Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Laras Budiyani
Abstrak :
Giardia lamblia adalah protozoa parasit usus pada manusia yang umum terdapat di seluruh dunia, dominan pada iklim lembab, dan lebih sering terjadi di negara berkembang. Pada sebagian besar negara berkembang, prevalens giardiasis paling tinggi terjadi pada anak usia di bawah 5 tahun. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan infeksi Giardia lamblia dengan status nutrisi balita. Penelitian ini dilakukan dengan desain cross-sectional dengan menggunakan data sekunder hasil survei pemeriksaan parasit usus dan pengukuran tinggi dan berat badan pada balita di kecamatan Jatinegara, Jakarta Pusat tahun 2006. Sejumlah 467 anak di bawah lima tahun dipilih secara acak sebagai sampel dalam penelitian ini. Prevalens infeksi parasit usus pada populasi ini mencapai 65.7%, dengan persentase giardiasis sebesar 4.1%. Sembilan belas orang dengan giardiasis telah dibandingkan dengan 160 orang tanpa infeksi parasit usus untuk melihat adanya perbedaan bermakna pada indikator malnutrisi. Z score dengan nilai -2SD digunakan sebagai cut off point indikator malnutrisi. Sebanyak delapan (42.1%) anak yang terinfeksi dan 53 (33.1%) anak yang bebas infeksi parasit usus mengalami berat badan kurang (underweight). Delapan (42.1%) anak dari kelompok yang terinfeksi dan 60 (37.5%) anak dari kelompok tanpa infeksi parasit usus mengalami gangguan pertumbuhan linear (stunting). 10.5% anak dengan giardiasis dan 26.8% anak tanpa infeksi parasit mengalami gangguan pertumbuhan dalam proporsi tubuh (wasting). Analisis statistik menunjukkan adanya perbedaan signifikan pada berat badan dan tinggi badan antara kelompok yang terinfeksi dengan kelompok kelompok tanpa infeksi parasit (p<0.05). Namun, tidak terdapat perbedaan indikator antropometri untuk status nutrisi (WAZ, HAZ, WHZ) yang bermakna antara kedua kelompok. Sebagai kesimpulan, studi ini memperlihatkan bahwa status nutrisi anak balita pada area ini tidak dipengaruhi oleh infeksi Giardia lamblia. ......Giardia lamblia is a common intestinal parasite in human worldwide, dominant in humid climate, especially in developing countries. The prevalence of giardiasis in some of the developing countries is highest in children under five years old. The objective of this cross sectional study is to access the association between giardiasis and nutritional status among children. This study utilized secondary data aquired from a survey for stool analysis of intestinal parasites and measurement of height and weight, which was carried out among children in Jatinegara district in 2006. A total of 467 children under five years old were randomly selected for this study. The prevalence of intestinal parasitic infection reached 65.7%, with 4.1% infected by Giardia lamblia. Nineteen people with giardiasis were compared with 160 people without infection to observe any significant differentiation on the malnutrition indicators. Z score of -2SD was used as cut off point of malnutrition. A total of eight (42.1%) infected children and 53 (33.1%) children without parasitic infection had underweight. Eight (42.1%) children from infected group and 60 (37.5%) children in control group were stunted. 10.5% children with giardiasis and 26.8% individuals from the noninfected group were wasted. Statisical analysis revealed a significant differentiation for age, weight, and height between the infected group and the noninfected group (p<0.05). However, the antropometric indicator for nutritional status (WAZ,HAZ, and WHZ) did not differ significantly between the infected group non-infected group. In conclusion, this study revealed that nutritional status among under five children in this region is not associated with G. lamblia infection.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Laras Budiyani
Abstrak :
Latar Belakang: Resistensi insulin telah dilaporkan lebih tinggi pada populasi subjek dengan penyakit refluks gastroesofageal GERD dibandingkan subjek tanpa GERD serta berhubungan langsung terhadap adanya esofagitis erosif. Adanya perbedaan ras dan metode pengukuran pada penelitian sebelumnya, mendorong perlunya penelitian di Indonesia untuk dapat mengetahui resistensi insulin pada populasi GERD, khususnya pada erosi esofagus. Tujuan: Mempelajari perbedaan resistensi insulin pada penyakit refluks gastroesofageal dengan erosi dan tanpa erosi esofagus. Metode: Penelitian ini menggunakan metode potong lintang terhadap 84 pasien dewasa dengan gejala GERD yang berobat di poliklinik gastroenterologi RSCM pada bulan Januari hingga April 2017. Perekrutan subjek dilakukan secara konsekutif menggunakan kuesioner GERDQ. Nilai HOMA-IR digunakan untuk evaluasi resistensi insulin. Adanya erosi esofagus dinilai menggunakan pemeriksaan esofagogastroduodenoskopi EGD. Data diolah menggunakan analisis Mann Whitney untuk memperoleh beda median nilai HOMA-IR antara kelompok tanpa erosi dan kelompok dengan erosi esofagus. Hasil penelitian: Nilai median HOMA IR pada seluruh subjek dengan gejala GERD adalah 1,46 0,32-13,85 . Uji Mann Whitney menunjukkan adanya perbedaan nilai HOMA-IR yang signifikan p= 0,015 dengan nilai median HOMA IR yang lebih tinggi pada kelompok erosi esofagus, yaitu 1,74 0,35-13,85 dibandingkan dengan subjek tanpa erosi esofagus, yaitu 1,21 0,32-10,78. Kesimpulan: Resistensi insulin, yang dinilai dengan HOMA-IR, lebih tinggi secara bermakna pada pasien refluks gastroesofageal dengan erosi esofagus dibandingkan tanpa erosi esofagus. ......Background: Insulin resistance had been reported higher in GERD patients, particularly in patients with erosive esophagitis. Differences in subjects rsquo characteristics and measurement used in previous studies encourage the need to assign the study in Indonesia learn about insulin resistance among GERD patients especially in esophagitis erosive. Aim: To learn the difference of insulin resistance between erosive and non erosive reflux disease in GERD patients. Methods: A cross sectional study of 84 adult patients with GERD symptoms was conducted. The subjects were recruited consecutively between January 2017 and April 2017 at Cipto Mangunkusumo National Hospital in Jakarta. GERDQ questionnaire was used for subject recruitment. Homeostatic model assessment insulin resistance HOMA IR index was used to evaluate insulin resistance. Esophageal erosions were diagnosed using upper gastrointestinal endoscopy. Mann whitney analysis was used to determine HOMA IR median difference between esophagitis and non esophagitis group. Results: The median of HOMA IR in all subjects was 1.46 0.32 13.85 . Using Mann Whitney test, HOMA IR index was significantly higher in esophagitis patients p 0.015 than in non erosive patients, with the median of HOMA IR index were 1.74 0.35 13.85 and 1.21 0.32 10.78 respectively. Conclusion Insulin resistance, using HOMA IR index, is significantly higher in gastroesophageal reflux disease patients with esophageal erosion.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library