Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irwan Suswandi
Abstrak :
ABSTRAK
Tesis ini membahas kata-kata makian dalam antawacana wayang santri yang digunakan sebagai ekspresi keakraban dalam masyarakat Tegal. Tesis ini memfokuskan pada kata-kata makian yang melibatkan konteks penggunaannya serta proses semiosis penandaannya menurut semiotik Peirce. Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kualitatif dengan desain interpretatif. Penelitian diawali dengan deskripsi antawacana dalam wayang santri yang mengandung bentuk makian di setiap konteksnya, kemudian diinterpretasi dengan melibatkan tanda-tanda yang ada di dalamnya untuk memperoleh kecenderungan pembentukan bentuk makian dalam antawacana wayang santri. Sumber data tesis ini berasal dari video rekaman pagelaran wayang santri dalam bentuk cakram rekaman, dengan lakon Rebutan Peti Wasiat dan Lupit Ngaji. Teori utama penelitian ini berupa teori analisis wacana dari Cutting 2002 dan teori semiotik Peirce dalam Short 2007 , dengan teori pendukung berupa teori ekspresi, makian, dan solidaritas dari Lyons 1977 , Allan dan Burridge 2006 , serta Brown dan Gilman 1960 . Hasil penelitian ini ditemukan delapan kata makian di dalam antawacana wayang santri, yang meliputi enam satuan kata, satu satuan klausa, dan satu satuan kalimat sebagai penanda ekspresi keakraban di antara penutur dan petuturnya. Berdasarkan konteksnya, kata makian menjadi penanda ekspresi keakraban apabila digunakan dalam suasana biasa, santai, dan senda gurau, dan tidak menimbulkan amarah atau emosi dari petuturnya. Dari bentuk penandaannya, terdapat kata-kata makian berbentuk ikonik legisign, simbolik legisign, rema ikonik legisign, dan rema simbolik legisign. Masyarakat Tegal adalah masyarakat yang memperhatikan lawan tuturnya, sehingga penandaan ikonik atau keserupaan paling banyak ditemukan sebagai sebuah kata makian penanda ekspresi keakraban. Pada tingkat keakrabannya yang paling sederhana, bentuk penandaan berupa ikonik legisign, sedangkan pada tingkat keakraban yang paling tinggi bentuk penandaannya adalah ikonik simbolik legisign. Berkaitan dengan faktor sosiokultural, hubungan kekerabatan, usia, dan jabatan di antara penutur dan petutur memengaruhi penggunaan kata makian.
ABSTRACT
This thesis discusses swear words in wayang santri dialogue as solidarity expression that represents Tegalnese society. This thesis focuses on swear words involving the usage context as well as signifying process according to Peirce rsquo s semiotics. This thesis belongs to qualitative research with interpretive design. The research initiated with a dialogue description in wayang santri that contained forms of swear words in each context, and then it was interpreted by sign analysis. The data source of this thesis came from wayang santri performances on compact disc, with Rebutan Peti Wasiat and Lupit Ngaji stories. The main theories of this thesis are discourse analysis from Cutting 2002 and semiotics from Peirce in Short 2007 with supporting theories about expression, swear words and solidarity from Lyons 1977 , Allan and Burridge 2006 also Brown and Gilman 1960 . The result of this research is found eight swear words in wayang santri dialogue which includes six words, one phrase, and one sentence unit representing a solidarity expression among addresser and addressee. Based on the context, the swear word becomes a solidarity expression when it is used in ordinary, relax, or joking atmosphere conversation, and there is no anger or hatred from the addressee. According to semiotic signification, there are swear words in the form of iconic legisign, symbolic legisign, rheme iconic legisign, and rheme symbolic legisign. At the lowest level of solidarity context, the form of signification mostly in the iconic legisign, and the highest level of solidarity context, the form of signification is rheme symbolic legisign. The usage of swear words as a solidarity expression can not be separated from the influence of kinship, age, and position.
2018
T51303
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irwan Suswandi
Abstrak :
Skripsi ini membahas mengenai analisis kosakata emosi sedih dalam bahasa Jawa. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah majalah Panjebar Semangat terbitan tahun 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kata-kata yang mengandung emosi sedih dalam bahasa Jawa, disertai dengan komponen makna dan relasi maknanya. Penelitian ini menggunakan tiga teori, yaitu teori emosi dan keadaan pikiran, teori komponen makna, dan teori relasi makna. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat 15 kosakata dalam data majalah Panjebar Semangat yang mengandung emosi sedih. Dari kelima belas kosakata tersebut menunjukkan adanya hubungan sinonimi.
This thesis describes about analysis of sad emotion vocabularies in Javanese language. The data of this research is Panjebar Semangat magazine in year 2013. The purpose of this thesis is to find out the vocabularies in Javanese language which is has sad emotion. To find out the vocabularies, researcher using 3 theories, there are theory of emotion and state of mind, theory of meaning component, and theory of meaning relation. The method of this research is descriptive-analysis. The result of this research there are 15 vocabularies in Panjebar Semangat magazine in year 2013 that has sad emotion. From those five-teen vocabularies indicate the synonymy relation.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S58214
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover