Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Iting Shofwati
Abstrak :
Latar belakang dari penelitian ini adalah bahwa peristiwa kebakaran dapat terjadi kapan saja dan dimana saja serta menimbulkan kerugian ekonomi maupun non ekonomi. Alasan pemilihan lokasi penelitian, yaitu karena rumah sakit merupakan bangunan umum yang rawan terhadap kebakaran dan penghuninya bervariasi dalam hal kondisi fisik, sehingga pada keadaan darurat diperlukan suatu penanganan khusus. Mengingat kondisi tersebut d iatas, maka perlu dilakukan suatu upaya pencegahan kebakaran dengan pemasangan perangkat proteksi kebakaran untuk menanggulangi secara dini suatu kejadian yang tidak diinginkan dan menghindari suatu keadaan "catasthropic". Pada penelitian ini akan dilakukan studi evaluasi terhadap kebutuhan dan tata letak daripada sistem proteksi kebakaran yang ada khususnya fire detector. Karena sistem peringatan awal kebakaran yang cukup dan sesuai merupakan cara yang efektif untuk menghindari kebakaran yang lebih besar. Penelitian ini dimulai dengan identifikasi elemen-elemen penyalaan api yang terdiri dari bahan bakar (material pembentuk fasilitas yang ada di ruang rawat inap) , sumber panas (energi listrik) dan oksigen dari udara bebas. Tahap selanjutnya yaitu analisa untuk menentukan jenis detektor kebakaran yang dibutuhkan berdasarkan tipe hasil pembakaran material pembentuk fasilitas yang terdapat pada masing-masing ruangan dan peraturan yang berlaku. Kemudian dilanjutkan dengan tahap evaluasi terhadap kebutuhan dan tata letak deteksi kebakaran, berdasarkan data-data pendukung diantaranya adalah luas ruangan, tinggi langit-langit, suhu ruangan dan spesifikasi teknis dari detektor yang akan dipasang. Pengkajian teknis dilakukan berdasarkan standar NFPA 72. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kegiatan perumahsakitan yang berlangsung khususnya di ruang rawat inap dan koridor berpotensi terjadinya bahaya kebakaran. Hal ini dikarenakan terpenuhinya ketiga elemen dari teori segitiga api dalam suatu tempat dan saat yang bersamaan. Sedangkan jenis detektor yang terpasang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku, hal ini dikarenakan pada ruang rawat inap tersebut menggunakan sistem springkler dan sebagian besar material pembentuk peralatan yang ada terbuat dari kayu dan busa, dimana apabila terjadi proses pembakaran akan menghasilkan asap. Sehingga detektor kebakaran yang sesuai untuk ruang rawat inap dan koridor tersebut adalah detektor asap. Jumlah dan tata letak dari detektor yang akan dipasang diperoleh berdasarkan hasil perhitungan yang berdasarkan standar NFPA yang disesuaikan dengan kemampuan untuk melindungi suatu area tertentu dari detektor yang dipilih.
The background of this research is that the fire can occur anytime, anywhere and can cause economic and non-economic effect. Beside that, the reason choice the hospital became the location of the research, because the hospital is the public building that very potential for occurrence of fire and the physical condition of the patient is very various, so in an emergency condition need special handling. According to that condition, so need the effort of fire protection to prevent the unexpected event and prevent "catastrophic" condition. This research will evaluate the need and the location of fire protection system specially fire detector. Because a fire detection system detects the beginning of the fire and alerts personal so they can evacuate the area immediately or attempt to extinguish the fire. The first step of this research is to identify the elements of fire ignition that consist of fuel, heat and oxygen. The second step is to analyze a kind of fire detector that suitable according to the inpatient room's facilities and its standard regulation. The last step is to evaluate the need and the location of fire detector according to supporting data such as coverage area, height of ceiling, ambient temperature and technical specification of detector that will be set. Engineering estimation is refer to NFPA 72 standard The conclusion of this research that the hospital's activities especially in area study (inpatient room and corridor) is very potential for fire hazard. It cause of the valuable of the three elements of fire triangle in one place and at the same time. About the hospital's fire detector, it is not suitable with the standard regulation. Because in that area study use the sprinkler system and a lot of equipment are made from wood and foam rubber that if fire happen that material can produce smoke. So the suitable detector for corridor and the room for hospitalize is smoke detector. The amount and the location of the detector that will be set is the result from engineering calculation according to NFPA standard that suited with detector's capability to coverage area.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T 8573
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iting Shofwati
Abstrak :
Kebisingan yang dihasilkan dari proses industri dan jalan perkotaan mungkin mencapai tingkat yang berlebihan dan menyebabkan dampak negatif pada kesehatan manusia. Pada situasi ini, barrier biasa digunakan untuk mengurangi dampak kebisingan. Penelitian ini bertujuan untuk pengembangan barrier ramah lingkungan untuk mengendalikan kebisingan industri dan jalan raya perkotaan. Penggunaan daur ulang styrofoam sebagai bahan baku batafoam diharapkan dapat menyelesaikan 2 masalah yaitu polusi suara dan limbah. Batafoam yang terbuat dari daur ulang styrofoam, agregat halus, semen, dan air memiliki beberapa kemampuan yang unik untuk mengurangi kebisingan. Berbagai campuran semen dan agregat halus (1:4, 1:6, 1:8) yang diproduksi dengan mengganti agregat halus dengan styrofoam sebanyak 0%, 20%, 40%, 60%, dan 80% dari volume. Lima belas prototipe batafoam diproduksi rangkap tiga. Densitas, porositas, kuat