Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 30 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Komalasari
Abstrak :
Peraturan Menkes RI No.416 tahun 1990 dalam standar kualitas Air Minum menyatakan bahwa air minum tidak boleh terdapat bakteri Eschericia coil dalam 100 ml contoh air. Adanya bakteri Coliform merupakan indikasi air tercemar kuman pathogen, sehingga bakteri Coliform merupakan indikator pencemaran air secara mikrobiologis. Bakteri E. coil dapat menyebabkan Gastroenteristis. Salah satu cara mengurangi bakteri bakteri E. coil pada proses pengolahan air adalah dengan proses koagulasi (penggumpalan) yang diikuti proses flokulasi (pembentukan flok) dan sedimentasi (pengendapan flok). Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan koagulan adalah penggunaan koagulan yang tepat untuk tingkat kekeruhan air baku yang sudah ditentukan (dalam hal ini kekeruhan tinggi). Koagulan yang umum digunakan adalah A12(SO4), yang biasa disebut tawas atau alum, karena cukup murah dan mudah didapat dipasaran. Kenyataan menunjukkan tingkat kekeruhan air baku (dalam hal ini sungai Ciliwung) semakin tinggi sehingga diperlukan koagulan altematif yang lebih efektif. Penggunaan koagulan PAC (Poly Aluminum Chlorida) sebagai koagulan alternatif yang lebih efektif untuk air baku kekeruhan tinggi. Metode penelitian ini adalah true eksperimental. Sebagai kelompok eksperimen adalah sampel air baku yang diberi koagulan PAC, sedangkan kelompok pembanding adalah sampel air bake yang diberi koagulan Alum atau Tawas. Penelitian ini dilakukan dalam skala laboratorium, yaitu melalui analisa jartes untuk menentukan dosis optimum koagulan. Percobaan dilakukan di laboratorium pusat PAM Jaya dengan mengambil sampel air baku kekeruhan tinggi (100 - 500 NTU) dan melakukan lima kali percobaan dengan total sampel 30. Dosis koagulan yang digunakan adalah 20, 25, 30, 35, 40, 45 ppm. Hasil yang diperoleh adalah Reduksi Eschericia coils rata-rata oleh PAC adalah 88.3166 dengan reduksi maksimum 99.97 % dan oleh Alum adalah 73.30 % dengan reduksi maksimum 96.67%. Secara statistik beda reduksi PAC terhadap Alum adalah perbedaan bermakna dengan nilai p < 0,05. Dosis optimum rata-rata PAC adalah 20 ppm dengan rata-rata reduksi 89.01 %. Dosis optimum rata-rata Alum adalah 30 ppm dengan rata-rata reduksi 81.60 %. Melihat kualitas air yang dihasilkan terhadap parameter pH, kekeruhan, dan E. coil lebih baik menggunakan PAC. Nilai rata-rata kualitas air pada pemberian dosis optimum PAC adalah : kekeruhan 7.2 NTU, pH akhir 7.08 dan reduksi E. coil 97.29%. Nilai rata-rata kualitas air pada pemberian dosis optimum Alum adalah : kekeruhan 16.2 NTU, pH 6.8 dan reduksi E. coil 95.06%. Secara ekonomis didapat penghematan yang cukup besar, yaitu dengan pemakaian PAC dapat dihemat biaya Rp 47.740.400/bulan untuk Instalasi I PAM DKI Jaya. Perhitungan ini diambil dari penghematan penggunaan dosis koagulan dan dosis kapur tohor, dimana dengan PAC tidak diperlukan pemakaian kapur tohor untuk menaikkan pH. Dari hasil ini disarankan untuk air baku kekeruhan tinggi PAC dapat dijadikan koagulan pengganti Alum, karena dan segi teknis lebih menguntungkan, yaitu tidak perlu penambahan kapur tohor untuk menetralkan pH dan mengurangi dosis Kaporit pada proses desinfeksi serta waktu digunakan lebih pendek, dari segi biaya lebih hemat, dan dari segi kualitas air yang dihasilkan lebih baik. ......In general, raw water which comes from the river has been contaminated by human or animal feces which are shown by the existing of an organism society called Coli form such as Bacterium cola, Bacillus coil or Escherichia cola which are the ones of microbiologies parameter. The existent of Coli form bacteria is an indicator of pathogenic bacteria, so the Coli form bacteria is an indicator of microbiological water contamination. Ministry of health regulation no.416 1990 for standardization of drinking water states that the drinking water mustn't contain the Escherichia coil bacteria in 100 ml the sample of water. The E. cola bacteria may cause Gastroenteritis. One way of reducing E.coli bacteri in the water treatment is by coagulation process which is followed by flocculation and sedimentation. One factor which determined the success of coagulation is the use of the right coagulant for determined standard turbid raw water (in high turbid level matter). The most commonly used coagulant is the AI2(SO,), called "Tawas" or "Alum", it is quite cheap and can be found easily. The fact shows that the high turbid level of raw water (in Ciliwung river matter) is getting higher, so an alternative of more effective coagulant is needed. Use of the PAC (Poly Aluminum Chloride) coagulant is more effective for