Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irmawati Marwoto Johan
Abstrak :
Permasalahan yang akan disampaikan dalam tulisan ini adalah bagaimana sebuah desa nelayan di Jawa Barat yang bernama Banten pada abad ke l6 M, tampil sebagai sebuah negara yang berjaya dan mencapai puncak kebesarannya pada abad ke 17 M. Untuk mengupas permaaalahan ini digunakan teori yang melihat "integrasi" sebagai kebutuhan dasar suatu sistem masyarakat. Yanq dimaksud dengan komponen-komponen di dalam suatu sistem memiliki fungsi, peran serta kontribusi masing-maaing untuk menjaga keseimbangan dalam sistem. Metsda yang digunakan adalah dengan Cara menantukan kqmponan mana yang manjadi komponen utama dalam sistem negara Banten bardasarkan data yang diperoleh sumber-summer tertulia. Komponen utama tersebut adalah kekuasaan, pemerintahan dan ehonomi. Setalah itu, masing-masing kumponen dijabarkan atas dasar peran, fungsi dan kontibusinya masing-masing.Isi tesis ini dimulai dengan menguraikan tugas dan fungsi raja yang dalam garis besarnya dapat dibagl 3, vaitu = Raja adalah orang Suci yang harus dihormati raja memiliki kekuasaan yang basar yang didukunq dengan perangkat birokrasi dan militer raja adalah seorang vang panqasih dan palindung kapada seluruh rakyat dan negara. Untuk menjalankan kekuasaan dan pemerintahannya, maka semrang raja harus memiliki sumber-sumber penghasilan baik yang berupa sumber daye dan sumber dana. Yang menjadi Sumner dana negara adalah pardaganqan, nerbagai macam paiaa, danda-denda, panyitaan, peningkatan produkai beras. Sedangkan yang menjadi sumber dana adalah berbagai bentuk kewajiban yang harms dilakukan oleh rakyat untuk kepentingan umum; separti kawajiban kerja bakti kawagiban memenuhi kebutuhan istana. Pada akhir tulisan diperoleh kesimpulan bahwa kebesaran Banten pada abad 16-17 M terjadi karena tercapainya suatu kondisi integrasi yang diparoleh karana berfungsinya komponen-komponen utama yaitu kekuasaan, pemerintahan dan ekonomi. Begitu komponen utama ini terganggu fungsinya yang disebabkan intervensi VOC make Santan secara perlahan-lahan bergerakmenuju kehancuran.
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irmawati Marwoto Johan
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan terhadap sepuluh situs Islam di sepanjang pantai utara Jawa. Dimulai dari Cirebon, Demak, Jepara, Kudus, Gresik, Tuban dan Lamongan. Pemilihan situs-situs ini terkait dengan sejarah awal masuknya Islam ke Jawa, Dalam pengamatan ini yang menjadi unit analisis adalah bangunan-bangunan yang ada pada situs-situs Islam meliputi mesjid, kompleks makam dan keraton. Ketiga unit analisis ini dapat dianggap sebagai penanda keislaman karena memang mesjid dan kompleks makam sangat berkait dengan kegiatan keagamaan, sedangkan keraton dari masa Islam dapat diajukan sebagai penanda karena keterkaitannya dalam sejarah. Pengamatan terhadap ragam bias yang dipakai pada bangunan Islam dapat dijadikan data yang penting untuk menjelaskan sejauh mana Islam diserap dalam kebudavaan Jawa dan sebaliknya bagaimana Islam dapat diakomodasikan dalam kebudayaan Jawa. Dalam hal ini ragam hias dapat dianggap sebagai suatu penanda, apakah melalui bentuknya ataupun melalui pemaknaannya. Dui seluruh data yang ada, ragam bias dapat digolongkan dalam beberapa bentuk motif
Depok: Universitas Indonesia, 2003
D1833
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irmawati Marwoto Johan
Depok: Universitas Indonesia, 2003
D1832
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irmawati Marwoto Johan
Abstrak :
Kedatangan Islam di Nusantara pada awal abad ke 7 hingga terbentuknya kerajaan Islam pertama pada awal abad ke 13 telah menghasilkan tinggalan budaya yang amat kaya. Para ahli sepakat bahwa Islam datang dan berkembang melalui jalur perdagangan sehingga pada awalnya terbentuklah koloni-koloni perdagangan muslim di berbagai tempat di kota-kota pelabuhan, sebagaimana dicatat dalam berita Cina pada tahun 674, yang menyebutkan Palembang sebagai. salah satu koloni muslim. Peninggalan yang berarti tentang adanya masyarakat muslim adalah sebuah situs di Leran yang menyimpan sebuah nisan dari seorang wanita muslim yang berangka tahun 1082 Masehi dan bukti lainnya adalah yang terdapat di situs Kota Gina (Sumatera Utara) dan kota Barus yang diperkirakan memiliki temuan-temuan keramik yang berangka thhun dari abad 10 sampai abad 12 Masehi. Kemunduran dari