Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irwan Martua Hidayana
Abstrak :
Berkembangnya suatu agama dalam suatu masyarakat tentu didorong oleh faktor-faktor yang ada pada masyarakat itu sendiri balah satu hal yang dapat menyebabkan suatu agama baru diterima masyarakat adalah adanya kondisi disorganisasi dalam kehidupan masyarakat itu Karya tulis ini berusaha mendeskripsikan gejala perkembangan agama Buddha NSI di dusun Buling yang outerima secara cepat oleh warga setempat Sebelum masuknya agama tersebut, penduduk setempat mengalami disorganisasi karena tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan praktis mereka knususnya kebutuhan ekonomi. Karena kebutuhan mereka terpenuhi maka mereka pun saling mencuri tanaman tetangga, sehingga berakibat pula pada timbulnya konflik dalam hubung-bubungan sosial Masuknya agama Buddha NSI yang secara kebetulan ternyata dapat membawa perubahan Kehidupan masyarakat berangsur-angsur membaik, karena kebutuhan mereka terpenuhi dengan hasil panen yang cukup Hal ini diyakini mereka sebagal akibat dari datangnya agama tersebut Konflik-konflik yang sebelum-nya sering terjadi juga berkurang bahkan sudah jarang terjadi lagi Oleh karena agama Buddha NSI telah membuktikan dapat membawa perubahan, maka penduduk setempatpun semakin menghayati dan mentaati ajaran agama ini. Perkembangan agama ini bagaimana pun tidak dapat lepas dari pengaruh kepemimpinan di desa setempat Yang -pertama memeluknya adalah kepala desa Bubakan yang kemudian menganjurkan penduduk dusun Buling untuk turut memeluknya. Kepala desa itu dianggap sebagai patron oleh warganya sehingga apa yang dikatakannya akan berpengaruh besar kepada warganya Jadi pada awalnya banyak penduduk yang memeluk karena pengaruh kepempinan kepala desa, namun lama kelamaan mereka benar-benar meyakini agama tersebut.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irwan Martua Hidayana
Abstrak :
ABSTRAK
Beberapa studi epidemiologi yang pernah dilakukan di Indonesia memperlihatkan bahwa prevalensi HIV/AIDS rendah dan beberapa PMS, seperti chlamidia, cukup problematik. Dari penelitian ini juga terungkap bahwa beberapa kegiatan surveilans sentinel sedang berjalan yang seringkali tumpang tindih. Pekerja seks di Surabaya misalnya mengeluhkan bahwa mereka dites oleh beberapa tim peneliti yang berbeda.

Dalam meninjau kegiatan-kegiatan HIV/AIDS dan PMS yang ada, ditemukan 2 bidang yang masih lemah yaitu advokasi dan pengembangan kebijakan strategi. Pengembangan penelitian sebaiknya diarahkan untuk memperbaiki 2 bidang penting ini.

Penelitian-penelitian berikut sebaiknya mengkombinasikan metode kualitatif dan kuantitatif, tetapi bukan merupakan kombinasi antara penelitian epidemiologi dengan penelitian sosial/behavorial karena bisa menimbulkan persoalan. Orang akan cemas atau khawatir karena adanya komponen surveilans dan mungkin tidak akan terbuka dan jujur dalam penelitian behavioral atau perilaku.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kegiatan dan penelitian tentang PMS dan HIV/AIDS. Pertama, masalah etika yang menyangkut kerahasiaan dan anonimitas dalam penelitian, termasuk akuntabilitas dan transparansi. Kedua, aspek gender yang belum nampak kuat dalam berbagai kegiatan PMS dan HIV/AIDS yang ada sekarang. Organisasi-organisasi perempuan banyak yang masih manganggap bidang ini tidak sebagai prioritas. Ketiga, proses partisipatoris yaitu dengan melibatkan kelompok sasaran, misalnya pekerja seks atau waria dan juga LSM, dalam perencanaan program. Keempat, pengembangan jaringan di antara lembaga pemerintah, LSM dan universitas yang bergerak daiam kesehatan reproduksi untuk mengurangi tumpang tindih kegiatan, bahkan konflik. Kelima, pengembangan self-help activities di dalam kelompok sasaran, misalnya kelompok Berdaya di Surabaya atau Bandungwangi di Jakarta.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Irwan Martua Hidayana
Abstrak :
ABSTRAK
Studi ini memperlihatkan bahwa para suami, baik dari, golongan bawah maupun menengah, sesungguhnya mempunyai kepedulian yang cukup tinggi terhadap masalah KB keluarganya. Asumsi bahwa peranan suami dalam keluarga lebih mengutamakan mencari nafkah dan sebagai pengambil keputusan akhir agaknya tidak sepenuhnya benar. Demikian juga halnya dengan anggapan bahwa pria kurang peduli atau kurang berminat terhadap masalah KB.

