Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Junus Satrio Atmodjo
Abstrak :
Tesis ini secara umum membicarakan tentang pengaruh faktor lingkungan tehadap proses perdagangan yang berlangsung antara kawasan pesisir dengan kawasan pedalaman di Provinsi Jambi abad XII-XIII Masehi, tanpa membahas lebih jauh bagaimana proses berlangsungnya perdagangan itu sendiri. Kawasan pesisir yang umumnya berupa rawa gambut semenjak lama diyakini merupakan daerah kosong yang tidak berpenghuni, minimnya dataran kering yang dapat dijadikan lahan pertanian menjadi alasan atas pendugaan itu, termasuk dugaan-dugaan bahwa kawasan ini pada abad XI-XI I masih berupa laut dangkal berbentuk teluk. Namun penemuan-penemuan arkeologi di akhiur tahun 1980-an memperlihatkan bahwa dugaan tersebut tidak beralasan karena ditemukan cukup banyak situs purbakala di kawasan pesisir yang dapat menunjukkan bukti pemukiman yang permanen. Terdapatnya persamaan benda temuan dengan sejumlah situs di kawasan pedalaman, khususnya keramik-keramik Cina dari abad tersebut, memperlihatkan bahwa kedua kawasan semenjak lama telah melakukan pertukaran barang yang intensif. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa walaupun kawasan pesisir sepanjang tahun tertutup oleh genangan air, namun hal tersebut tampaknya tetap memberi kemungkinan bagi masyarakat Jambi kuno untuk menetap di kawasan ini dan melakukan komunikasi dengan dunia luar dan tetangga-tetangganya di pedalaman. Kapal dan perahu merupakan dua sarana transportasi air yang paling mungkin berkembang di kawasan pedalaman dan pesisir yang banyak memiliki sungai dari berbagai ukuran. Sejumlah reruntuhan perahu yang ditemukan menjadi bukti bahwa 700 tahun yang lalu masyarakat Jambi kuno mampu membuat perahu dan melakukan perjalanan jauh untuk mempertukarkan barang yang dikumpulkan dari kawasan berbeda. Keberadaan sungai dan sumberdaya alam yang berlimpah memungkinkan terjadinya perdagangan itu. Faktor curah hujan yang besar, kelandaian permukaan sungai, percabangan sungai, atau pengaruh siklus pasang-surut air laut yang membentuk genangan besar di wilayah Delta Batanghari adalah faktor-faktor pendukung kemudahan pelayaran. Di lain pihak tersedianya cadangan logam emas, getah damar, getah kemenyan, dan kayu gaharu yang sangat diminati oleh masyarakat Cina, India, dan Timur Tengah membuka kesempalan bagi penduduk pedalaman Jambi untuk berpartisipasi dalam perdagangan internasional abad XI-XIII. Tanpa faktor-faktor alam ini kecil kemungkinan bagi Jambi untuk terlibat di dalam kegiatan perdagangan lintas wilayah hingga keluar dari pulau Sumatera. Secara tidak langsung tesis ini menempatkan Kawasan Timur Jambi yang didominasi rawa dan sungai menjadi pintu masuk komoditas asing ke Jambi, sekaligus pintu keluar bagi komoditas Jambi memasuki pasar internasional. Tingginya curah hujan, luasnya wilayah genangan, dan siklus pasang-surut air bukannya menjadi rintangan bagi kelangsungan proses perdagangan, sebaliknya justru menjadi pendorong yang mempermudah proses tersebut.
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T11675
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Junus Satrio Atmodjo
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini merupakan monografi yang khusus membicarakan bangunan punden berundak di Gunung Penanggungan, suatu jenis bangunan kuna keagamaan Hindu yang bukan termasuk 'candi' dan biasanya hanya didirikan pada daerah sekitar gunung. Keaneka ragaman bentuk arsitektur dan penggarapan punden merupakan perhatian utama dalam skripsi ini, termasuk usaha mencari latar belakang dari alasan pendirian bangunan ini secara keagamaan maupun arsitektur.Metode yang dipakai adalah metode perban_dingan analitis. Melalui metode ini semua bangunan contoh penelitian diperbandingkan satu dan lainnya untuk mendapatkaa ciri umum dasar bentuk arsitektur yang berlaku bagi seluruh punden Situs Penanggungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua punden situs ini dibuat berdasarkan satu pola yang sama; yaitu selalu membagi badan bangunan menjadi tiga bagian terpisah. Yang oleh penulis disebut sebagai tanggul bawah, bangunan induk, dan tiga altar utama. Juga terbukti bahwa tidak ada dua atau lebih punden situs yang bentuknya mirip sama, se_tiap punden memiliki varisi bentuk dan pe_ngerjaan yang berbeda. Selain itu pemilihan arsitektur punden sendiri.yang berteras memperlihatkan adanya hubungan dekat antara praktek-praktek pemujaan arwah nenek moyang sebagai tradisi keagamaan Indonesia asli dengan unsur-unsur agama Hindu dalam-bentuk perpaduan .Secara keseluruhan disimpulkan bahwa ba_ngunan punden berundak Gunung Penanggungan adalah hasil perpaduan antara unsur budaya Indonesia asli dengan agama Hindu dalam u_jud baru yang mewakili keduanya.Yaitu bagunan berteras yang membawa corak Hindu.
1986
S11753
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library