemerintah yang menaruh perhatian kepada pengembangan dan pemberdayaan anak muda. Orang-orang yang terlibat di dalam organisasi ini menyadari bahwa perubahan menuju masyarakat demokratis harus dilakukan melalui pemberdayaan dan pembekalan kepada generasi mudanya. Pemberdayaan yang menjangkau anak muda ini tidak akan mencapai hasil yang diharapkan bila tidak melalui media yang diakrabi oleh anak muda itu sendiri. Budaya popular dipilih sebagai media perantara karena anak muda mengakrabi semua hal yang terwakili dalam budaya popular itu, seperti: film, musik, karya tulis (iklan di media massa, cerpen, novel, dll) , olah raga, mode pakaian, dan masih banyak lagi. Hal-hal itulah yang datang menghampiri anak muda dalam keseharian mereka melalui berbagai media (seperti: majalah, koran, teievisi dan intemet) dan mereka melihat itu sebagai sesuatu yang memang sudah seharusnya, yang datang begitu saja tanpa mampu memberikan penilaian kritis atas produk-produk bud aya popular tersebut. Upaya dan yayasan ini untuk mendampingi anak muda menggunakan metode pendidikan dialogis. Melalui metode tersebut, anak muda tidak dilihat sebagai sebuah obyek melainkan dipahami sebagai subyek pendidikan. Pemahaman ini membawa kepada sebuah proses saling belajar dan saling memahami, dimana di dalam proses tersebut terjadi dialog antara pendidik dengan peserta didik. Upaya ini menjadikan PopComer memiliki peran sebagai fasilitator dan motivator anak-anak muda tersebut. Masyarakat demokratis yang menjadi tujuan yayasan ini memiliki arti bahwa dalam masyarakat tersebut nilai-nilai keterbukaan, kejujuran, kepercayaan, kritis, inovatif dan keatif telah ada dan berkembang dalam kehidupan di dalam masyarakat itu. Aktualisasi nilai-nilai tersebut dalam komunitas yang dibangun bersama anak muda dipercaya oleh PopComer merupakan awal dari terbentuknya masyarakat madani (civil society). Komunitas-komunitas yang terbentuk di anak muda setelah mereka mengikuti kegiatan PopComer merupakan sarana yang memudahkan PopComer untuk selalu berinterkasi dengan mereka. Komunitas-komunitas ini memiliki fungsi sebagai `ruang' untuk belajar bersama, baik antara PopComer dengan anak muda, maupun antar mereka sendiri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dcskriptif Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif karena pendekatan ini mampu memberikan jawaban atas pertanyaan penelitian secara mendalam dan menjangkau informasi informasi penting yang dapat lebih efektif melalui pembahasan dengan informan-informan kunci, kegiatan observasi lapangan dan penelaahan dokumendokumen yang ada. Berdasarkan kategorisasi kegunaan penelitian, maka penelitian ini dapat digolongkan kepada penelitian evaluatif. Penelitian evaluatif ini sebenarnya digolongkan kembali kepada penelitian aplikasi. Sumber data primer dikumpulkan melalui hasil wawancara mendalam (indepth interview), dan pengamatan langsung/keterlibatan langsung dalam organisasi tersebut (observation), sedangkan data sekunder didapat melalui dokumen-dokumen, penelitianpenelitian terdahulu dan buku-buku literatur yang berhubungan dengan fokus penelitian. Data sekunder tersebut diperoleh selain keterlibatan peneliti dalam yayasan tersebut. Kerangka Konseptual dalam penelitian ini adalah hasil yang diperoleh dalam proses capacity building kepada anak muda merupakan modal budaya yang diperoleh melalui pendekatan pendidikan dialogis dan menggunakan media budaya popular. Temuan penting di lapangan yaitu: 1 ) Proses pemberdayaan dan semua bentuk pendampingan kepada anak muda merupakan salah satu bagian dari capacity building. Proses lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah pengembangan terus-menerus di dalam organisasi itu sendiri. Proses capacity building dalain organisasi ini penting karena proses pemberdayaan kepada anak muda bukanlah sebuah proses singkat dan langsung menghasilkan sesuatu yang dapat dilihat, melainkan sebuah proses panjang yang membutuhkan dukungan dana dan ketersediaan sumber daya yang kuat. Keberlanjutan ini memiliki nilai penting karena didalamnya terletak tanggung jawab organisasi kepada masyarakatnya. 