Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 57 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Khairani
"Penelitian ini bertujuan mengetahui variabel yang mempengaruhi pembentukan citra daerah tujuan wisata dengan mengambil studi kasus wisatawan domestik yang berwisata ke Yogyakarta pada periode 2007-2009. Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksploratif dan deskriptif yang dilakukan satu kali dalam satu periode (cross-sectional design). Peneliti menggunakan sampel 105 orang wisatawan domestik yang berwisata ke Yogyakarta pada tahun 2007-2009 dengan metode non probability sampling dan teknik snowball sampling. Metode analisis data yang digunakan adalah uji reliabilitas, validitas (analisis faktor), distribusi frekuensi, dan analisis regresi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa citra keseluruhan daerah tujuan wisata dibentuk atau dipengaruhi secara signifikan oleh evaluasi kognitif dan evaluasi afektif. Evaluasi kognitif daerah tujuan wisata dipengaruhi secara signifikan oleh tipe sumber informasi dari buku dan film, sedangkan jumlah sumber informasi yang digunakan, usia, serta tingkat pendidikan wisatawan tidak terbukti sebagai variabel yang mempengaruhi secara signifikan. Evaluasi afektif daerah tujuan wisata dipengaruhi secara signifikan oleh motivasi sosial-psikologis, sedangkan usia dan tingkat pendidikan wisatawan tidak terbukti sebagai variabel yang mempengaruhi secara signifikan. Penelitian ini juga membuktikan bahwa Yogyakarta telah memenuhi kriteria yang dibutuhkan sebagai daerah tujuan wisata, responden juga memiliki perasaan yang baik terhadap Yogyakarta dan memandang Yogyakarta dengan citra yang positif. Saran dari penelitian ini adalah Dinas Pariwisata Yogyakarta dapat menggunakan buku dan film sebagai alat promosi dan penyebaran informasi tentang Pariwisata Yogyakarta, mempertahankan kriteria daerah tujuan wisata serta citra yang positif.

The purpose of this study is to recognize variables that influence image formation of tourist?s destination taking a case study of domestic tourist visiting Yogyakarta for period of 2007-2009. This study uses exploratory and descriptive research design which done one time in one period. The research uses 105 domestic tourists who have visited Yogyakarta for period of 2007-2009 using non probability sampling method and snowball sampling technique. Data analysis methods are reliability test, validity test (factor analysis), frequency distribution, and regression analysis.
The results show that the image formation of tourist destination is formed or significantly influenced by cognitive evaluation and affective evaluation. Cognitive evaluation of tourist destination is significantly influenced by type of information (books and movies), while amount of information sources used, age, and education level of domestic tourists are not proven as variable with significant influences. Affective evaluation of tourist destination is significantly influenced by socio-psychological motivations, while age and education level of domestic tourists are not proven as variable with significant influences. This research also shows that Yogyakarta has fulfilled the criteria of a tourist?s destination site and our respondents have good feeling about Yogyakarta and sees Yogyakarta with positive image. Recommendation that can be given from the results are Yogyakarta Tourism Board can use books and movies as the most effective promotion and information tools, maintain the positive image and tourist?s destination criteria.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
S6646
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Khairani
"Kesetaraan gender adalah suatu konsep yang masih diupayakan oleh pemerintah Indonesia untuk mencapai kondisi yang ideal. Disparitas gender, dimana pemberdayaan perempuan belum maksimal, secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi hal-hal dimana wanita memegang peranan baik sebagai pengambil keputusan maupun sebagai pelaku di berbagai bidang dalam kehidupan bermasyarakat. Keterlibatan wanita dalam berbagai aspek kehidupan harus diperhitungkan, terlepas apakah kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan sudah mencapai kondisi yang ideal atau tidak. Kondisi pemberdayaan perempuan Indonesia di setiap provinsi berbeda-beda. Pemberdayaan perempuan sendiri diukur melalui sikap menolak 'kumpul' dengan suami pada kondisi tertentu, keterlibatan dalam pengambilan keputusan rumah tangga, dan sikap istri atas pemukulan suami terhadap istri.