high turbid level raw water. Method used in this research is true experimental. The experiment group consists of samples of raw water with the PAC coagulant, compared with samples of raw water with Tawas or Alum coagulant. Research was done in a laboratory scale, through jartest analysis to decide the optimum dose of coagulant. The experiment was done at the PAM Jaya laboratory by taking samples of high turbid of raw water (100-500 NTU) and doing 5 times experiment with total samples of 30. The coagulant doses used of are 20, 25, 30, 35, 40, 45 ppm. Average reduction of E. cola by the PAC is 88.32%, with maximum reduction of 99.97%, and by the Alum is 73.3% with the maximum reduction of 96.67%. Statistically, the reduction difference between PAC and Alum is (15.02 ± 5.33) % with p 0.05 in CI 95% of significant difference. The average optimum dose of PAC is 20 ppm with average reduction of 89 %. The average optimum dose of Alum is 30 ppm with average reduction of 81.6%. If we see the produced water quality the parameters like : pH, turbidity, and E.coli, it would be better for us to use the PAC. The average values of water quality with PAC optimum dose given are: the turbidity is 7.2 NTU, the last pH is 7.08 and the E. coil reduction is 97.29%. Conditions with Alum are: the turbidity is 16.2 NTU, the PH is 6.8 and the E.coli reduction is 95.06%. Economically, by using the PAC we can save costs for about Rp 47.740.0001month. This calculation was done by savings in coagulant dose and in quick-lime dose, which by using the PAC we do not need the quick-lime to increase the pH anymore. Using the results obtained, it's recommended, for the high level turbidity of the raw water, to use the PAC as a substitution of Alum. Technically, it gives more revenues by not using the quick-lime addition to neutralize the pH, reduces the "Kaporit" dose in the disinfection process, and shortens the process time. We can also reduce costs, because it's cheaper, and we can get better water quality than before.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T3944
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Komalasari
Abstrak :
Peraturan Menkes Rl No.416 tahun 1990 dalam standar kualitas Air Minum menyatakan bahwa air minum tidak boleh terdapat bakteri Eschericia coli dalam 100 ml contoh air. Adanya bakteri Coliform merupakan indikasi air tercemar kuman pathogen, sehingga bakteri Coliform merupakan indikator pencemaran air secara mikrobiologis. Bakteri E. Coli dapat menyebabkan Gastroenteristis. Salah satu cara mengurangi bakteri bakteri E. coli pada proses pengolahan air adalah dengan proses koagulasi (penggumpalan) yang diikuti proses flokulasi (pembentukan flok) dan sedìmentasi (pengendapan flok). Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan koagulan adalah penggunaan koagulan yang tepat untuk tingkat kekeruhan air baku yang sudah ditentukan (dalam hal ini kekeruhan tinggi). Koagulan yang umum digunakan adalah AI2(SO4)3 yang biasa disebut tawas atau alum, karena cukup murah dan mudah didapat dipasaran. Kenyataan menunjukkan tingkat kekeruhan air baku (dalam hal ini sungai Ciliwung) semakin tinggi sehingga diperlukan koagulan alternatif yang lebih efektif. Penggunaan koagulan PAC (Poly Aluminum Chiorida) sebagai koagulan alternatif yang lebih efektif untuk air baku kekeruhan tinggi. Metode penelitian ini adalah true eksperimental. Sebagai kelompok eksperimen adalah sampel air baku yang diberi koagulan PAC, sedangkan kelompok pembanding adalah sampel air baku yang diberi koagulan Alum atau Tawas. Penelitian ini dilakukan dalam skala taboratorium, yaitu melalui analisa jartes untuk menentukan dosis optimum koagulan. Percobaan dilakukan di laboratonum pusat PAM Jaya dengan mengambil sampel air baku kekenihan tinggi (100 - 500 NTU) dan melakukan lima kali percobaan dengan total sampel 30. Dosis koagulan yang digunakan adalah 20, 25, 30, 35, 40, 45 ppm. Hasil yang diperoleh adalah Reduksi Eschericia coli rata-rata oleh PAC adalah 88.3166 dengari reduksi maksimum 99.97 % dan oleh Alum adalah 73.30 % dengan reduksi maksimum 96.67%. Secara statistik beda reduksi PAC terhadap Mum adalah perbedaan bermakna dengan nilai p <0,05. Dosis optimum rata-rata PAC adalah 20 ppmdengan rata-rata reduksi 89.01 %. Dosis optimum rata-rata Alum adalah 30 ppm dengan rata-rata reduksi 81.60 %. Melihat kualitas air yang dihasilkan terhadap parameter pH, kekeruhan, dan E. coil Iebih baik menggunakan PAC. Nilai rata-rata kualitas air pada pemberian dosis optimum PAC adalah : kekeruhan 7,2 NTU, pH akhir 7.08 dan reduksi E. coil 97.29%. Nilai rata-rata kualitas air pada pemberian dosis optimum Alum adalah: kekeruhan 16.2 NTU, pH 6.8 dan reduksi E. coil 95.06%.