2) Pendidikan dialogis dan penggunaan media budaya pop merupakan sarana yang tepat dalam usaha mengeksplorasi kemampuan anak muda. 3) Program kegiatan yang dilaksanakan oleh yayasan PopComer hingga scat ini masih tergantung kepada pembiayaan yang didapat dari sponsor. Kelemahan ini pada akhirnya dapat menyebabkan yayasan tidak dapat melanjutkan programnya bila tidak ado sponsor yang mau memberikan dukungan dana.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12317
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maman Lesmana
Abstrak :
Tema cinta seringkali ditulis dalam karya sastra. Dalam sejarah dunia telah dicatat bahwa cinta yang ideal sudah ada dalam berbagai kesusastraan dan mitologi dunia sejak zaman kuno. Tema cinta mencapai puncaknya pada masa gerakan kaum romantik. Konsep cinta dalam karya sastra pada suatu masa bisa berbeda dengan masa lainnya, bahkan konsep cinta dari seorang pengarang dengan pengarang lainnya, meskipun berasal dari tempat dan masa yang sama, karena visi mereka tentang cinta berbeda. Dalam kesusastraan Indonesia Modern, sajak mengenai cinta pun sudah ditulis sejak lulu. Di antara wanita penyair dalam Kesusastraan Indonesia Modern yang menulis tentang cinta adalah Toety Heraty. Karyanya banyak mengundang perhatian Para kritikus. Dari sekian banyak sajak Toety Heraty, secara selintas, sajak "Cintaku Tiga" dan "Balada Setengah Baya" , dapat dikatakan sebagai sajak cinta. Tetapi, untuk membuktikan bahwa kedua sajak tersebut bertemakan cinta, perlu diadakan penelitian yang lebih jauh. Dalam tesis ini, akan dianalisis aspek struktur dan semantiknya. Aspek struktur diperlukan untuk melihat sejauh mana peran struktur tersebut mendukung aspek semantik, barulah kemudian dianalisis aspek semantiknya, untuk membuktikan bahwa kedua sajak tersebut bertemakan cinta dan untuk mengetahui pula unsur-unsur cinta apakah yang terdapat di dalamnya. Analisis ini menggunakan pendekatan struktural-dinamik atau struktural semiotik, dan beberapa teori, yaitu teori tentang struktur: klausa, kalimat, enjambemen, teori tentang semantik: isotopi, denotasi-konotasi, gaya bahasa, dan teori tentang semiotik: gronnd, denotatum dan interpretant. Dari hasil analisis struktur dapat disimpulkan bahwa struktur sajak, pungtuasi, sintaksis dan enjambemen kedua sajak tersebut sangat berhubungan kuat dengan aspek semantiknya. Dari hasil analisis semantik dapat disimpulkan bahwa kedua sajak tersebut benar bertemakan cinta dan masing-masing sajak memuat unsur cinta yang berbeda, seperti unsur: ikatan, indera, perasaan, pikiran, dan sensualitas.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tjipta Lesmana
Abstrak :
Konflik pemilik dan pengelola di. Rumah Sakit Husada dianalisis untuk mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan (a) mengapa terjadi konflik, (b) bagaimana konflik meningkat, (c) apa dampak konflik dan (d) bagaimana konflik diselesaikan. Dengan menggunakan metoda penelitian kualitatif, 17 informan di rumah sakit diwawancarai secara mendalam. Informan dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama mewakili pelaku utama dalam konflik, yaitu Perkumpulan sebagai pemilik rumah sakit, Direktur sebagai pengelola dan Badan Pembina. Kelompok kedua mewakili masyarakat rumah sakit, yaitu dokter, perawat dan staf-manajemen. Hal ini untuk memenuhi prinsip triangulasi