Berdasarkan SDKI 2007, kondisi pemberdayaan perempuan di Indonesia, apabila dilihat dari sikap setuju terhadap pemukulan suami terhadap istri, persentase Provinsi NTT masih lebih tinggi bila dibandingkan dengan DI. Yogyakarta. Kemudian untuk sikap setuju dengan semua alasan penolakan 'kumpul' dengan suami untuk kondisi tertentu, persentase yang setuju untuk semua alasan di DI. Yogyakarta sebesar 81,9 %, sedangkan di NTT sebesar 63%. Maka dapat disimpulkan bahwa kondisi pemberdayaan wanita di DI. Yogyakarta lebih baik daripada di NTT. Selain itu, TFR DI. Yogyakarta pada tahun 2007 sebesar 1,8, dan NTT sebesar 4,2.
Desain penelitian ini cross sectional dengan menggunakan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 dengan memilih 1654 responden perempuan yang memiliki anak lahir hidup dan masih terikat dalam ikatan perkawinan. Analisis Structural Equation Modelling (SEM) digunakan untuk melihat hubungan sikap menolak 'kumpul' dengan suami pada kondisi tertentu, keterlibatan dalam pengambilan keputusan rumah tangga, dan sikap istri atas pemukulan suami terhadap istri dengan jumlah anak lahir hidup.
Hasil penelitian menunjukkan semakin tidak setuju dengan sikap menolak 'kumpul' dengan suami pada kondisi tertentu maka semakin tinggi fertilitas, semakin rendah keterlibatan perempuan dalam pengambilan keputusan rumah tangga maka semakin tinggi fertilitas. Dari persamaan yang terbentuk, sikap menolak 'kumpul' dengan suami pada kondisi tertentu, keterlibatan dalam pengambilan keputusan, dan umur kawin memiliki pengaruh paling besar terhadap fertilitas (R2=0,049).

Gender equality is a concept that is still being pursued by the Indonesian government in order to achieve the ideal conditions. Gender disparity, where the empowerment of women is not maximized yet, affects the things in which women play a role both as decision makers and subjects in various fields, either directly or indirectly. The involvement of women in various aspects of life must be taken into account, regardless of whether gender equality and empowerment of women have reached the ideal condition or not. Indonesian women empowerment conditions in each province vary. Empowerment of women is measured by their refusal to have sexual intercourse with their spouses, involvement in household decision-making, and the wives' acceptance of physical abuse committed by their husbands.
According to 2007 IDHS, the condition of women's empowerment in Indonesia; measured by acceptance of husband's physical abuse, shows that NTT province's rate is still higher compared to DI. Yogyakarta's. On the other hand, concerning the agreement to all the reasons for refusing sexual act with the husbands to certain conditions, the percentage of respondents who agreed to all the reasons in DI. Yogyakarta reaches 81.9%, while in NTT province is 63%. It can be concluded that the condition of women empowerment in DI. Yogyakarta is better than in NTT. In addition, the TFR IN. Yogyakarta in 2007 was 1.8 and NTT was 4.2.
This study design is cross-sectional, using data Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) 2007 with 1654 respondents consist of women who have children born alive and are still married. Analysis of Structural Equation Modeling (SEM) is used to analyze the relationship between refusal to have sexual intercourse with their spouses in certain circumstances, involvement in household decision-making, the wives' stand regarding physical abuse committed by their husbands and the number of babies born alive.
The results show that the less of refusal to have sexual act with spouses in certain circumstances, the higher the fertility rate ; the less women's involvement in household decision-making, the higher the fertility rate. Based on the equations formed, the refusal act to have sexual intercourse with husband in certain circumstances, involvement in decision-making, and the marriageable age have the most impact on fertility (R2 = 0.049).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35813
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairani
"ABSTRAK
Latar Belakang: Analisis arah dan unifikasi rugae palatal primer merupakan
salah satu metode identifikasi sekunder yang dapat digunakan untuk menentukan
jenis kelamin. Tujuan: Mengetahui perbedaan arah dan unifikasi rugae palatal
primer untuk menentukan jenis kelamin. Metode: Analisis arah dan unifikasi
rugae palatal primer berdasarkan klasifikasi Lysell dengan metode pencetakan
100 model rahang atas. Hasil: Rugae palatal dengan pola diverging lebih banyak
pada perempuan dibandingkan laki-laki dan tidak terdapat perbedaan signifikan
arah rugae palatal primer pada laki-laki dan perempuan (p>0.05). Kesimpulan:
Arah dan unifikasi rugae palatal primer tidak dapat dijadikan parameter untuk
membedakan jenis kelamin.

