Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 51 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Junaidi
Abstrak :
Anak usia sekolah berada dalam fase persiapan untuk menghadapi pertumbuhan dan perkembangan yang cepat. Pada masa ini anak harus mendapatkan pemenuhan makanan bergizi dalam kualitas dan kuantitas yang cukup. Gizi kurang pada anak usia sekolah akan mengakibatkan anak menjadi lemah, cepat lelah dan mudah terserang penyakit, keadaan ini akan diperparah apabila anak menderita infeksi cacingan. Anak akan mengalami kesulitan untuk mengikuti pelajarannya di sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran prevalensi gizi kurang dan cacingan dan faktor lainya yang berhubungan serta faktor paling dominan yang berhubungan dengan status gizi anak sekolah dasar/ Madrasyah Ibtidaiyah di Kecamatan Langsa Timur Kota Langsa tahun 2003. Desain yang digunakan adalah cross sectional. Pengambilan sampel sekolah dilakukan secara purposive, diambil 4 sekolah dari 18 sekolah yang ada yaitu : SDN Sukarejo, SDN Matang Setui, SDN Alur Merbau, MIN Sungai Lung. Sampel murid adalah murid kelas I sampai dengan kelas V dari 4 sekolah, yang dipilih secara sistematic random sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner, observasi keadaan kuku, pengukuran berat badan, perhitungan umur (bulan) dan pengambilan, pemeriksaan feces anak dengan metode Kato di laboratorium, serta berdasarkan catatan tentang anak di sekolah. Hasil penelitian ini ditemukan prevalensi gizi kurang sebesar 37.5 % berdasarkan indikator berat badan perumur dan prevalensi cacingan sebesar 73.9 %. Hasil analisis bivariat menunjukan hubungan bermakna antara status gizi anak sekolah dengan status cacingan (intensitas cacing gelang) nilai p= 4.001, dan perilaku hidup sehat anak nilai p= 0.006. Dari hasil analisis multivariat ada dua variabel yang masuk dalam model yaitu intensitas cacing gelang dan perilaku hidup sehat anak. Dengan menggunakan persamaan regresi logistik dan nilai eksponensial (B) atau Odds Ratio dapat dibuat model akhir persamaan logistik : logit (status gizi) = -3.470 + 0.946 (perilaku hidup sehat) + 1.643 (intensitas caring gelang). Oleh karena itu, variabel yang paling dominan adalah variabel intensitas casing gelang sebesar 5.170 (95% Cl: 2.006-13.318), artinya bahwa intensitas cacing gelang yang berat berpeluang mendapatkan gizi kurang 5.2 kali dibandingkan dengan intensitas cacing gelang yang ringan setelah dikontrol variabel perilaku hidup sehat anak. Untuk menurunkan prevalensi gizi kurang pada anak Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidayah di Kecamatan Langsa Timur, pada institusi pendidikan perlu dilakukan pembinaan yang rutin dan kontinu tentang perilaku hidup sehat anak dan perbaikan lingkungan sekolah yang bersih dan aman dari penularan cacingan. Dinas Kesehatan perlu memikirkan pendekatan bersifat preventif edukatif yang lebih baik dan menjadikan cacingan merupakan salah satu kegiatan usaha kesehatan sekolah. Peneliti lain perlu melakukan penelitian lanjutan dengan melihat aspek-aspek yang lebih luas dan berpengaruh terhadap status gizi kurang anak usia sekolah.