sumber. Kedua kelompok informan dibagi lagi dalam dua subkelompok, masing-masing mewakili pihak pro-Perkumpulan dan pro-Direktur. Keberpihakan informan didasarkan atas observasi peneliti, kemudian dibandingkan dengan pendapat atasannya langsung. Semua data dianalisis dengan menggunakan teknik constant comparative analysis. Direktur melihat konflik sebagai akibat dari intervensi Perkumpulan terhadap manajemen rumah sakit serta perilaku oknum-oknum Perkumpulan yang didorong oleh motivasi untuk mencari keuntungan di rumah sakt. Perkumpulan melihat konflik disebabkan oleh ambisi Direktur untuk berkuasa terus. Konflik meningkat sejak kehadiran Badan Pembina yang dituduh telah diperalat Direktur untuk mewujudkan ambisinya, kemudian memuncak karena Direktur melalui Badan Pembina hendak membubarkan Perkumpulan dan membentuk perkumpulan baru. Serta, konflik hanya bisa diakhiri dengan pemberhentian Direktur. Pendapat dominan informan kelompok kedua mendukung pendapat Perkumpulan, termasuk mereka yang pro-Direktur. Mengenai dampak konflik, informan umumnya percaya bahwa konflik telah menurunkan BOR dan kualitas pelayanan kesehatan. Namun, dari sisi positif konflik telah menimbulkan kesadaran pentingnya menciptakan sistem hubungan kerja yang transparan antara Perkumpulan dan Direktur, suatu faktor yang diyakini ikut melahirkan situasi konflik oleh informan kedua kelompok.
Analysis of Owner and Management Conflict at Husada HospitalThis research was designed to determine cause and effect on conflict of owner and management at Husada hospital. Four research questions were formulated: (a) why conflict, (b) how conflict is escalated, (c) how conflict affects hospital performance and (d) how conflict is resolved. Conflict is defined as incompatible behavior between parties whose interests differ. Specifically, the parties involved in the conflict under study were Husada Foundation (Perkumpulan Husada) and hospital Director. A qualitative research design was set-up. Using in-depth interviews technique, seventeen hospital informants were asked to answer the four basic questions. They were divided into two groups, representing respectively those directly involved in the conflict and hospital society consisting of medical doctors, nurses and management staff. Each group, for purpose of validating data, was again sub-divided into two units, each representing pro-owner and pro-management side. Data was analyzed using constant comparative analysis technique. Persistent intervention by the Foundation on hospital management and self-interest oriented behavior by some Foundation members were seen by the Director as the prune causes of conflict. On the other hand the Foundation Was of the opinion that conflict was inevitable due to Director's obsession to grip his power longer. The set-up of Board of Trustees (Badan Pembina/Dewan Penyantun) had contributed to conflict escalation. The Board, established in compliance with the decree of Director General of Medical Services of the Ministry of Health issued in 1996, was misused as a mere vehicle of the Director to substantiate his ambition. Manifest conflict was erupted when the Board of Trustees was heading to dissolve the Foundation and replaced it by a new similar one. Dismissing the Director was seen as the only alternative to end the conflict. The view was overwhelmingly supported by the majority of the informants in the second group. Decrease on BOR (bed occupancy rate) and quality of health services provided by the hospital were regarded as the prime effects resulted from the conflict. On the positive side, however, conflict had raised commitment by some members of the Foundation to design a clear job description for the hospital Director.