ABSTRACT
Background: Analysis of primary palatal rugae direction and unification is one of
the secondary identification methods that can be used for sex determination.
Objective: To determine any sex differences of primary palatal rugae direction
and unification. Methods: Analysis of the primary palatal rugae direction and
unification based on Lysell’s classification with 100 models maxilla. Results:
Diverging pattern is more common in females than males and there are no
significant differences (p>0.05) in the direction of the primary palatal rugae in
males and females. Conclusions: The direction and unification of primary palatal
rugae can not be used for sex determination."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairani
"Laporan magang ini membahas dua hal yaitu evaluasi prosedur audit yang telah dilakukan KAP KHR Indonesia terhadap akun piutang usaha PT Megalitikum untuk tahun buku 2019 dan evaluasi refleksi diri selama kegiatan magang. Fokus pembahasan terletak pada prosedur audit yang dilakukan KAP KHR Indonesia terhadap akun piutang usaha PT Megalitikum beserta perbandingannya dengan teori dan standar audit yang berlaku. Dari hasil analisis yang dilakukan, proses audit yang dilakukan KAP KHR Indonesia terhadap akun piutang usaha PT Megalitikum telah sesuai dengan teori dan standar audit yang berlaku. Selama masa magang, Penulis berkesempatan meningkatkan kemampuan soft-skill dan juga hard-skill. Kemampuan komunikasi, manajemen waktu, disiplin, dan kemampuan bekerja dalam tim merupakan beberapa hal yang Penulis bisa dapatkan selama magang. Setelah melakukan proses evaluasi dan analisis, Penulis memutuskan untuk melanjutkan bekerja di Kantor Akuntan Publik setelah lulus kuliah.

This internship report discusses two subjects i.e., the evaluation of audit procedure on trade receivable of PT Megalitikum for the year 2019, and the evaluation of self-reflection during the internship. The Focus of this report is on the audit procedure of trade receivables performed by KAP KHR Indonesia and the comparison with theory and the existing auditing standards. Based on the analysis, the audit process that was conducted by KAP KHR Indonesia was in conformity with theory and the auditing standards. During the internship, The author had the opportunity to improve her soft-skill and hard-skill. Communication skills, time management, discipline, and the ability to work in teams are some of the things that the author got during the internship. After conducted  evaluation and analysis process, the author decided to continue working in the Public Accounting Firm after college. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ani Khairani
"Sebuah fenomena telah terjadi pada anak-anak di sekolah dan di masyarakat. Fenomena tersebut ditandai dengan perilaku, seperti menyakiti dengan lelucon, ejekan dan perkataan yang kasar. Hal tersebut dapat bertambah parah jika sampai pada panggilan yang buruk, penyerangan secara personal dan mempermalukan orang lain di depan umum (Ross, 1998). Fenomena tersebut dinamakan bullying.
Dalam kosa kata Bahasa Indonesia ada yang mengartikan bullying sebagai perilaku "menggertak' atau `menggencet' namun padanan kata tersebut dirasa belum tepat untuk merepresentasikan kata bullying itu sendiri sehingga untuk pembahasan selanjutnya, kata bullying akan tetap dipakai. Bullying dapat didefinisikan sebagai sebuah pola perilaku agresif yang berulang, dengan intensi yang negatif, diarahkan dari seorang anak kepada anak yang lain, di mana ada kekuatan yang tidak seimbang (alweus, 1993). Agresivitas dapat menjadi bullying jika seorang anak mempunyai target orang tertentu sehingga perilaku tersebut diarahkan kepada orang yang biasanya lemah dan tidak berdaya (Papalia, 2004). Menurut Dlweus, (1993) perilaku agresif ini meliputi perilaku fisik atau verbal yang merupakan perilaku yang terus-menerus dan bertujuan untuk menimbulkan ketidaknyamanan bagi orang lain.