The children of school age are being in preparatory stage of growth and fast development In this age, children should get enough nutrition either in quantity or quality. Lack of nutrition may cause them of being fatigued, and easy to be infected by disease. This condition will be worse if they suffer worm disease. They will be difficult to follow and understand their school subjects. This research aimed to know the prevalence of nutrition lack and worm disease among Elementary Students, other related factors, and the most significant factors to Nutritional Status in East Langsa Sub District of Kota Langsa in 2003. Design of the study was cross sectional. The samples were taken in purposive manner, where four schools were taken from the eighteen schools. They were: SDN Sukarejo, SDN Matang Setui, SDN Alur Merbau, MIN Sungai Lung. The samples were students of the first to fifth year of the four schools, who were selected by using sistematic random sampling. Data were collected by using questionaire, students' nails observation, body mass weighing, age (months) counting, students' feces check by using Kato method in the laboratory, and other general records from school. The result of the study showed the prevalence of nation lack, where indicator of body mass per age was 37.5 %, while worm disease prevalence was 73.9 %. The result of bivariat analysis that showed significant relationship of the students nutritional status was worm disease (intensity of roundworms), where the p-value = 0.001 and students' healthy behavior, p = 0.006. The result of multivariate showed two variables that was included in the model, intensity of roundworms and students' healthy behavior. By using logistic regression equation and exponential value (B) or Odds Ratio, final logistic equation that could be made was: logit (nutritional status) = -3.470 + 0.946 (students' healthy behavior) + 1.643 (intensity of roundworms). The most dominant variable was intensity of roundworms, as much 5.170 (95% CI:2.006-13.318). This meant that the high intensity of roundworms had probability to the nutrition lack 5.2 times compared with the low intensity of roundworms after being controlled by the variable of students' healthy behavior. To decrease the lack of nutrition prevalence among elementary students in East Langsa Sub District, it is necessary to conduct a regular illumination on children healthy behavior in educational institutions. Health Office is necessary to concern the better approach that is more preventively educative, and to make worm disease is one of health school zeals. To other researchers, they need to carry out further studies that focus to wider aspects influence children of school age nutritional status.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12649
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Junaidi
Abstrak :
Setiap pemodal yang melakukan investasi di pasar modal tidak dapat mengabaikan keberadaan pentingnya suatu informasi terutama yang menyangkut informasi fundamental dalam kaitan ini adalah ROI dan laba bersih per saham (EPS) perusahaan. ROI sebagai gambaran suatu kinerja perusahaan dalam mengefektifkan sumber daya keuangan, dan laba bersih per saham sebagai gambaran hasil akhir dari seluruh upaya perusahaan menciptakan keuntungan menjadi sangat penting bagi pemodal untuk mengukur besarnya keuntungan yang mesti diperoleh dari investasinya di perusahaan yang bersangkutan baik keuntungan berupa deviden maupun capital gain. Pemanfaatan informasi ROI dan laba bersih per saham perusahaan dalam mengambil keputusan investasi di pasar modal diduga akan berakibat kepada naik-turunnya volume perdagangan saham di pasar modal Indonesia (Bursa Efek Jakarta). Beaver (1968), Kiger (1972); dan Dale Morse (1981) dalam penelitian mereka di NYSE membuktikan bahwa secara signifikan informasi laba bersih (earning) mempengaruhi volume perdagangan saham yang ditunjukkan dengan terjadinya perubahan volume perdagangan saham di sekitar pengumuman laba (earning). Oleh, karena itu, penulis memandang perlu untuk melakukan penelitian di Bursa Efek Jakarta, apakah informasi ROI dan laba bersih per saham yang diumumkan dalam laporan keuangan per semester juga dapat mempengaruhi naik-turunnya volume perdagangan saham di sekitar pengumumam laporan keuangan tersebut ? Dengan menggunakan pendekatan analisis regresi dan event studi 5 (lima) hari disekitar pengumuman ROI dan laba bersih per saham terhadap 377 sampel perusahaan dalam periode 1994 sampai dengan 1996, penelitian ini telah membuktikan