Secara ekonomis didapat penghematan yang cukup besar, yaitu dengan pemakaian PAC dapat dihemat biaya Rp 47.740.400 / bulan untuk Instalasi I PAM DKI Jaya. Perhitungan ini diambil dan penghematan penggunaan dosis koagulan dan dosis kapur tohor, dimana dengan PAC tidak diperlukan pemakaian kapur tohor untuk menaikkan pH.

Dari hasil ini disarankan untuk air baku kekeruhan tinggì PAC dapat dijadikan koagulan pengganti Alum, karena dari segi teknis Iebih menguntungkan, yaitu tidak perlu penambahan kapur tohor untuk menetralkan pH dan mengurangi dosis Kaponit pada proses desinfeksi serta waktu digunakan lebih pendek, dari segi biaya lebih hemat, dan dari segi kualitas air yang dihasilkan lebih baik.

......In general, raw water which comes from the river has been contaminated by human or animal feces which is shown by the existing of an organism society called Coliform such as Bacterium coli, Bacilus coil or Eschericia coli which are the ones of microbiologie parameter. The existent of Coliform bacteria is an indicator of pathogenic bacteria, so the Coliform bacteria is an indicator of microbiological water contamination. Ministry of health regulation no.416 1990 for standardization of drinking water states that the drinking water mustn’t contain the Eschericia coil bacteria in 100 ml the sample of water.

The E. coil bacteria may cause Gastroenterist. One way of reducing E. coli bacteri in the water treatment is by coagulation process which is followed by floculation and sedimentation, One factor which determined the succes of coagulation is the use of the right coagulant for determined standard turbid raw water (in high tu bid level matter). The most commonly used coagulant is the AI2(SO4)3 called “Tawas” or “Alum”, it is quite cheap and can be found easily. The fact shows that the high turbid level of raw water (in Ciliwung river matter) is getting higher, so an alternative of more effective coagulant is needed. Lise of the PAC (Poly Aluminum Chloride) coagulant is more effective for high turbid level raw water.

Method used in this research is true experimental. The experiment group consists of samples of raw water with the PAC coagulant, compared with samples of raw water with Tawas or Alum coagulant Research was done in an laboratory scale, through jartest analysis to decide the optimum dose of coagulant. The experiment was done at the PAM Jaya Laboratory by taking samples of high turbid of raw water (100-500 NTU) and doing 5 times experiment with total samples of 30. The coagulant doses used of are 20, 25, 30, 35, 40, 45 ppm.

Average reduction of E. coli by the PAC is 88,32%, with maximum reduction of 99.97%, and by the Alum is 73.3% with the maximum reduction of 96.67%. Statistically, the reduction difference between PAC and Alum is (15.02 ± 5.33)% With P <0.05 in CI 95% of significant difference. The avarage optimum dose of PAC is 20 ppm with average reduction of 89 %. The average optimum dose of Alum is 30 ppm with average reduction of 81.6%. If we see the produced water quality the parameters Like: pH, turbidity, and E.coli, it would be better for us to use the PAC. The average values of water quality with PAC optimum dose given are : the turbidity is 7.2 NTU, the last pH is 7.08 and the E. coli reduction is 97.29%. Condition with Alum are: the turbidity is 16.2 NTU, the PH is 6.8 and the E.coli reduction is 95.06%.

Economically, by using the PAC we can save costs for about Rp 47.740.000/month. This calculation was done by savings in coagulant dose and in quick lime dose, which by using the PAC we do not need the quick-lime to increase the pH anymore.