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hidajat Lesmana
Abstrak :
Peredam Viscoelastis adalah salah satu dari sekian banyak alat mekanis yang dapat digunakan untuk mengurangi efek getaran pada respon struktur bangunan seperti perpindahan, percepatan, gaya-gaya dalam dan sebagainya akibat pengaruh gempa bumi atau angin. Banyak bangunan-bangunan tinggi dan ramping sebelum dipasang Peredam Viscoelastis mengalami deformasi lateral yang besar sekali walaupun tegangan-tegangan dalam yang timbul masih dalam batas-batas aman. Ada banyak sekali metodologi yang diusulkan untuk perencanaan Peredam Viscoelastis dalam struktur bangunan tahan gempa seperti diusulkan oleh Aiken dan Kelly (1990), Kelly (1991), Zhang & Soong (1992) , Jester (1992), Humayun Abbas & James M. Kelly (1993) dan sebagainya. Perencanaan awal didasarkan atas sekumpulan spektra rencana yang dihasilkan dari analisa dinamis melalui penyederhanaan model analitis untuk struktur Peredam Viscoelastis dengan analisa riwayat waktu. Model analitis yang disederhanakan terdiri atas model derajat kebebasan tunggal yang menggunakan Model Ikatan Kaku (Rigid Brace Model = RBM) dan model derajat kebebasan dua yang menggunakan Model Ikatan Fleksibel (Flexible Brat Model = FBM). Persamaan dinamik yang telah disederhanakan dikembangkan untuk kedua model tersebut diatas. Untuk menghitung ini semua analisa riwayat waktu (Time history analysis) tidak linier dari gerakan tanah akibat rekaman percepatan gempa yang sudah terjadi pada waktu yang lampau dipakai untuk menghasilkan spektra respon untuk model struktur dengan Peredam Viscoelastis yang disederhanakan (model derajat kebebasan tunggal dan model derajat kebebasan dua) dengan menggunakan program komputer DRAIN - 2DX yang dikembangkan oleh V.Prakash & G.H. Powell dari University of California Berkeley, California. Analisa riwayat waktu yang didasarkan atas rekaman percepatan gempa dapat menghitung secara rinci efek dari gerakan tanah akibat gempa, baik terhadap struktur primer maupun struktur dengan Peredam Viscoelastis. Analisa parametrik dengan Peredam linier untuk bangunan baja dengan model tidak linier berdasarkan analisa riwayat waktu dilakukan dengan menggunakan program komputer DRAIN - 2DX.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Surya Lesmana
Abstrak :
Penelitian ini adalah penelitian tentang Obligasi Beragun Aset. Penelitian ini menggunakan Simulasi Monte-Carlo sebagai pengganti data expected recovery rate yang datanya tidak tersedia di Indonesia Sehingga dapat diprediksi Obligasi Beragun Aset dari originator 14 Bank yang telah Go Public di Indonesia mana saja dan pada pemberian kredit pada sektor ekonorni mana saja yang layak untuk diterbitkan, pada tingkat expected recovery rate berapa Obligasi Beragun Aset tersebut layak untuk diterbitkan, dan baga!mana karakteristik dari Obligasi Beragun Aset di Indonesia sesuai dengan hasil perhitungan yang telah dilakukan. Penelitian ini menghasilkan 3 proposisi tentang Obligasi Beragun Aset, yaitu: 1.) Obligasi Beragun Aset yang lebih disukai adalah Obligasi Beragun Met yang merniliki probabilitas default pada kredit yang disekuritisasikan yang lebih besar. 2.)Semakin besar default probability la-edit yang disekuritisasikan dalam suatu Obligasi Beragun Aset maka semakin besar sensitivitas perubahan harga terhadap perubahan expected recovery ratenya 3.)Perubahan harga suatu Obligasi Beragun Met, berbanding lures atau positif dengan perubahan expected recovery ratenya. Proposisi pertama konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Blume, Keim, dan Patel (1991), Penelitian dalam tesis ini adalah untuk Efek Beragun Met yang memberikan kupon tetap kepada pemiliknya atau disebut sebagai Obligasi Beragun Aset Pendapatan Tetap dan sama sekali tidak menyinggung Efek Beragun Aset yang berbentuk saham dan Obligasi Beragun Aset Bunga Mengambang.