bahwa adanya informasi R.OI dan laba bersih per saham perusahaan tidak selalu mempengaruhi naik-turunnya volume perdagangan saham di Bursa Efek Jakarta. Artinya informasi tersebut belum sepenuhnya menjadi perhatian pemodal sebagai pertim bangan dalam mengambil keputusan investasi di pasar modal, BEJ, selama periode penelitian ini. Adanya pengaruh informasi perubahan ROI dan laba bersih per saham secara signifikan menyebabkan kenaikan volume perdagangan saham di BEJ. Dalam penelitian ini tidak menutup kemungkinan adanya kelemahan-kelemahan. untuk itu penelitian lebih dalam dengan menggunakan pendekatan-pendekatan yang lebih spesifik dan penggunaan varibel-variabel fundamental lainnya tentu akan menghasilkan kesimpulan yang lebih meyakinkan untuk masa yang akan datang, dalam arti akan menggambarkan kinerja saham di Bursa Efek Jakarta secara luas.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1998
T3320
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Junaidi
Abstrak :
Tesis ini merupakan hasil penelitian tentang pemberdayaan masyarakat melalui Program Pengembangan Kecamatan (PPK) Fase II termasuk hambatan-hambatan dan upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasinya. Program Pengembangan Kecamatan Fase II merupakan kelanjutan dari Program Pengembangan Kecamatan sebelumnya. Program Pengembangan Kecamatan Fase II bertujuan untuk menanggulangi kemiskinan dengan memberdayakan masyarakat miskin dan perempuan sebagai pendekatan operasionalnya. Dilanjutkannya Program Pengembangan Kecamatan Fase II merupakan tanggung jawab antara Pemerintah Pusat dan daerah melalui mekanisme pembiayaan bersama yang di landasi dengan semangat Otonomi Daerah yaitu Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, tentang pemerintahan di daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999, tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daerah. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode kualitatif yang menghasilkan data deskriptif melalui studi kepustakaan, wawancara dengan informan, dan pengamatan di lapangan. Pemilihan informan dilakukan secara purposive sampling dan snowball sampling terhadap aparat pemerintah, fasilitator kecamatan dan desa, tokoh masyarakat dan warga masyarakat desa Gosong Telaga Selatan sebagai kelompok sasaran, dengan jumlah responden 12 orang. Hasil penelitian dianalisis dengan mengaitkan kebijakan sosial dan kerangka pemikiran tentang kemiskinan, pengembangan masyarakat, dan pemberdayaan masyarakat. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa pelaksanaan Program Pengembangan Kecamatan Fase II telah berjalan dari tahap sosialisasi sampai pelaksanaan kegiatan, belum mencakup tahap pengendalian dan pelestarian kegiatan. Pelaksanaan program dari tahap sosialisasi hingga ke tahap pelaksanaan kegiatan partisipasi masyarakat terutama masyarakat miskin dan perempuan terlihat dalam tahapan-tahapan kegiatan program pengembangan kecamatan. Peran petugas aparat pemerintah kecamatan yang terlibat langsung dilapangan yaitu PJOK dan pendamping yaitu Fasilitator Kecamatan (FK) bertugas memfasilitasi setiap kegiatan yang dilakukan masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan, memberi kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk merencanakan dan menentukan kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang dimiliki desa. Pelaksanaan program PPK Fase II mencakup kegiatan pembangunan sarana dan prasarana pendukung yaitu pembuatan Sumur Bor Dua Unit, pembangunan Polindes dan posyandu, Usaha Ekonomi Produktif (UEP) peningkatan usaha pembuatan Ikan Asin, dan Simpan Pinjam Perempuan (SPP) untuk penambahan modal usaha bagi perempuan. Pelaksanaan proses pemberdayaan masyarakat terlihat sejak dilakukannya sosialisasi program yang melibatkan masyarakat sebagai kelompok sasaran dengan melakukan pembentukan kelompok campuran berdasarkan kelompok dusun dan kelompok perempuan. Pembentukan kelompok dilakukan untuk mempermudah proses penggalian gagasan agar gagasan atau ide yang muncui betul-betul kebutuhan yang mereka inginkan. Begitu pula pada tahap pelaksanaan kegiatan, partisipasi dan peran aktif masyarakat sebagai penentu kegiatan terlibat langsung mensukseskan program. Pelaksanaan program yang diawali dengan tahap persiapan hingga ke tahap pelaksanaan program sudah terlihat, terjadinya perencanaan dan pelaksanaan keempat kegiatan oleh warga masyarakat menggambarkan telah berhasilnya pemberdayaan kelompok sasaran akan pengetahuan, keterampilan dan modal. Dalam pelaksanaan Program Pengembangan Kecamatan