Using the results obtained, it’s recomended , for the high level turbidity of the raw water, to use the PAC as a substitution of Alum. Technically, it gives more revenues by not using the quick-lime addition to neutralize the pH, reduces the “Kaporit” dose in the dissinfection process, and shortens the process time. We can also reduce costs, because it’s cheaper, and we can get better water quality than before.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T3644
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Komalasari
Abstrak :
ABSTRAK
Galaktomanan adalah suatu polisakarida yang mengandung Dgalaktosa dan D-mannosa yang meru[>akan serat makanan (dietary fiber) yang mampu menurunkan kadar kolesterol. Umumnya terdapat pada endosperm didalam biji. Sumber galaktomanan berasal dari tumbuhan salah satunya dari famili Palmae. Tanaman kelapa sawit (Eiaeis guinensis jacquin) merupakan salah satu spesies famili Palmae. lsolasi galaktomanan dari daging inti sawit dilakukan berdasarkan cara yang dilakukan oleh Purawisastrsa,dkk (2004) yaitu dengan cara ekstraksi bertingkat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa optimalisasi isolasi galaktomanan diperoleh pada konsentrasi larutan pengekstrak 1 & 2 yaitu larutan NaOH 4 % (b/v) dan NaOH 17% (b/v) & nilai perbandingan volume etanol untuk pengendapan 2:1. lsolat galaktomanan diperoleh dari endapan yang dinetralkan dengan asam sitrat kemudian dikeringkan, dicuci dan dikeringkan kembali, kemudian isolate tersebut diukur pH, kadar residu dan komposisi polisakaridanya. Hasil menunjukkan bahwa isolat galaktomanan dari daging inti sawit berbentuk serbuk coklat, mempunyai nilai pH 7,30 pada konsentrasi 0,4% (b/v) dengan kadar residu natrium 0,018 %, dan mengandung Galaktosa 67,68 %; Mannosa 17,64 %; Fruktosa 9,03% dan 5,65% impurities.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Komalasari
Abstrak :
Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia memiliki peranan yang sangat besar dalam pelaksanaan konstruksi. Keberhasilan suatu proyek sangat ditentukan oleh pengendalian tenaga kerja. Sistem manajemen yang kurang baik akan menyebabkan terjadinya penyimpangan (variance) biaya proyek, khususnya biaya tenaga kerja. Pengendalian biaya tenaga kerja dilakukan dengan pengukuran kemajuan pekerjaan, evaluasi terhadap pekerjaan, serta rekomendasi tindakan koreksi (corrective action) terhadap penyimpangan yang terjadi. Tujuan dari pengendalian biaya tersebut adalah mengusahakan agar segala aktual kegiatan proyek sesuai dengan rencana awal proyek. Pelaksanaan tindakan koreksi ini sangat bergantung pada penyebab dan dampak terjadinya penyimpangan (variance). Pada penelitian sebelumnya telah diidentifikasi penyebab dan dampak penyimpangan biaya tenaga kerja serta tindakan koreksi yang dapat diambil untuk mengatasinya. Dalam merekomendasikan tindakan koreksi tersebut diperlukan langkah-langkah yang jelas. Penelitian lanjutan ini bertujuan untuk mendapatkan langkah-langkah yang perlu diambil dalam melaksanakan tindakan koreksi tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah Metode Delphi. Metode ini digunakan untuk menjaring informasi dari para pakar yang ahli dibidangnya khususnya dalam manajemen tenaga kerja pada proyek pembangunan gedung bertingkat. Dengan metode ini telah didapatkan langkah-langkah tindakan koreksi yang berbeda-beda dari setiap pakar, sehingga dilakukan analisis dan diambil pendapat yang memiliki frekuensi tertinggi dari masing-masing langkah-langkah tersebut serta dilihat kecocokan antara langkah-langkah dengan tindakan koreksinya. Hasil temuan ini akan digunakan untuk melengkapi software Expert Corrective Action dan Neural Network yang dapat membantu memudahkan dalam pengambilan keputusan. ......Labor as a human sources has a big role in construction. The successful of a project mostly depend on labor controlling. Unsuccessfull in system management can cause variance in project cost, especial the laborcost. Labor cost control can be done by measuring the work progress, evaluating the work and recommended tfie corrective action to the variance happens. The aim of the cost control are make all the actual project work similar to the beginning project plan. Tne realization of the corrective action is depend on the cause dan the impact which causes the variance. In the previous research, the cause and the impact of labor cost variance already be identify, and the corrective action which can be taken to overcome the cause and the impact. In the recommended corrective action stiff needed lots of obvious steps. This sequel research aim to get some steps that must be done to realize the corrective action above. Delphi method is being used for this research. This method used to net much information from tfie expert especially in labor management for high rise building. With this method, some different steps for the corrective action wiffbe get from more than one expert, so analyzing must be done. The opinion chosen is one with the highest frequency from each steps and fit in with the corrective action. The research result will be used to complete the Expert Corrective Action and Neural Network Software which can help to make easier for decision makping.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
S34257
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Komalasari
Abstrak :
Alasan terbanyak ibu berhenti menyusui secara eksklusif adalah ketidakcukupan ASI. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan kualitatif. Desain penelitian kuantitatif adalah cross-sectional terhadap 60 ibu dengan bayi umur 0-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok tahun 2011. Hasil penelitian menunjukkan 56,7% ibu memiliki persepsi ketidakcukupan ASI. Variabel yang terbukti berhubungan adalah umur ibu, paritas, dan pekerjaan. Sedangkan hasil wawancara mendalam menunjukkan hampir semua ibu merasa jumlah produksi ASI-nya tidak cukup karena bayinya masih menangis walaupun telah disusui. Setelah dicross-check dengan tanda yang dapat dipercaya, hanya ada sebagian kecil ibu yang berat badan bayinya tidak sesuai dengan rekomendasi Depkes. Disarankan kepada petugas kesehatan untuk mengoptimalkan promosi ASI eksklusif. Kepada Dinas Kesehatan disarankan untuk memberikan pelatihan dan kegiatan yang dapat mendukung keberhasilan pemberian ASI.