tekan, koefisien penyerapan suara (?), Noise Reduction Coefficient (NRC), Transmission Loss (TL), dan Sound Transmission Class (STC) diteliti. Pengujian akustik baik absorpsi maupun TL menggunakan Dua Mikrofon dan Empat Mikrofon Impedance Tubes (tipe 2406) dari Bruel dan Kjael sesuai dengan prosedur standar ISO 10534-2. Rentang frekuensi maksimum adalah 6400 Hz. Studi ini jelas menunjukkan bahwa densitas dan kekuatan tekan batafoam cenderung menurun sejalan dengan peningkatan persentase styrofoam. Komposisi 1: 6 dengan 60-80% styrofoam dan 1: 8 dengan 40-80% styrofoam tidak memenuhi persyaratan aplikasi struktural, tetapi tetap memiliki kemampuan TL yang baik. Karakteristik akustik batafoam menunjukkan bahwa ? berada di kisaran 0,15-0,29, masuk material peredam kelas E. NRC berada di kisaran 0,18-0,33, masuk bahan nonreflektif. Kemampuan absorpsi batafoam lebih baik dari beton dan dinding bata. Nilainilai STC berada di kisaran 37-40 dB, memenuhi kriteria desain partisi (1) antara kantor dan kantor yang berdekatan, (2) antara kantor dan eksterior bangunan, (3) antara kelas, dan (4) kelas dengan koridor. Batafoam memiliki TL yang baik (> 45 dB), sehingga sangat potensial sebagai bahan penghalang kebisingan. Batafoam efektif mereduksi kebisingan lebih dari 5 dBA. Biaya penerapan barrier adalah 1 dBA /orang/tahun lebih rendah dari biaya penggunaan APT (dengan skenario penggantian APT sekali / bulan atau 1 kali /3bulan). ...... The noise resulted from industrial process and urban road might reach excessive level and lead to negative impact on human health. In this situation, sound barrier were commonly used to mitigate the noise impact. This research aimed at the development of environmentally friendly barrier for noise control on industry and urban freeways. The use of recycled expanded polystyrene (EPS) in the form of batafoam was expected to combat the existing problems of both noise and waste pollution. The batafoam, which has some unique capabilities to mitigate noise, was made from recycled EPS, fine aggregate, cement, and water. Various mixture of cement and fine aggregate (1:4, 1:6, 1:8) were produced by replacing fine aggregate with EPS as much as 0%, 20%, 40%, 60%, and 80% of volume. Fifteen prototypes of batafoam were produced triplicate. The density, porosity, compressive strength, sound absorption coefficient (?), Noise Reduction Coefficient (NRC), Transmission Loss (TL), and Sound Transmission Class (STC) were investigated. Two-Microphone and Four-Microphone Impedance rubes (type 2406) of Bruel and Kjael were applied to measure the normal incident absorption coefficient and transmission loss according to the ISO 10534-2 standard procedure. The maximum frequency range of measure was 6400 Hz. This study clearly demonstrated that the density and compressive strenght of the batafoam tended to decrease as increasing of the percentage of content of EPS. Composition 1:6 with 60-80% of EPS and 1:8 with 40-80% of EPS did not meet the requirements of structural application. The acoustic characteristics of batafoam indicated that ? were in range of 0.15 to 0.29 and were classified as class E of absorbing material. NRCs were in range of 0.18 to 0.33 and were classified as non-reflective material. Those were better than concrete and masonry's sound absorption characteristic. The STC values were in range of 37-40 dB, which mean they met the design criteria partition (1) between office and adjacent office, (2) between office and exterior of building, (3) between classes, and (4) class with corridor. The batafoam had good transmission loss (>45 dB), so it is potential to utilize the EPS waste as a noise barrier materials. It was effective as well to reduce noise more than 5 dBA. the barrier application cost was 1 dBA/person/year lower than the cost of Hearing Protection Devices use (with once/ month and one/ 3months subtitution).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iting Shofwati
Abstrak :
Sebagai negara yang terletak pada pertemuan lempengan-lempengan dunia, Indonesia merupakan negara beresiko tinggr terhadap ancaman gempa. Oleh karena itu studi mengenai perilaku struktur bangunan perlu mendapatkan perhatian khusus sehingga dapat ""mengontrol "" perilaku bangunan akibat gaya gempa yang kemungkinan akan dialaminya selama masa pemakaiannya. Pengetahuan perilaku penampang dari suatu bagian struktur sangat dibutuhkan dalam desain struktur, terutama bila analisa dilakukan tidak hanya pada daerah elastis, tetapi juga pada daerah plastis, bahkan sampai keruntuhan bagian struktur tersebut. Analisa fiber model ini dilakukan pada penampang komposit baja beton (Rectangulat Hollow Stell ) yaitu dengan membagi penampang balok tersebut menjadi serat-serat atau fiber. Kemudian pada serat tersebut diberikan sifat nonlinear ini didapat dari pemodelan hubungan tegangan regangan beton dan baja. Dengan mengkombinasikan sifat-sifat nonlinear material beton dan baja ini, analisa fiber model menghasilkan penyelesaian analitis berupa hubungan nonlinear momen-kurvatur yang menggambarkan perilaku dari balok komposit tersebut. Analisa tersebut dilakukan dengan suatu pemodetan numerik dan diterjemahkan kedalam bahasa pemograman yaitu bahasa Matlab 5.3., dimana optimasi pengaruh fungsi material ini ditinjau dengan membandingkannya lendutan yang terjadi dengan hasil eksperimen. Hasil simulasi dari progam tersebut menunjukkan bahwa peningkatan mutu beton tidak terlalu berpengaruh dalam menyumbangkan kekuatan pada struktur komposit baja beton. Dari analisa ini akan didapatkan Optimasi analisa ini dilihat dari besarnya beban ultimate untuk masing-masing model. Dari analisa ini disimpulkan bahwa pemodelan yang mendekati hasil eksperimental adalah model Tommi Sakino.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S35016
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library