masih terdapat kendala-kedala, baik dan masyarakat, pelaku PPK di desa maupun dan pelaku PPK di kecamatan. Kendala dari masyarakat yaitu: Pertama, sumber daya manusia yang masih rendah yang di dominasi tamatan SD dan SLIP. Kedua, pelaku PPK di desa yaitu terjadinya penyimpangan pada saat pembentukan kelompok sasaran yang dilakukan Kepala Dusun selaku ketua Kelompok dengan merekrut anggota berdasarkan hubungan kekeluargaan dan kekerabatan. Ketiga, kurangnya koordinasi pelaku PPK di Kecamatan dengan ketua Tim Koordinasi di Kabupaten yang mengakibatkan kendala proses administrasi. Keempat, lambatnya proses administrasi di bendahara proyek, mengakibatkan tertambatnya proses pencairan dana. Merujuk pada kendala-kendala tersebut, dikemukakan rekomendasi untuk penerapan program setanjutnya.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13358
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Junaidi
Abstrak :
Apabila dicermati, eskalasi gerakan buruh di era reformasi ini, tidak hanya melulu masalah tuntutan buruh yang bersifat normatif. Bahkan kesadaran politik yang ada pada buruh acap kali bersinggungan dan mengusung isu dan hal-hal yang berbau politik yang cenderung menggugat kebijakan pemerintahan. Organisasi buruh yang berkembang pesat, yang ditandai dengan berdirinya Serikat Pekerja (SP) di dalam setiap perusahaan, dapat dipastikan adalah faktor yang mendukung bahkan menjadi penyebab tingginya kesadaran itu. Kesadaran buruh itu telah tumbuh sejak lama dan akan terus tumbuh di masa depan, seiring dengan semakin menumpuknya persoalan, yang disebabkan karena pola penyelesaian yang tidak terselenggara secara memadai. Oleh karena itu pada gilirannya buruh akan menjadi kekuatan politik yang sangat dahsyat. Karena bersamaan dengan itu pendidikan dan kesadaran politik dan skema perjuangan semakin canggih dan berkekuatan besar. Dinamika buruh internasional juga akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap dinamika perburuhan di Indonesia. Sudah tidak asing bahwa berbagai gerakan buruh di berbagai negara seringkali menyokong gerakan buruh di nusantara atau juga sebaliknya. Gerakan buruh di berbagai negara akan memberikan pengaruh atau paling tidak inspirasi bagi gerakan buruh di Republik ini. Seiring dengan itu meningkat pula kesadaran hukum buruh Indonesia untuk memperjuangkan hak-haknya melalui pengadilan, semboyan yang menyatakan "meski langit hendak runtuh, hukum harus ditegakkan" menghinggapi buruh Indonesia, yang meng-aplikasi dalam wujud melakukan gugatan legal action melalui lembaga pengadilan. Melek-nya kesadaran hukum buruh ini untuk memperjuangkan hak-haknya melalui pengadilan, yang diyakini sebagai benteng terakhir keadilan ini ditandai dengan dimajukannya gugatan legal action karyawan PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) melalui Serikat Pekerja PLN terhadap PT. PLN yang diduga kuat telah berkong-kalikong dengan Paiton Energy dengan cara membeli satuan energi listrik menjadi begitu mahal, sehingga berpotensi merugikan keuangan Negara. Motif yang hampir sama dilakukan juga oleh karyawan PT. Indosat yang tergabung dalam Serikat Pekerja PT. Indosat dengan mengajukan gugatan actio popularis sehubungan penjualan saham PT. Indosat.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005
T16290
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Junaidi
Abstrak :
Studi ini bertujuan untuk menghitung potensi pajak hotel dan pajak restoran di Kabupaten Pesisir Selatan serta untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dan mencari alternatif solusi kebijakan untuk meningkatkan penerimaan pajak melalui survei lapangan. Hasil potensi menunjukkan bahwa potensi pajak restoran pada tahun 2007 cukup besar, dengan estimasi mencapai 2,8 kali lipat dari realisasi tahun 2006 yaitu Rp1.000.549.824, atau efektivitas pajak 2006 sebesar 35,57%. Sedangkan potensi pajak hotel lebih tinggi lagi, yaitu 5,3 kali lipat dari realisasi tahun 2006, yaitu Rp97.801.873, dengan efektivitas pajak 2006 hanya 18,80% jika diukur berdasarkan potensi pajak hotel 2007. Jauh rendahnya realisasi dibandingkan potensi yang ada disebabkan oleh rendahnya kesadaran masyarakat atau pengelola/pemilik dalam membayar pajak. Hasil analisis penilaian ahli untuk meningkatkan penerimaan pajak hotel dan restoran menyarankan strategi utama adalah peningkatan kelembagaan. Ini meliputi:
- Meningkatkan koordinasi, komunikasi, pembinaan, dan sosialisasi
- Membuat petunjuk pelaksanaan/teknis dan alokasi anggaran pemungutan pajak
- Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak hotel dan restoran Kedepannya, Pemerintah Daerah Pesisir Selatan disarankan untuk menerapkan strategi sesuai hasil analisis ini, yaitu:
- Melakukan kajian ulang sistem SKP (Sistem Kewajiban Pajak) yang ada sekarang
- Memberlakukan sistem billing bagi wajib pajak yang cukup besar/sedang
- Menegakkan sanksi hukum yang jelas dan tegas terhadap wajib pajak yang melanggar Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan penerimaan pajak hotel dan restoran di Kabupaten Pesisir Selatan dapat meningkat secara signifikan.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T29196
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Junaidi
Abstrak :
Profesionalisme guru memberikan dampak terhadap tingkat ketercapaian siswa. Peningkatan profesionalisme guru membutuhkan peran pengawas. Kepengawasan tidak dilaksanakan secara optimal karena rendahnya intensitas kunjungan pengawas ke sekolah. Penelitian ini adalah sebuah penelitian kualitatif yang bertujuan untuk: (1) mengetahui apa saja peran yang dijalankan oleh pengawas dalam peningkatkan profesionalisme guru di SMP Negeri 1 Taba Penanjung kabupaten Bengkulu Tengah; dan (2) untuk menganalisis keterkaitan peran pengawas dalam peningkatan profesionalisme guru di SMP Negeri 1 Taba Penanjung. Pengumpulan data untuk mengetahui apa saja peran yang dijalankan oleh pengawas dilakukan melalui wawancara mendalam terhadap lima orang pengawas yang bertugas mengawas guru di SMP Negeri 1 Taba Penanjung dan lima orang guru mata pelajaran di SMP Negeri 1 Taba Penanjung sebagai triangulasi data. Untuk mengetahui bagaimana kaitan peran pengawas dalam peningkatan profesionalisme guru, pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam terthadap lima orang guru mata pelajaran di SMP Negeri 1 Taba Penanjung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) pengawas hanya menjalankan peran sebagai konsultan dan semua pengawas tidak menjalankan peran sebagai koordinator, group-leader, dan evaluator; dan (2) peran pengawas sebagai konsultan dalam memberikan bimbingan terhadap guru dalam merancang perencanaan pengajaran memiliki keterkaitan dalam peningkatan profesionalisme guru dalam aspek teknik pengajaran. ...... Teacher professionalism gives impact towards students? achievement level. The enhancement of teacher professionalism needs the role of supervisor. Supervision is not conducted optimally because of the low of supervisors? visitation intensity to school. This research is a qualitative study which purposes: (1) to find out which roles played by school supervisor in enhancing teacher professionalism at SMP Negeri 1 Taba Penanjung of Bengkulu Tengah regency; and (2) to analyze the relevance of supervisor roles in enhancing teacher professionalism of SMP Negeri 1 Taba Penanjung. In order to find out which roles played by the supervisors, the data collection were conducted through in-depth interview with five supervisors who are in charge of teachers at SMP Negeri 1 Taba Penanjung and with five teachers in the purpose of data triangulation. In order to analyze the relevance of supervisor roles in enhancing teacher professionalism, the data collection were also conducted through in-depth interview with five teachers at SMP Negeri 1 Taba Penanjung. The result of this study indicates that: (1) the supervisors play only the role of consultant. All of the supervisors do not play the role as coordinator, groupleader and evaluator; and (2) supervisor role as the consultant in which the supervisor helps teacher in designing the plan of teaching process has relevance in enhancing teacher professionalism in the aspect of teaching technique.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
T35209
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Junaidi
Abstrak :
Keluarnya Inggris dari Uni Eropa yang dikenal sebagai Brexit (British Exit) melalui Referendum Brexit pada tanggal 23 Juni 2016 merupakan topik paling penting, kontroversial, dan sulit untuk dipahami dalam sejarah kontemporer Inggris karena banyaknya wacana dengan kompleksitas yang ada serta belum selesainya proses ini hingga saat ini. Pilihan untuk keluar dari Uni Eropa membawa dampak tidak hanya bagi Inggris tetapi juga bagi Uni Eropa dalam hal identitas nasional, masyarakat, ekonomi politik, perdagangan, posisi internasional, konstitusi, kedaulatan bangsa, sistem hukum, partai politik, serta nilai dan sikap terhadap hal-hal di atas. Brexit merupakan serangkaian proses yang saling terkait dan melibatkan banyak pihak di Inggris, Uni Eropa, dan dunia. Memahami