Perubahan iklim pendidikan dewasa ini dalam kaitannya dengan perilaku bullying telah menimbulkan kebutuhan untuk bekerja sama antara guru, manajemen sekolah, siswa, orangtua dan karyawan penunjang sekolah untuk mengembangkan strategi, kebijakan dan program yang efektif untuk merangsang kesuksesan dan rasa aman semua siswa dalam bersekolah, terutama dalam usaha pencegahan perilaku bullying di sekolah.
Hal ini dilakukan dalam kerangka untuk menghindari dampak negatif bullying yang dapat menghambat proses belajar anak di sekolah bahkan akan terus berpengaruh buruk kepada anak setelah beranjak dewasa. Oleh karena itu, perlu adanya suatu cara untuk mencegah maupun mengintervensi perilaku bullying tersebut. Modul Program Pendidikan Pencegahan Perilaku Bullying di Sekolah Dasar merupakan sebuah usaha yang dapat dilakukan untuk melakukan pencegahan dan menciptakan sekolah bebas bullying.
Dari hasil olah data lapangan analisa kebutuhan menunjukkan bahwa sebesar 31.8 % siswa pernah mengalami bullying. Sedangkan, jenis bullying yang paling banyak terjadi adalah bullying non-verbal sebesar 77.3%. Selanjutnya sebesar 40.1% siswa pemah mengalami bullying verbal dan 36.1% siswa pernah mengalami bullying fisik. Hasil perhitungan data lapangan ini menunjukkan bahwa bullying telah terjadi di sekolah dasar. Hal inilah yang kemudian menjadi dasar kebutuhan untuk melakukan penyusunan modul pencegahan perilaku bullying di sekolah dasar.
Bullying yang terjadi di sekolah dasar yang menjadi subyek analisis kebutuhan berkaitan dengan jenis bullying non-fisik atau psikologis. Berdasarkan hal ini maka ditetapkan tujuan dan sasaran program yang relevan dari hasil analisis kebutuhan tersebut. Adapun sasaran yang ingin dicapai meliputi perubahan/perkembangan dalam hal kognitif (pengetahuan), afeksi (sikap/nilai) serta psikomotor (perilaku yang dapat diamati) yang didasarkan pada model Goleman yang meliputi baik itu keterampilan kognitif, keterampilan emosi dan keterampilan perilaku (dalam Munandar 2002).
Tujuan dari modul program ini adalah untuk membantu sekolah mengembangkan dan menerapkan rencana pelaksanaan peningkatan rasa aman, terutama pada aspek sosial dan psikologis di sekolah yang dapat menurunkan dan mencegah fenomena bullying.
Program yang disusun ini merupakan paket program yang dapat dilaksanakan dengan dua altematif cara, yaitu bersamaan dengan sesi pelajaran di sekolah yang merupakan bagian dari pelajaran Bimbingan dan Konseling (BK) ataupun terpisah menjadi program tersendiri di sekolah. Paket program ini dapat dijalankan oleh psikolog sekolah atau guru Bimbingan dan Konseling di sekolah yang bersangkutan.
Modul ini khusus ditujukan untuk semua siswa kelas 4 dan 5, terlepas mereka yang menjadi korban maupun pelaku bullying. Secara khusus dipilih kelas 4 dan 5 didasarkan juga pada karakteristik siswa kelas 4 dan 5 yang sudah mencapai perkembangan dalam kemampuan membaca dan menulis.