kerajaan-kerajaan Indonesia Hindu diduga merupakan salah satu faktor berkembangnya Islam di bumi Nusantara, sehingga kemudian jalur perdagangan berpindah ditangan para pedagang Islam. Pantai utara Jawa adalah jalur perdagangan yang banyak dikunjungi para pedagang sejak lama, sehingga di wilayah ini banyak sekali ditemukan situs-situs dari masa Islam. Berbagai penelitian telah banyak dilakukan oleh para ahli ,namun sangat sedikit yang mempersoalkan seni dekoratif yang dihasilkan kebudayaan islam di Nusantara. Sehingga perlu kiranya dilakukan penelitian ke arah ini. Seperti apakah bentuk-bentuk dekoratif yang menandai masa Islam. Berbagai pernyataan telah disampaikan para ahli mengenai fungsi dan makna dekoratif pada tinggalan budaya Islam di dunia, seperti Faruqi yang menyatakan bahwa fungsi dari ornamen Islam adalah untuk mengingatkan manusia akan ke Esaan Tuhan, sehingga bentuk-bentuk yang dihasilkan adalah ornamen-ornamen yang penuh dengan abstraksi. Jabar Beg menggaris bawahi bahwa pusat daya normatif seni kaum muslim adalah Islam itu sendiri dan agama Islam tidak menggariskan bentuk-bentuk seni tertentu, tetapi sekedar memberi pagar lapangan ekspresi. Para ahli berkebangsaan Asing yang melakukan penelitian tentang Islam di Nusantara banyak yang mengajukan pendapatnya bahwa Islam di Indonesia tidak menghasilkan apapun baik peninggalan berupa monumen maupun kemajuan dalam bentuk yang lain. Berbagai aspek dipandangnya sebagai semata-mata kelanjutan dari budaya masa Indonesia-Hindhu. Tentu saja hal ini sangat ditentang oleh para ahli Islam, seperti yang dilakukan Naguib Al- attas. Dari penelitian yang saya lakukan terhadap situs Demak dan Kudus di pesisir utara Jawa memperlihatkan bahwa memang masih banyak ornamen yang dipakai pada masa Islam yang merupakan kelanjutan dari masa Indonesia -Hindu yaitu seperti ornamen bunga lotus, sulur-suluran, motif sinar Majapahit dan bentuk-bentuk makara yang telah distilir. Namun demikian , hasil penelitian ini masih harus dipertimbangkan lebih lanjut karena bila memperhatikan beberapa situs lainnya seperti Cirebon, Mantingan dll kita akan menemukan berbagai ornamen yang sangat dekat kaidah-kaidahnya dengan kaidah ornamen Islam. Selain ornamen yang disebut di atas ternyata, juga diperoleh kaligrafi Islam dan berbagai bentuk perbingkaian yang sangat banyak dipakai sebagai ornamen pada kedua Situs ini. Hal ini sangat menarik dan dapat saya anggap sebagai salah satu ekspresi seniman Islam di tempat ini yang tampaknya dengan sadar membatasi diri dari keinginannya untuk mengisi bingkai-bingkai dengan hiasan-hiasan mahluk hidup seperti yang umumnya ditemukan pada bangunan candi-candi. Lebih lanjut sangat menarik untuk melihat kasus ini pada menara Kudus yang oleh banyak sarjana Belanda di anggap sebagai sisa peninggalan dari masa Indonesia-Hindhu karena bentuknya yang sangat menyerupai candi. Namun bila kita lihat seluruh ornamen yang ada hanyalah bingkai-bingkai yang polos kadang-kadang diberi hiasan keramik Cina, tentu sangat berbeda dengan kebiasaan tradisi seni Hindu. Ada hal yang sangat disukai oleh para seniman di kedua situs ini adalah menempelkan keramik Cina, Pada tembok mesjid Agung Demak ada keramik cina yang selain menggambarkan bunga-bunga terutama lotus juga banyak dijumpai penggambaran binatang seperti , anjing yang berada di atas awan, burung merak dll. Bila dilihat dari bentuk mesjid kuno, maka kehadiran keramik cina pada dinding-dinding tembok mungkin merupakan tambahan yang kemudian. Walaupun demikian dari hasil penelitian ini sangat terasa bahwa ornamen mahluk hidup sangat dibatasi dan hal ini mengingatkan kita akan larangan dari para ulama Islam untuk menggambarkan mahluk hidup apalagi di dalam bangunan mesjid. Fungsi dari ornamen tampaknya lebih pada penanda bagian-bagian penting dari bangunan. Dalam penelitian ini dilakukan beberapa tahapan penelitian yaitu tahap pertama pengumpulan data dan selanjutnya dilakukan analisis dan interpretasi data. Pada tahap pengumpulan data dilakukan penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Pada penelitian lapangan dilakukan pendataan berbagai bentuk omamen dengan cara membuat foto dan gambar. Pada tahap analisis dilakukan pemilahan atas dasar variabei-variabel tertentu terutama aspek bentuk serta ketetakan. Pada tahap interpretasi dipakai analog' yang dapat dipakai untuk mengungkapkan keberadaan suatu gejala-gejala tertentu.