This study is concerning the Asset Backed Bonds. The research uses the Monte-Carlo Simulation as a substitute for the expected recovery rate data which is not available in Indonesia. Consequently, it can be predict which sector credit of originator 14 Go Public Banks that can be issued as Asset Backed Bonds and at what expected recovery rate and how the characteristic of Asset Backed Bonds in Indonesia uses this calculation. This research produces 3 propositions regarding Asset Backed Bonds: 1). The most preferable Asset Backed Bonds is the one that has larger default probability in its securitized credit. 2.) The bigger default probability of securitized credit, its price changes becoming more sensitive to its expected recovery rate. 3.) The price changes of Asset Backed Bonds are positively related to the changes of its expected recovery rate. The first proposition is consistent with the results found by Blume, Kelm, and Patel (1991). The research in this thesis only discuss the Mortgage Backed Securities which give fixed coupon rate to its owner, also known as the Fixed Rate Asset Backed Bonds and doesn't mentioning the Mortgage Backed Securities in stocks form and Floating Rate Asset Backed Bonds.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T 17914
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bontrissa Lesmana
Abstrak :
Reksadana mulai dikenal di Indonesia pada tahun 1990-an. Tetapi mulai meningkat dengan pesat pada sekitar tahun 2003 hingga 2005. Pertumbuhan yang cepat ini antara lain dipengaruhi oleh rendahnya tingkat suku bunga SBI yang berada di level 7% sampai dengan 8%. Dalam waktu singkat, reksadana telah menjadi primadona alternatif investasi baru di masyarakat pada periode tersebut. Hal ini terlihat dari pertumbuhan dana kelolaan yang sangat pesat yaitu dari hanya 46 trilyun pada tahun 2002 meningkat pesat menjadi 69,5 trilyun rupiah pada tahun 2003 dan bahkan puncaknya mencapai lebih dari 120 trilyun rupiah pada bukan Januari 2005. Pada masa ini reksadana pendapatan tetap adalah jenis reksadana yang paling bersinar. Jumlah dana kelolaannya meningkat sangat pesat. Dui dana kelolaan 57 trilyun rupiah pada tahun 2003, meningkat pesat hainpir 50 % menjadi 85 triltun pada tahun 2004. Peningakatan dana kelolaan pada reksadana pendapatan tetap ini sangat jauh jika dibandingkan dengan jenis reksadana lainnya. Pada tahun 2004 dari total dana kelolaan sebesar 100 trilyun, 85%nya adalah reksadana pendapatan tetap. Bapepam mulai tanggal 1 Januari 2005 menerapkan peraturan tentang penetapan harga obligasi sesuai dengan harga pasar (marked to market), dimana harga pasar tersebut mengacu pada referensi tertentu. Dengan berlakunya harga referensi untuk acuan harga wajar obligasi, pencatatan aset-aset obligasi dari manajer investasi tidak boleh dicatata berdasarkan harga histories atau harga teoritis lagi, namun berdasarkan harga referensi, sehingga naik turunnya harga obligasi di pasar, akan langsung tercermin di dalam Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana. Penelitian ini berusaha untuk melihat kinerja dan volatilitas NAB reksadana sebelum dan sesudah kebijakan marked to market diberlakukan, khususnya reksadana pendapatan tetap di Indonesia. Waktu penelitian yang dipilih adalah dengan membandingkan kinerja dan volatilitas NAB reksadana pendapatan tetap selama setahun sebelum dan sesudah penerapan kebijakan marked to market tanggal 1 Januari 2005. Hasil yang didapat penulis ternyata kinerja reksadana pendapatan tetap, setelah penerapan marked to market ternyata mengalami penurunan tajam, terlihat dari hasil kinerja Sharpe positif reksadana yang sebelum penerapan marked to market terdiri dari 13 reksadana, menurun menjadi hanya 2 reksadana yang memiliki kinerja Sharpe positif. Sedangkan dengan menggunakan metode Treynor, kinerja reksadana pendapatan tetap, setelah penerapan marked to market ternyata juga mengalami penurunan tajam, terlihat dari hasil kinerja Treynor positif reksadana yang sebelum penerapan marked to market terdiri dari 12 reksadana, menurun menjadi hanya 5 reksadana yang memiliki kinerja Treynor positif. Sedangkan volatilitas reksadana pendapatan tetap mengalami peningkatan setelah diterapkannya marked to market. Dianalisa dengan menggunakan standar deviasi, ternyata olatilitas reksadana pendapatan tetap setelah penerapan marked to market menjadi lebih tinggi dibanding sebelum penerapan marked to market. Jika diuji dengan F test, hasilnya adalah hanya dua reksadana yang volatilitas setelah marked to market dipengaruhi secara signifikan oleh volatilitas sebelum /narked to market. Artinya terjadinya volatilitas yang tinggi pada sebagian besar reksadana yang diteliti, bukan dipengaruhi oleh data historis volatilitas reksadana yang bersangkulan, namun lebih disebabkan oleh faklor-faktor lain yang terjadi pada saat itu.