Brexit berarti memahami sebuah negara yang sedang berada di persimpangan dan berada dalam ketidakpastian dan ketidakamanan. Disertasi ini meneliti bagaimana identitas nasional nasional Inggris dikonstruksi secara diskursif dalam pidato kampanye Brexit oleh empat politisi Inggris menjelang Referendum pada tahun 2016. Untuk menjawab masalah penelitian penulis menggunakan ancangan penelitian kualitatif dengan menerapkan analisis wacana kritis ancangan sejarah, konsep identitas, nasionalisme, komunitas imajiner dan artikulasi untuk menginterpretasi hasil analisis data dan memahami konstruksi diskursif identitas nasional Inggris pada bulan Januari–Juni 2016. Prosedur analisis wacana kritis ancangan sejarah Wodak yang menganalisis isi, strategi, dan realisasi linguistik pada korpus empat pidato politisi berpengaruh pada periode tersebut digunakan. Teks pidato yang dijadikan data adalah pidato yang disampaikan dalam periode Januari-Juni 2016. Periode ini dipilih karena pada masa itulah konstruksi identitas nasional secara intens terjadi dan diperdebatkan sehingga menghasilkan keputusan politik Brexit. Keempat politisi yang dipilih adalah tokoh-tokoh utama dalam kampanye Brexit dan mewakili dua kubu yang bertarung untuk memenangkan referendum. Mereka adalah PM Boris Johnson, Nigel Farage, PM David Cameron dan PM Theresa May.Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa Brexit bukanlah sekadar tindakan politik semata, namun juga merupakan artikulasi ketakutan, harapan, identitas nasional, dan respons terhadap globalisasi di tingkat nasional dan personal. Dalam pidato mereka keempat politisi dari kubu The Leavers dan The Remainers menggunakan topik-topik tentang peran Inggris, latar belakang sejarah Inggris di Eropa dan sikap terhadap Uni Eropa. Mereka juga menggunakan strategi argumentasi dan diskursif. Dua politisi dari kubu The Leavers mengonstruksi Inggris sebagai bangsa yang sedang dikuasai Uni Eropa sedangkan dua politisi lainnya menganggap Inggris harus memainkan peran yang lebih luas di Uni Eropa agar organisasi supranasional ini berjalan sesuai dengan keinginan bangsa Inggris. Dalam menyampaikan argumen keempat politisi dalam pidato mereka menggunakan fitur-fitur linguistis tertentu seperti pronomina I, you, we, they untuk mengidentifikasi mereka baik sebagai pribadi maupun bagian dari pendengar pidato mereka. Dua politisi dari kubu The Leavers menggunakan nomina nama kota tempat lembaga-lembaga Uni Eropa berada untuk menunjukkan Eropa sebagai yang liyan. Penggunaan kata-kata seperti ini menunjukkan konstruksi identitas nasional keempat politisi dalam pidato-pidato yang diteliti. Secara gramatikal penggunaan tenses, majas, struktur kalimat, repetisi kalimat dan digunakan untuk menekankan pentingnya argumen mereka dan perbedaan mereka dalam menyampaikan argumen. Pidato-pidato juga menunjukkan adanya interdiskursivitas dengan wacana-wacana lain sesuai konteks pada bulan Januari-Juni 2016. Hal lain yang ditemukan dalam analisis adalah adanya pengaruh ideologi euroskeptisme dan nasionalisme pada keempat politisi seperti yang disampaikan dalam pidato-pidato mereka. Disertasi ini menyimpulkan bahwa identitas nasional Inggris dikonstruksi secara diskursif dalam keempat pidato menjelang Referendum 2016. ...... The leaving of the United Kingdom from the European Union on 23 June 2016 known as Brexit (British Exit) is the most important, controversial and complex topic in contemporary British history. This is due to the complexity and the unfinished process until now. The referendum to leave European Union affects not only the United Kingdom, but also European Union in terms of national identity, society, political economy, commerce, international affairs, constitution, souvreignity, legal system, political parties, values and attitudes towards those matters. Brexit is not a single process, rather it is a series of interconnected processes which involve many stakeholders in the UK, European Union and the world. Understanding Brexit means understanding a nation in transition and uncertainties as well as insecurities. This dissertation aims to examine how British national identity was constructed discursively in Brexit campaign speeches by four influential politicians prior to the Referendum in 2016. To answer the research problem the writer uses qualitative approach by employing discourse historical approach, identity, nationalism, imagined community, and articulation concepts to interpret data analysis and understand the discursive construction of British national identity between January to June 2016. Wodak’s discourse historical approach procedure by analysing the topics, strategies and linguistic realization in the corpus of four influential politician speeches at that period of time are employed. The data are speeches delivered in the period of January to June 2016. This period is chosen because in this period national identity construction is intensively constructed and debated to produce a political decision on Brexit.The four politicians represent two sides competing to win the referendum. They are PM Boris Johnson,Nigel Farage, PM David Cameron, and PM Theresa May.The research findings show that Brexit is far from just a political act, it is an articulation of fear, hope, national identity, and response to globalization at the national and personal level. In their speeches the four politicians from both sides use topics about the roles of the UK, historical background of the UK in Europe and its attitude towards European Union. They also use argumentation and discursive strategies. Two politicians from The Leavers construct British as a nation invaded by the European Union, while the other two politicians encourage British to take more active roles in the EU to ensure that this supranational organization functions as they should. In presenting their arguments the four politicians use certain pronouns like I, you, we, they to identify themselves either as themselves or as part of their audience. Two politicians from The Leavers use proper nouns for cities in which major EU organizations are located. The purpose of which is to represent the EU as the other. The use of words like those shows the construction of national identities of the four politicians in their speeches. Grammatically speaking, the use of tenses, figures of speeches, sentence structure, sentence repetition are employed to emphasize the importance of their arguments and their differences. The speeches also depict interdiscursivities with other discourses in line with the contexts in January-June 2016. The other finding shows that Euroscepticism and nationalism as ideologies can be found in the data. This dissertation concludes that British national identity is constructed discursively in the four speeches prior to Referendum 2016.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Junaidi
Abstrak :
Partikel pragmatik bahasa Inggris 'well' menjadi menarik untuk diteliti karena beberapa hal. Pertama, dari sudut pandang struktur gramatikal kata ini tidak berperan dalam pengalihan informasi. Namun demikian, bentuk yang tampaknya tidak berguna dan tidak berrnakna ini ternyata mewarnai bahasa sehari-hari penutur bahasa Inggris. Kedua, fenomena ini sulit dijelaskan baik oleh sintaksis maupun semantik. Pemunculannya dalam struktur sintaksis tidak dapat diduga. Semantik sulit menjelaskan makna 'well' apabila kata ini digunakan di awal ujaran. Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memerikan penggunaan 'well' dalam beberapa konteks yang berbeda. Serara khusus skripsi ini bertujuan untuk membahas 'well' sebagai salah satu fenomena bahasa untuk menjaga hubungan sosial di antara peserta komunikasi. Dengan melengkapi pendekatan fungsi wacana seperti yang diutarakan Ostman (1981) dengan teori tindak ujar (Austin dan Searle), teori implikatur percakapan (trice), prinsip kesopanan (Lakoff), dan beberapa model penelitian 'well' terdahulu saya berusaha untuk memperlihatkan bahwa dengan menggabungkan teori-teori di atas kita dapat menjelaskan fenomena 'well' dengan lebih komprehensif. Data yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini berjumlah 91, buah, dan yang selanjutnya dikelompokkan menjadi 4 kelompok berdasarkan pemunculan _well' dalam sebuah ujaran. Dari hasil analisis saya sampai pada kesimpulan bahwa 'well' mempunyai sejumlah fungsi percakapan yang hanya dapat dipahami dengan mengaitkannya kepada konteks, faktor kesopanan dan pelindung muka, dan perannya dalam membentuk koherensi wacana. Meskipun ada kecenderungan di antara beberapa linguis untuk meragukan peran prosodi dalam menentukan fungsi 'well', saya melihat bahwa prosodi turut melengkapi pemahaman kita terhadap fenomena 'well'.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S14125
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Junaidi
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1992
S23087
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Junaidi
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
S37992
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>