Pelaksanaan program ini tidak lebih dari 1 bulan yang terdiri dari 11 sesi pertemuan dengan tiap sesi-nya dapat dilakukan sesuai dengan waktu yang disediakan oleh pihak sekolah dan kesepakatan antara guru. Namun, akan lebih baik jika paket program ini dapat dilaksanakan setiap dua kali dalam sepekan, untuk dapat mempertahankan alur program agar berjalan dengan efektif. Dengan menggunakan berbagai metode, antara lain: tugas individu, diskusi kelompok, diskusi terbuka, ceramah, bermain peran, permainan dan menonton film."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18641
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Khairani
"Penelitian ini merupakan kombinasi dari penelitian-penelitian sebelumnya mengenai pengenalan sudut-pandang dan wajah 3D dengan menggunakan Jaringan Saraf Tiruan (JST) yang sebelumnya menggunakan Self Organizing Map (SOM) dalam representasi ruang eigen dan penerapan algoritma genetika dalam menentukan ruang ciri yang optimal. Pada penelitian kali ini Jaringan Neural Buatan yang digunakan adalah Learning Vektor Quantization (LVQ) dalam ruang eigen dengan mengaplikasikan algoritma genetika untuk mengoptimasi ruang ciri. Untuk menganalisa seberapa baik pengenalan dengan menggunakan algoritma LVQ ini, dilakukan beberapa eksperimen dalam penelitian ini untuk memperbandingkan tingkat pengenalan pada sistem fully-KLT dan Subset II-KLT, dengan menggunakan algoritma genetika dan dengan menggunakan full eigen untuk sistem dengan dan tanpa reduksi awal pada PCA untuk masing-masing dataset yang telah ditentukan. Tingkat pengenalan terbaik untuk pengenalan sudut basis mencapai 96,9 %, pengenalan sudut tengah mencapai 67,7 % pada sistem fully-KLT dan pengenalan sudut tengah pada subset II-KLT mencapai hasil tertinggi sebesar 80,6 %. Sedangkan untuk pengenalan wajah, tingkat pengenalan terbaik mencapai 79,2 %, pada pengenalan wajah peningkatan jumlah citra uji GA ternyata tidak memberikan perbaikan hasil pengenalan. Secara umum pengenalan dengan menggunakan algoritma genetika belum mampu menyaingi tingkat pengenalan dengan menggunakan keseluruhan eigen (full eigen). "
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2004
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lifyanti Kurnia Khairani
"ABSTRACT
Jepang dikenal sebagai salah satu negara maju di dunia. Perkembangan Jepang dalam bidang teknologi sudah tidak diragukan lagi. Kemajuan teknologi Jepang sangat memudahkan masyarakatnya dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, oleh karena itu tidak heran jika masyarakatnya sangat bergantung dengan teknologi. Selain itu, sikap masyarakatnya yang disiplin terhadap berbagai hal pun sudah diakui dunia. Dengan letak geografis yang rawan dengan bencana alam, menjadikan masyarakat Jepang sangat siap dan memiliki sikap yang tenang ketika menghadapi bencana. Bentuk dari kesiapan masyarakat Jepang pun tidak luput dari peran teknologi. Film Survival Family karya Yaguchi Shinobu menceritakan bagaimana masyarakat Jepang dapat bertahan hidup ketika teknologi tidak dapat digunakan. Dengan membedah film ini, penulis melihat representasi masyarakat Jepang dalam menghadapi bencana ketiadaan teknologi. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis dengan menggunakan pendekatan teori modernitas Anthony Giddens dan teori representasi Stuart Hall dan teori mise-en-scene. Hasil dari penelitian ini adalah film Survival Family merepresentasikan bahwa masyarakat Jepang tidak siap menghadapi bencana ketiadaan teknologi.

ABSTRACT
Japan is known as one of the developed countries with technology advancement that is highly undoubted around the world. The advancement of Japanese technologies greatly facilitate their people with their daily live routines which resulted to their dependence on technologies. In addition, Japanese discipline attitude towards various things has also been recognized by the world. With its geographical location being prone to natural disasters, Japanese society is very prepared and possess a calm attitude when facing disasters. These preparedness can not be separated from the role of technology. Survival Family, a movie directed by Yaguchi Shinobu, tells how Japanese people would survive when technology can not be used. The writer attemps to  examining this movie by seeing the representation of Japanese society when dealing with disasters in an environment absent of technology. This research used  descriptive analysis method, accompanied with Anthony Gidden`s modernity theory approach and Stuart Halls representation theory and the theory of mise-en-scene."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
<<   1 2 3 4 5 6   >>