The reason that most mothers stopped breastfeeding exclusively is insufficiency of breast milk. This is a quantitative and qualitative research. Quantitative research design is a cross-sectional of 60 mothers with babies aged 0-12 months in the work-area of Puskesmas Pancoran Mas Depok in 2011. The results showed 56.7% of mothers have the perception of insufficiency of breast milk. Variables that are proven to relate are mother's age, parity, and occupation. Whereas the results of the in-depth interviews shown almost all mothers feel the amount of their production of breast milk is not enough because the baby was crying despite having been breast fed. After cross-checking the believed sign, there is only a small part of the baby's mother experienced no baby weight accordance with the recommendation of Depkes. The health workers is recommended to optimize the promotion of breast-feeding exclusively. The health service is recommended to provide training and activities that can support the success of the granting of exclusive breast-feeding.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gantina Komalasari
Abstrak :
Penelitian ini berawal dari pemikiran bahwa memasuki pensiun bukan merupakan hal yang mudah dan sering kali menimbulkan masalah psikologis bagi yang menjalaninya. Pensiun selalu menyangkut perubahan peran, nilai dan pola hidup individu secara menyeluruh. Bagi individu yang belum siap menghadapi pensiun dan belum siap untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan psikologis, finansial dan social yang mungkin terjadi akan menganggap bahwa pensiun merupakan suatu periode kepahitan, kegetiran dan sesuatu yang mengancam, karena terpaksa harus kehilangan hal-hal yang pernah menjadi miliknya dan harus menyesuaikan diri dengan cara hidup baru yang belum diketahuinya. Berbagai perubahan dan penyesuaian yang khas sifatnya akan dihadapi seorang individu pada saat memasuki masa pensiun, demikian pula di kalangan PNS. Keadaan ini menuntut pengertian dan perlakuan tersendiri dari orang lain maupun dirinya sendiri. Sejalan pula dengan arah pembangunan jangka panjang kedua, kita perlu memberi perhatian terhadap penduduk usia lanjut agar dapat tetap berperan dalam pembangunan khususnya pembinaan generasi muda dan masyarakat. Untuk itu pemahaman mengenai pensiun merupakan hal yang mendasar; dengan dasar pemahaman yang komprehensif diharapkan PNS yang MPP dapat menghadapi pensiun dengan lebih baik, yaitu terciptanya penduduk usia lanjut yang produktif dan kreatif, sehingga mampu mengisi hidupnya dengan sesuatu yang bermakna. Penelitian ini mengkaji hubungan antara makna hidup, dukungan sosial dan sikap terhadap pensiun dengan kecemasan dalam menghadapi pensiun pada PNS yang MPP. Berdasarkan kajian teori diajukan 4 hipotesis untuk dibuktikan kebenarannya. Penelitian ini dilakukan pada PNS yang MPP terdiri dari golongan I sampai golongan IV dari Departemen Penerangan, Departemen Tenaga Kerja dan Departemen 'Pendidikan Dan Kebudayaan di DKI Jakarta tahun 1994. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa : 1. Hasil analisis Korelasi Sederhana Product Moment dan analisis regresi berganda terhadap variabel yang diteliti menunjukkan Makna Hidup, Dukungan Sosial dan Sikap terhadap pensiun secara keseluruhan memiliki hubungan negatif yang signifikan dengan Kecemasan menghadapi pensiun. Dengan perkataan lain semakin Bermakna Hidup PNS yang MPP, semakin tinggi Dukungan Sosial dan semakin positif Sikap terhadap pensiun, maka akan semakin rendah Kecemasan menghadapi pensiun. Akan tetapi berdasarkan analisis lanjutan Korelasi Parsial terbukti Dukungan Sosial tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan Kecemasan menghadapi pensiun. Dengan demikian dapat diartikan bahwa tinggi rendahnya tingkat kecemasan menghadapi pensiun pada PNS yang MPP hanya dipengaruhi tinggi rendahnya makna hidup yang dimiliki dan positif tidaknya sikap mereka terhadap pensiun. 2. Berdasarkan hasil analisis deskriptif, menunjukkan PNS yang MPP pada umumnya memiliki Makna Hidup yang tinggi, Dukungan Sosial yang tinggi, Sikap yang positif terhadap pensiun dan Kecemasan yang rendah dalam menghadapi pensiun. Selanjutnya dengan hasil temuan pada penelitian ini diajukan saran agar ditingkatkan usaha menumbuh kembangkan sikap positif terhadap pensiun dan makna hidup, melalui pengembangan situasi dan kondisi yang memungkinkan kedua aspek tersebut dapat berkembang secara optimal. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan meneliti individu yang telah memasuki masa pensiun, sehingga dapat ditelaah lebih lanjut bagaimana para pensiunan menyesuaikan diri terhadap berbagai perubahan yang terjadi dengan menggunakan metode pengumpulan data yang terpadu. Serta dimanfaatkannya hasil penelitian ini sebagai salah satu bahan masukan dalam upaya pengembangan program pelatihan pra pensiun agar individu siap untuk memasuki dan menyesuaikan din terhadap berbagai perubahan pada masa pensiun dan dapat mengembangkan produktivitasnya.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1995