Secara umum, masih sangat sedikit para suami yang mengetahui istilah kesehatan reproduksi. Bagi mereka istilah tersebut terlalu teknis dan sukar dibayangkan berhubungan dengan masalah apa. Ketidaktahuan ini tentu berkaitan dengan minimnya informasi yang mereka peroleh mengenai hal itu. Sebagian berpendapat bahwa media massa, koran atau TV misalnya, adalah sarana yang baik untuk menyebarluaskan informasi mengenai KR atau pun program pemerintah lainnya.

Indikasi akan pola hubungan suami-istri yang seimbang terwujud Pula melalui perilaku seksual suami. Para suami menyadari bahwa hubungan seks yang sehat adalah dengan pasangannya sendiri. Sekali pun inisiatif hubungan seks lebih banyak dilakukan oleh suami, namun ada kesadaran untuk tidak melakukan pemaksaan jika istri sedang tidak menginginkannya karena lelah, sakit atau sebab lainnya. Demikian juga dengan pantangan seks pada waktu--waktu tertentu karena alasan agama. Dalam masa-masa kehamilan, kelahiran dan menyusui, para suami lebih banyak memberikan dukungan sosial-psikologis kepada istrinya. Mereka juga berupaya untuk mengetahui hal-hal apa saja yang perlu diperhafikan dalam menjaga kesehatan kehamilan dan menyusui bayi.

Bagaimana dengan keterlibatan para suami dalam KB? Dalam hal pengambilan keputusan mengenai jumlah anak, jarak kelahiran dan metode KB, sebagian besar merundingkannya dengan istri masing-masing. Kebanyakan istrilah yang menjadi pengguna kontrasepsi moderen, sementara ada kecenderungan suami menggunakan metode tradisional seperti sistem kalendar dan senggama terputus. Sebenarnya para suami cukup peduli dengan masalah KB namun minimnya pengetahuan mengenai program, metode dan efek samping kontrasepsi membuat mereka nampak enggan menjadi akseptor. Mereka berpendapat bahwa petugas kesehatan hendaknya juga memberikan penjelasan kepada suami meskipun istrinyalah yang menggunakan kontrasepsi. Selain itu promosi kontrasepsi pria dirasakan masih sangat kurang.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Irwan Martua Hidayana
Abstrak :
Ketigabelas artikel dalam buku ini sesungguhnya dapat dikelompokkan ke dalam dua (2) bagian besar, yaitu masalah pelayanan kesehatan dan masalah kesehatan reproduksi. Ulasan tentang pelayanan kesehatan tercakup dalam tujuh (7) artikel pertama yang sebagian besar didasarkan atas penelitian antropologi kesehatan yang dilakukan penulis di Jawa Tengah. Fokus pembahasan pada profesi perawat di puskesmas memperlihatkan bahwa perawat lebih tertarik untuk melakukan pengobatan pada pasien Puskesmas, dan menyerahkan kegiatan preventif dan promotion pada staf Puskesmas lainnya.
1999
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Irwan Martua Hidayana
Abstrak :
Buku ini merupakan kumpulan hasil-hasil penelitian antropologis di berbagai suku bangsa diIndonesia yang berkenaan dengan masalah kesehatan reproduksi manusia. Dalam konteks nasional dan internasional, isu-isu kesehatan reproduksi sedang menjadi fokus perhatian - sejak Konperensi Kependudukan dan Pembangunan tahun 1994 di Kairo - yang utama khususnya kondisi kesehatan reproduksi perempuan yang secara umum masih memprihatinkan seperti tingginya angka anemia, tingginya tingkat kematian ibu, kerentanan tertular penyakit infeksisaluran reproduksi, resiko tertular penyakit menular seksual dan HIV/AIDS dll. Masalah yang dihadapi perempuan berkenaan dengan kesehatan reproduksinya merupakan masalah-masalah yang perlu didekati dan dipahami secara sosial-budaya sebelum didekati secara medis.
1998
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Irwan Martua Hidayana
Abstrak :
ABSTRAK
Seksualitas tertanam dalam aspek kehidupa budaya masyarakat yang disebut Foucalt sebagai ars erotica. Dalam kebudayaan Indonesia , ars erotica ini muncul melalui tarian jaipong/tayub/ronggeng, seni reog, drama tradisional (ludruk, ketoprak, wayang, lenong dan sejenisnya), karya Sastra serta Centini, realifcandi, jmau-jamuan, dan sebagainya. Seks adalah bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat. Akan tetapi budaya seksual (sexual culture) tersebut menetapkan perempuan pada posisi subordinat seperti keperawanan, sunat perempuan, nikah sirri, poligami, nikah usia dini, atau prostitusi. Budaya seksual mengatur apa yang diperolehkan dan apa yang dilarang dalam masyarakat terkait dengan seksualitas. Budaya seksual ini seringkali berkelindan dengan agama- khususnya Islam yang merupakan agama mayoritas penduduk Indonesia yang menjadi legitimasi bagi pelenggangan praktik-praktik dominasi laki-laki dalam perikehidupan perempuan.
Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan, 2008
170 JPMP 58 (2008)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library