Mutual Fund was introduced in Indonesia in early 1990's. The growth rate of mutual fund in Indonesia started to increases significantly in 2003 to 2005. The low interest rate played a big role in the booming of mutual fund. Mutual fund became a favorite alternative investment in this period, where mutual fund could give the investors with return more than 10% while the interest rate can only offers 7% return. The most popular mutual fund on this period is the fixed income mutual fund. Started from 1 January 2005, Bapepam implemented the policy about marked to market value, where the mutual fund price refers to certain reference price based on the market price quotation results. Therefore, all the bond assets owned by the mutual fund has to be recorded based on the price reference and not by historical or theoretical price anymore. This research aims to analyze the performances and volatilities of Mutual Fund's Net Asset Value (NAV) before and after the implementation of the marked to market regulation. Furthermore, this research will focus on the performances and volatilities of the fixed asset type of mutual fund. The time period of this research will be one year before and after 1 January 2005. The results of this research support the arguments that the performances of mutual fund are declining, while the volatilities are increasing. This research is using the Sharpe and Treynor methods for performance measurement and standard deviation as well as f-test method for volatility measurement. The f-test result shows that the volatilities of mutual fund after the implementation of marked to market regulations are not affected by the volatilities before the marked to market regulations implemented, however, significantly influenced by other factors.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T19776
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safarudin Surya Lesmana
Abstrak :
Sebagai salah satu cara pembayaran dalam transaksi perdagangan intemasional Letter of Credit (L/C) memberikan keuntungan dan segi-segi positif bagi para pihak pelaku perdagangan intemasional. LIC dianggap sebagai cara pembayaran yang paling ideal dan aran karena dengan L1C kepastian pembayaran bagi pihak penjual terjamin. Bagi pihak pembeli dengan L/C akan mengamankan dananya sekaligus menjamin kepastian penyerahan barang yang diperjualbelikan. Pembayaran dengan L/C adalah pembayaran bersyarat dimana penjual bare dapat memperoleh pembayaran apabila menyerahkan dokumen-dokumen yang sesuai dengan syarat dan kondisi LIC yang menunjukan bahwa penjual telah melaksanakan pengiriman atau penyerahan barang. Bank sebagai wakil atau kuasa pembeli akan melakukan pembayaran sesuai dengan instruksi pembeli bilamana dokumen-dokumen yang diterirna telah sesuai dengan syarat dan kondisi L/C. Salah satu keterjaminan LIC sebagai instrumen pembayaran adalah karena mengikatnya LIC secara hukum bagi pars pihak. L1C merupakan instrumen pembayaran yang bersifat dan mengandung unsur surat berharga yang mengikat secara hukum. L/C adalah perjanjian atau kontrak yang mandiri (independen) dan terpisah dengan perjanjian atau kontrak lainnya. L/C sebagai perjanjian karena L/C berisi janji membayar dari bank penerbit kepada penerima Dengan diterbitkannya LIC bank penerbit terikat untuk membayar sejumlah uang senilai LIC kepada penjual selaku penerima. Bank penerbit juga terikat untuk membayar kembali kepada bank penerus yang diberi kuasa di dalam L1C untuk melakukan pembayaran kepada penerima. Bank penerus yang bertindak sebagai bank penegosiasi atau bank pengaksep maupun bank pengkonfirmasi terikat untuk membayar sejak L/C diberitahukan kepada penerima dan apabila bank-bank tersebut dengan pertimbangannya sendiri melakukan akseptasi atau konfirmasi atas L1C dan mengambil alih serta menegosiasi dolcumen. Penjual selaku penerima terikat atas L/C sejak pengajuan dokumen-dokumen yang dipersyaratkan di dalam LIC. Sedangkan keterikatan pembeli selaku pemohon dalam penerbitan L/C adalah menibayar kembali kepada