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farida Komalasari
Abstrak :
Sejak merosotnya harga migas dunia pada awal tahun 1980-an, Indonesia tidak dapat lagi mengandalkan sektor migas sebagai sumber pembiayaan pembangunan. Oleh karena itu dilakukan upaya penggalian sumber dana dari sektor non-migas. Salah satu langkah yang ditempuh oleh pemerintah adalah meningkatkan penerimaan pajak. Dalam rangka meningkatkan penerimaan dari pajak tersebut, pemerintah telah beberapa kali melakukan. reformasi pajak, baik yang menyangkut pajak pertambahan nilai (PPn), pajak penghasilan (PPh) maupun jenis pajak lainnya. Khusus untuk PPb, pada tahun 1983 melalui UU No. 7/1983 dan UU No. 10/1994 pemerintah melakukan perubahan ketentuan pemungutan PPh. Dari segi penerimaan pemerintah, ketentuan baru tersebut diharapkan akan meningkatkan penerimaan pemerintah. Namun demikian perlu dilihat lebih jauh lagi bagaimana pengaruh perubahan tarif PPh tersebut terhadap pembangunan ekonomi secara keseluruhan, yakni terhadap pertumbuhan ekonomi, distribusi pendapatan dan stabilitas ekonomi. Bertolak dari permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari dan menyusun suatu model keseimbangan umum (computable general equilibrium = CGE) untuk Indonesia untuk menganalisis akibat perubahan tarif PPh terhadap pertumbuhan ekonomi, distribusi pendapatan dan stabilitas ekonomi. Untuk mengetahui hal itu, melalui Model CGE yang disusun tersebut dilakukan pengamatan terhadap variabel-variabel utama ekonomi malcro. Variabel tersebut adalah output, konsumsi, investasi, penerimaan pemerintah, pendapatan masyarakat dan distribusinya, tingkat harga dan neraca perdagangan. Mengingat terdapat kaitan yang sangat komplek antara variabel-variabel di dalam ekonomi makro dan terdapat berbagai macam jenis kebijaksanaan perpajakan, maka untuk menghindari kompleksitas pembahasan diperlukan batasan-batasan. Pada tulisan ini, pembahasan hanya terbatas untuk melihat alabat perubahan ketentuan tarif PPh dan batas pendapatan kena pajak atas penghasilan rumah tangga, terhadap pertumbuhan ekonomi, distribusi pendapatan dan stabilitas ekonomi di Indonesia. Untuk menangkap seluruh variabel yang diamati dan melihat kaitan antar variabel tersebut, salah satu sistem data dan perangkat statistik yang dapat digunakan adalah model keseimbangan umum kuantitatif (computable general equilibrium = CGE). Model CGE yang akan digunakan adalah modifikasi model keseimbangan umum yang dikembangkan oleh Lewis (1991). Modifikasi terutama dilakukan pads parameter tarif PPh untuk kelompok kelompok rumah tangga. Sesuai dengan tujuan yang telah diuraikan pada Sub-bab 1.2, dilakukan simulasi terhadap parameter tarif pajak pengbasilan yang terdiri dari 3 (tiga) skenario. Rincian lebih lanjut tentang skenario tersebut disajikan pada Bab IV.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Komalasari
Abstrak :
Pada suatu komunitas tuturan, pilihan variasi tindak tutur kesopanan dalam peristiwa tuturan permintaan maaf digunakan oleh individu-individu komunitas tersebut bukan merupakan suatu kebetulan. Pilihan variasi tindak tutur tersebut merupakan suatu strategi bertutur dalam bentuk perilaku ketika berinteraksi sosial. Strategi bertutur ini lebih banyak dipengaruhi oleh kendala-kendala sosial-budaya daripada faktor-faktor linguistik. Oleh karena itu, pilihan variasi tindak tutur dapat menghantarkan pada persepsi penutur tentang tindak tutur tersebut sebagai suatu kesatuan makna sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan interpretasi makna sosial dan kendala-kendala sosial-budaya yang mempengaruhi pemilihan variasi tindak tutur yang digunakan oleh pelaku komunikasi dengan melalui analisis tindak tutur yang dipilih oleh penutur dengan pertimbangan yang telah dikemukakan di atas. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan analisis deskriptif. Sumber data yang digunakan skenario drama TV Oshin karya Sugako Hashida yang diterbitkan tahun 1983. Penelitian ini dilakukan pada tiga domain bentuk komunikasi interpersonal Jepang. Uchi mono (in-group), shitashii mono (close friend) dan soto mono (out-group). Sumber data yang merupakan cuplikan wacana percakapan dianalisis berdasarkan analisis unit-unit interaksi dari Dell Hymes (1974): situasi tuturan (speech situation), peristiwa tuturan (speech event) dan tindak tutur (speech act). Analisis unit-unit interaksi ini bertujuan mengungkapkan setting dan sistuasi sosial yang muncul dalam pemilihan variasi tindak tutur, teori sosialogi Nakane Chie (1970) untuk menganalisis kendala-kendala sosial-budaya yang mempengaruhi pemilihan variasi tindak tutur kesopanan dalam peristiwa tuturan permintaan maaf; Kubata Osamu (1974), Mio Osamu dan liaruta Toosaku (1995) dan Natsuko Tsujiro (1996) untuk menganalisis faktor-faktor linguistik dan variasi tindak tutur kesopanan yang dipilih oleh pelaku komunikasi. Hasil temuan dalam penelitian ini adalah pengungkapan kendala-kendala sosial budaya yang dapat mempengaruhi pemilihan tindak tutur kesopanan dalam peristiwa tuturan permintaan maaf status sosial yang bersifat vertikal (joge kankei), kedekatan sosial (Uchi-soto mono dan shitashii mono) dan jenis kesalahan yang dianggap sebagai misbehavior dan tidak berterima dalam masyarakat komunitas tersebut. Pemilihan variasi tindak tutur kesopanan dalam peristiwa tuturan permintaan maaf didominasi pada domain in-group dan digunakan oleh penutur subordinat pada petutur superior dengan jenis pilihan keigo (honorification) : kenjoogo (humble) dan teinego (polite). Jenis variasi tindak tutur kesopanan ini mempunyai makna sosial yang ditekankan pada kerendahan hati dan diri penutur dan menekankan sifat formal. Adanya pemilihan variasi tindak tutur berdasarkan kendala-kendala sosial-budaya ini bertujuan untuk melancarkan alur komunikasi, menghindari konflik sosial dan menjaga keharmonisan diantara partisipan. Strategi tindak tutur kesopanan dalarn hal ini bermakna sebagai penghalus, meminimalisasikan kesalahan penutur dan sebagai penghantar pada tuturan berikutnya yang mengandung intention (maksud) sebenamya yang ingin penutur sampaikan pada petutur. Dengan demikian variasi tindak tutur kesopanan ini juga mempunyai nama indirectness.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15256
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Komalasari
Abstrak :
Koinfeksi HIV dan tuberkulosis masih merupakan ancaman kesehatan global saat ini. Diperkirakan sebanyak 1.4 juta kasus tuberculosis pada pasien HIV (+) dilaporkan pada tahun 2007. HIV merupakan risiko terbesar untuk tuberculosis, risiko berkembang menjdai TB laten 20 kali lipat. Tuberkulosis penyebab utama kematian pada pasien HIV.Pengobatan tuberculosis paru pada pasien HIV harus dimulai sesegera mungkin saat diagnosis ditegakkan, inisiasi dari pengobatan berkorelasi dengan menurunnya mortalitas dan risiko penularan infeksi tuberculosis. Tujuan dari penelitian ini adalah menilai perubahan radiografi toraks pada pasien HIV dengan tuberculosis selama pemberian obat anti tuberkulosis (OAT) di rumah sakit Cipto Mangunkusumo. Semua pasien yang menjalani pemeriksaan radiografi toraks proyeksi AP atau PA sebelum pengobatan, setelah 2 bulan dan 6 bulan setelah pengobatan diberikan dan juga bulan ke 9 dan 12 apabila pengobatan dilanjutkan. Kemudian perubahan scoring lesi radiografi toraks diamati dan dievaluasi. Hasil penelitian adalah statistic deskriptif menggambarkan perubahan scoring lesi radiogafi toraks sebelum dan 2 bulan serta setelah pengobatan 2 bulan dan 6 bulan setelah terapi diberikan. Perubahn yang terlihat pada radiografi toraks membaik 33 pasien (60%), menetap 9 pasien (16.4%) dan memburuk 13 pasien (23.6%). Perubahan lain pada bulan ke-2 dan ke-6 adalah; membaik 43 pasien (78.2%), menetap 6 pasien (10.9%) dan memburuk 6 pasien (10.9%). Kemungkinan kecurigaan kasus imune reconstitution inflammatory syndrome (IRIS) terdapat pada 3 pasien (5.45%). Perubahan skoring lesi pada bulan ke-2 dan ke-6 dianalisa dengan menggunakan Friedman Rank test dengan nilai confidence interval CI 95% ( p = 0.000). Kesimpulan : Perubahan skoring lesi pada radiografi toraks pasien HIV dengan tuberkulosis paru lebih terlihat membaik setelah 6 bulan sejak diberikan obat anti tuberkulosis. Radiografi toraks masih merupakan modalitas bermakna dalam mengevaluasi perubahan lesi pada pasien HIV dan tuberculosis paru. ......HIV and tuberculosis coinfection are major global health threats recently. It was estimated1.4 milionnew tuberculosis cases in patient with HIV- positive were reported in 2007. HIVconfers the greatest risk for tuberculosis, increasing the risk of latentTB reactivation 20-fold.Tuberculosis is a leading cause of death among patients with HIV.The initiation treatment of lung tuberculosis in HIV patients beginsmust be started as early as possible at the time when diagnose is made, the initiation treatment of tuberculosis correlated with