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1996
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Irmawati Marwoto Johan
Depok: Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1991
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Irmawati Marwoto Johan
Abstrak :
Islam masuk ke Indonesia sebelum abad ke 13 M telah banyak memberikan sumbangan pada kebudayaan Indonesia. Peninggalan yang penting bagi Arkeologi adalah berupa mesjid, Situs perkotaan, kompleks makam dan keraton. Dari beberapa makam kuno yang ada di Jawa dan Sumatera diketahui ada sebuah motif, yaitu motif Mihrab dengan lampu yang menggantung ditengahnya. Motif ini menghiasi bagian jirat dan juga nisan. Masalah dalam karya tulis ini adalah apakah ada fungsi atau makna tertentu dari motif ini, sehingga begitu banyak dipakai sebagai hiasan pada makam-makam. Hasil penelitian ini mempƩrlihatkan bahwa mihrab dalam Islam memiliki peran yang sangat panting dan manjadi elemen yang paling istimewa pada setiap mesjid. Beberapa ahli berpendapat bahwa fungsi Mihrab adalah sebagai penunujuk arah Kiblat ketika melakukan Shalat. Sebagian lagi berbandapat Mihfab adalah lambang atau wakil dari penguasa atau kalifah. Tetapi ada juga yang berpendapat bahwa Mihrab adalah simbol dari kehadiran Nabi Muhammad S.A.W. Apapun yang menjadi tafsiran para ahli, pada kenyataannya Mihrab yang berbentuk ralung menjadi sebuah motif yang sangat dikenal di dalam dunia Islam. Motif Mihrab dengan lampu yang menggantung di tengahnya oleh baberapa ahli diterjemahkan sebagai lambang dari Surah An-Nuur ayat 35, yaitu Surah yang berisi tentang Cahaya Illahi. Penggunaannya motif ini pada makam barangkali juga sabagai lambang penerang alam kubur.
Depok: Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Irmawati Marwoto Johan
Depok: Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Irmawati Marwoto Johan
Depok: Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1991
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Irmawati Marwoto Johan
Abstrak :
Cirebon pada awalnya diduga merupakan wilayah kerajaan Sunda yang berpusat di Pajajaran. Dari sebuah naskah yaitu Purwaka Caruban Nagari diketahui Dahwa sebuah desa bernama Tegal Alang-alang yang kemudian disebut Lemah Wungkuk yang satelah dibangun oleh Raden Walangsungsang dirubah namanya Menjadi Caruban. Dari sebuah Prasasti yang bernama Huludayeuh yang ditemukan pada tahun 1991 di desa Cikahalang, Kabupaten Cirebon, kita memperoleh sebuah informasi bahwa pada awal abad ke 16, daerah tersebut termasuk ke dalam wilayah kekuasaan kerajaan Sunda. Mengenai peranan Cirebon sebagai Salah satu pelabuhan panting kita peroleh dari sumber-sumber asing seperti berita Portugis dan barita Cina Serta sumber~sumber Belanda. Pada' masa pengaruh Islam ke Jawa yaitu diduga sekitar abad ke 15, Cirebon merupakan salah satu pusat Islamisasi yang penting. Hingga sekarang ini di Cirebon, masih hanyak peninggalan budaya yang terjaga dengan baik. Antara lain tiga buah karaton, situ; pemakaman Gunung Jati, Baberapa bangunan Mesjid dan sebuah bangunan tempat peristirahatan Sunyaragi d11. Hingga sekarang ini, walaupun berbagai penelitian telah banyak dilakukan tetapi belum pernah dibuat suatu penelitian tentang kepustakaan yang lengkap dan khusus mengenai kebudayaan Cirabon. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan pengantar tentang studi bibliografi sajarah kebudayaan Cirebon dari abad ke XV hingga abad XIX. Dalam melakukan penelitian langkah-lamgkah yang dilakukan adalah pertama mengumpulkan berbagai data kepustakaan yang tarsebav pada barbagai sumber. Yaitu sumber naskah lokal, sumber-sumber asing seperti Sumber Portugis, Belanda dan Cina. Data ini kemudian dicatat dalam kartu-kartu dan kemudian dipilah-pilah dalam baberapa katagori. Dari hasil penelitian diperoleh data kepustakaan yang cukup banyak dan dibuat suatu klasifikasi dengan tujuh buah topik yaitu, pengenalan Bibliografi dan katalog; pengenalan peta; historiografi dan Sumber Belanda ; Historiografi dan Sumber Portugis; Histiografi dan tradisi Lokal; Historiografi umum Cirebon; lain~lain. Untuk pembahasan Lain-Lain dipilah lagi menjadi sub-bab kepurbakalaan dan seni; Hukum, peradilan, Undang-Undang dan perjanjian; Agama dan Masyarakat; Bahasa; Sejarah politik dan Gelar-galar Birokrasi; Sosial; SeJarah Ekonomi.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1996
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Irmawati Marwoto Johan
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>