bank penerbit berdasarkan permintaan penerbitan L/C yang merupakan perjanjian yang mengikat antara pemohon dan bank penerbit. L/C sebagai perjanjian atau kontrak intemasional karena para pihak yang terlibat dalam pembayaran L/C berasal dari negara yang berlainan dan tunduk pada hokum nasional negara yang berbeda. Keterjaminan dan keterikatan lainnya dari L/C secara hukum adalah L/C sebagai alat penjaminan baik berdasarkan UCP maupun hukum nasional. Beberapa permasalahan dalam rangka pelaksanaan pembayaran L/C antara lain adalah dalam hal terjadinya perselisihan atau sengketa dalam pelaksanaan pembayaran LIC. Para pihak yang terlibat dalam pembayaran L/C adalah pihakpihak yang berasal dari negara yang berlainan dan tunduk pada hukum nasional negara yang berbeda. Sementara itu UCP sebagai ketentuan internasional L/C mengatur prosedur pelaksanaan pembayaran L/C akan tetapi hanya bersifat pengaturan umum dan tidak semua masalah L/C diatur dalam UCP. UCP tidak mengatur mengenai pilihan hukum (governing law) dalam hal terjadi perselisihan atau sengketa dalam pelaksanaan pembayaran L/C. Perselisihan atau sengketa dalam pelaksanaan pembayaran L/C ini seringkali menjadi kasus hukum intemasional. Dalam praktek pengadilan-pengadilan intemasional ada yang mendasarkan din pada UCP maupun hokum kebiasaan intemasional tetapi ada juga yang mendasarkan diri pada hukum nasional suatu negara dalam menyelesaikan perselishan atau sengketa tersebut. Perselisihan atau sengketa antar bank dalam pelaksanaan pembayaran L/C lebih banyak disebabkan karena adanya kesalahan atau penyimpangan baik karena adanya kelalahan maupun penipuan (fraud). UCP tidak mengatur mengenai penipuan (fraud) dalam transaksi L/C yang selain merupakan pengecualian terhadap prinsip independensi LJC juga dapat merugikan bank-bank pelaksana L1C. Dengan demikian penyelesaian masalah ini hares merujuk pada hukum nasional suatu negara. UCP juga tidak mengatur mengenai pilihan hukum dalam hal terjadi perselisihan atau sengketa antar bank dalam pelaksanaan pembayaran L/C. UCP tidak mengatur mengenai teknis pelaksanaan L/C sehingga ketentuan teknis pelaksanaan L/C ini diatur oleh hukum nasional suatu negara. Namun demikian UCP dan hukum nasional dapat digunakan secara bersamaan dalam pelaksanaan LIC. Di Indonesia ketentuan mengenai teknis pelaksanaan L1C diatur oleh ketentuan-ketentuan peraturan perbankan yang disesuaikan dengan praktek perbankan yang berlaku secara intemasional dan UCP. Mengingat UCP tidak mengatur mengenai teknis pelaksanaan L/C guna menghindari resiko yang mungkin timbul maka dalam melaksanakan transaksi LC bank hams memiliki pertimbangan-pertimbangan baik berdasarkan ketentuan peraturan perbankan nasional maupun praktek perbankan yang berlaku dalam transaksi L1C secara intemasional dan UCP. Hal ini dilakukan demi menjaga kredibilitas dan bonafiditas bank yang bersangkutan dan perbankan nasional pada umumnya.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2004
T19820
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
C. Rinaldi A. Lesmana
Abstrak :
Latar Belakang Perlemakan hepatitis non-alkoholik (NASH) merupakan bagian dari spektrum penyakit perlemakan hati non-alkoholik (NAFLD) yang dimulai dari perlemakan hati murni dan bisa berlanjut menjadi sirosis hati. Hipotesis terjadinya NASH hingga saat ini adalah teori Two Hit. Dikatakan bahwa sindrom resistensi insulin (obesitas, DM tipe II, dan dislipidemi) memegang peranan penting dalam terjadinya NASH. Sampai saat ini studi tentang resistensi insulin pada NASH belum pernali dilaporkan di Indonesia. Tujuan Penelitian Mendapatkan gambaran klinik dan besar kejadian resistensi insulin pada penderita NASH. Desain Penelitian Studi ini merupakan studi abscrvasional yang bersifat deskriptif-analitik dengan desain potong lintang perbandingan. Pasien dan Metode Didapatkan 30 pasien yang berobat ke poliklinik hepatologi di beberapa Rumah Sakit di Jakarta dengan perlemakan hati (dari hasil USG) yang bersedia menjalani pemeriksaan antropometrik, dan