decreasing mortality and risk of transmission tuberculosis infection. The aim of this research is to observe changes of chest radiography in HIV patients with tuberculosis during administration of anti tuberculous therapy at CiptoMangunkusumo hospital. All of patients have taken chest radiography with PA or AP projection before the treatment begin and after 2 and 6 months therapy was given and also after 9 and 12 months if therapy continued, than the changes scoring lesion of chest radiography finding is observed and examined. Descriptive statistic is provided as scoring lesion changes of chest radiography devided into changes chest radiography before and 2 month after anti tuberculous therapy was given and changes at 2 months to 6 months therapy was given. In group before and 2 months therapy, the changes was seen in chest radiography; better in 33 patients (60%), stationary condition in 9 patients (16.4%) and worse 13 patients (23.6%). Another changes in 2 and 6 months therapy was seen; better in 43 patients (78.2%), stationary condition in 6 patients (10.9%) and worse 6 patients (10.9%). Imune reconstitution inflammatory syndrome was suspected in 3 patients (5.45%). The changes of scoring lesion in 2 and 6 months therapy was examined used Friedman Rank test with confidence interval CI 95% ( p = 0.000).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natalia Komalasari
Abstrak :
[ABSTRAK
Salah satu bentuk kepatuhan bank umum terhadap regulasi dari Bank Indonesia adalah dengan menyerahkan laporan informasi debiturnya atau laporan SID di setiap bulannya. Laporan ini harus dibuat sesuai dengan pedoman yang ada serta diserahkan tepat waktu atau bank akan mendapat teguran. Berdasarkan data laporan sanksi SID, Bank X diharuskan membayar denda ke Bank Indonesia dikarenakan laporan SID diserahkan tidak tepat waktu dan belum akurat. Untuk mengatasi hal ini maka Bank X hendak memperbaiki sistem pendukung yang menghasilkan laporan tersebut. Berdasarkan alasan tersebut maka pengerjaan karya akhir ini berupaya untuk menggali kebutuhan sistem dengan menggunakan metodologi Rational Unified Process. Adapun hasil dari penelitian ini berupa artefak dari workflow requirement yang bisa digunakan untuk perbaikan sistem guna mengatasi permasalahan di laporan SID.
ABSTRACT
In each month, banks should submit a report of its debtor information to Bank Indonesia (SID Report). This report should be made in accordance with existing guidelines and submitted on time or the bank will be reprimanded. Based on the report data sanctions, Bank X is required to pay fines to Bank Indonesia due SID report is not submitted on time and not accurate. To overcome this, the Bank X was about to fix the support system that produced the report. Based on these reasons, the workmanship of this thesis seeks to explore the needs of the system by using the Rational Unified Process methodology. The results of this study in the form of workflow requirements artifacts that can be used to enhance the system in order to overcome the problems in the SID Report.;In each month, banks should submit a report of its debtor information to Bank Indonesia (SID Report). This report should be made in accordance with existing guidelines and submitted on time or the bank will be reprimanded. Based on the report data sanctions, Bank X is required to pay fines to Bank Indonesia due SID report is not submitted on time and not accurate. To overcome this, the Bank X was about to fix the support system that produced the report. Based on these reasons, the workmanship of this thesis seeks to explore the needs of the system by using the Rational Unified Process methodology. The results of this study in the form of workflow requirements artifacts that can be used to enhance the system in order to overcome the problems in the SID Report., In each month, banks should submit a report of its debtor information to Bank Indonesia (SID Report). This report should be made in accordance with existing guidelines and submitted on time or the bank will be reprimanded. Based on the report data sanctions, Bank X is required to pay fines to Bank Indonesia due SID report is not submitted on time and not accurate. To overcome this, the Bank X was about to fix the support system that produced the report. Based on these reasons, the workmanship of this thesis seeks to explore the needs of the system by using the Rational Unified Process methodology. The results of this study in the form of workflow requirements artifacts that can be used to enhance the system in order to overcome the problems in the SID Report.]
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>