pemeriksaan darah perifer untuk kadar gula puasa, preftl lipid, fungsi hati dan insulin puasa. Penderita dengan riwayat minuet alkohol, narkoba, serologi virus hepatitis positif, dan ANA posilifdieksklusi. Gambaran NASH diperiksa oleh tiga ahli patologi anatomi (menurut criteria Brunt). Untuk analisa resistensi insulin (dengan reagen insulin ultrasensitif) diperiksa pada 30 penderita NASH yang dibandingkan dengan 30 kontrol normal dengan metode ELISA. Untuk analisa statistik digunakan program SPSS untuk Window versi 12 dengan uji statistik nonparametrik (Mann-Whitney). Hasil Dari 30 penderita NASH, hipertensi ditemukan pada 8 (26,7%) subyek, dispepsia pada 14 (46,7%) subyek, berat badan berlebih pada 6 (20%) subyek, obesitas pada 19 (63,3%) subyek, gangguan fungsi hati pada 20 (67%) subyek, hipertrigliseridemi pada 19 (63,3%) subyek, DM tipe II pada 5 (16,7%) subyek, dan sindroma metabolik pada 9 (30%) subyek. HOMA-IR didapatkan lebih tinggi pada kelompok subyek dengan NASH bila dibandingkan kontrol normal (p = 0,001). Resistensi insulin ditemukan pada 16 (53,3%) dari 30 penderita NASH (dengan batas HOMA-IR < 3,02). Simpulan Kebanyakan penderita NASH memiliki minimal satu dari komponen metabolik. Resistensi insulin mungkin mempunyai peran pada penderita NASH. Dibutuhkan sampel lebih banyak dan penelitian lebih lanjut mengenai resistensi insulin di hati.
Backgrounds Non-Alcoholic Steatohepatitis (NASH) is a spectrum of Non-Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) which is starting from pure fatty liver (steatosis) to hepatic cirrhosis. Most of studies about prevalence of NASH come from Western countries. The recent hypothesis of NASD which is accepted until now is the Two Hit Theory. It was noted that insulin resistance syndrome (obesity, diabetes, dyslipidemia) has an important sole in NAFLD especially in progression to become NASH. In Indonesia, study about insulin resistance in NASH has not been reported. Aims of the study To know the clinical pictures and the prevalence of insulin resistance in subjects with NASH. Study Design This study was a descriptive-analytic with a comparative cross-sectional design. Patients and Methods There were 30 outpatients who come to liver clinic in several hospitals in Jakarta, with a diagnosis of fatty liver (ultrasound examination) underwent examination of anthropometric measurement, and blood tests for fasting glucose, lipid profile, liver function and fasting insulin level. Subjects with a history of alcohol intake, drug abuser, HBsAg positive, anti I-ICV positive and ANA positive were excluded. A liver biopsy proven NASH was confirmed from every subject (according to Brunt criteria), which has been examined by three experienced pathologists. The insulin resistance measured (with ELISA method) in 30 subjects with NASH by 1-IOMA-IR was compared with 30 normal controls. All analyses were performed with SPSS for Windows version 12 A significance level of 5% was used with non-parametric test (Mann-Whitney). Results From 30 subjects with NASH, hypertension was found in 8 (26.7%) subjects, dyspepsia was found in 14 (46.7%) subjects, overweight was found in 6 (20%) subjects, obesity was found in 19 (63.3%) subjects, abnormal liver function tests was found in 20 (67%) subjects, hypertrigliseridemia was found in 19 (63.3%) subjects, DM type II was found in 6 (16.7%) subjects, and metabolic syndrome was found in 9(30%) subjects. HOMA-IR was found higher in 30 subjects with NASH compared to 30 normal controls (p= 0.001). Insulin resistance was defined when HOMA-IR was more than 3.02. Insulin resistance was found in 16 (53.3%) from 30 subjects with NASH. Conclusions Most subjects with NASH have at least one component of the metabolic syndrome. Insulin resistance might have a role in subjects with NASH. A larger sample was needed to support this study. Further study about hepatic insulin resistance is needed.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T21419
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>