Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irene Darmawan
"Melasma merupakan penyakit pigmentasi wajah yang menimbulkan hendaya psikososial. Penurunan kualitas hidup pasien tidak selalu terbukti berkorelasi dengan keparahan klinisnya. MELASQoL-INA adalah instrumen evaluasi kualitas hidup pasien melasma adaptasi Bahasa Indonesia yang tervalidasi, sedangkan modified melasma severity index (mMASI) adalah skoring derajat keparahan melasma. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah perbaikan derajat keparahan melasma pascaterapi krim triple combination (flucinolon acetonide 0,01%, hydroquinone 4%, dan tretinoin 0,05%) berkorelasi dengan peningkatan kualitas hidup. Subjek dengan melasma menjalani terapi krim triple combination selama 12 minggu dalam penelitian one group pretest-posttest. Skor MELASQoL-INA dan mMASI dinilai setiap 4 minggu. Tiga puluh perempuan berusia 30-60 tahun, bertipe kulit IV atau V, tanpa penyakit kulit lain di wajah, menyelesaikan seluruh rangkaian penelitian. Pada kunjungan awal, median skor mMASI dan MELASQoL-INA adalah 4,45 (1,3–13,9) dan 37 (10-70). Pada minggu ke-12 terjadi penurunan median skor mMASI menjadi 1,80 (0,60-6,30; p<0,001) dan skor MELASQoL-INA menjadi 17 (10-59; p<0,001). Skor mMASI pascaterapi tidak terbukti berkorelasi dengan skor MELASQoL-INA (r=0,029; p=0,879), namun perbaikan skor mMASI terbukti berkorelasi positif lemah dengan perbaikan skor MELASQoL-INA (r=0,397; p=0,03). Terapi krim triple combination selama 12 minggu memperbaiki keparahan melasma dan kualitas hidup pasien secara bermakna. Terdapat korelasi bermakna antara perubahan skor keduanya.

Melasma is a common facial pigmentary disorder. Despite causing psychosocial distress, the reduced quality of life (QoL) was not consistently shown to correlate with clinical severity. MELASQoL-INA is a validated instrument adapted into Indonesian for evaluating the QoL of melasma patient, while modified melasma area and severity index (mMASI) was a tool for assessing melasma severity. Aim: To determine if clinical improvement after triple combination cream therapy (flucinolone acetonide 0.01%, hydroquinone 4%, and tretinoin 0.05%) correlated with increased QoL. Subjects with melasma were treated with triple combination cream for 12 weeks in a one-group pretest-posttest study. MELASQoL-INA and mMASI assessments were carried out every 4 weeks. Thirty females aged 30-60 year-old, skin type IV or V, and devoid of other facial skin problems had completed the study. At the initial visit the median of mMASI and MELASQoL-INA score were 4.45 (1.3–13.9) and 37 (10–70). At week-12, the median of mMASI score was reduced to 1.80 (0.60-6.30; p<0.001) and MELASQoL-INA score to 17 (10-59; p<0.001). While there was no correlation between posttreatment mMASI and MELASQoL-INA scores (r=0.029; p=0.879), a weak positive correlation was found between the change of mMASI and MELASQoL-INA scores (r=0.397; p=0.03). Twelve-week course of triple combination cream alleviated melasma severity and patient’s quality of life significantly. There was a significant, but weak, correlation between the improvement in severity and quality of life."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irene Darmawan
"Tuberkulosis (TB) dan diabetes mellitus (DM) merupakan dua penyakit yang telah diketahui dapat menjadi komorbiditas. TB meningkatkan risiko terjadinya DM melalui mekanisme hiperglikemia reaktif dan resistensi insulin. Indonesia merupakan negara yang memiliki beban ganda untuk kedua penyakit ini. Oleh karena itu, perlu adanya pedoman untuk skrining DM pada pasien TB. Penelitian ini dilakukan untuk melihat aplikasi skor ADA (skor risiko DM) pada pasien TB dan hubungannya dengan komorbiditas DM-TB. Studi ini adalah penelititan cross sectional pada 56 subjek di Ternate yang merupakan salah satu daerah endemik DM di Indonesia.
Penelitian ini menggunakan metode kuesioner yang diadaptasi dari ADA untuk mengetahui skor risiko diabetes pasien TB. Selain itu, dilakukan juga pemeriksaan gula darah sewaktu untuk diagnosis DM. Dalam penelitian ini didapatkan proporsi DM-TB di Ternate sebesar 32.1% dan terdapat hubungan bermakna antara skor ADA dengan komorbiditas DM-TB (p < 0.001). Didapatkan pula adanya kecenderungan cut off skor ADA (untuk menyatakan risiko tinggi DM) yang lebih rendah pada pasien TB dibandingkan populasi umum. Sebagai kesimpulan, skor ADA dapat digunakan untuk mengkalkukasikan risiko DM pada pasien TB.

Tuberculosis (TB) and diabetes mellitus (DM) are two diseases that have been known to have mutual relationship. TB increases the risk of diabetes through mechanisms of reactive hyperglycemia and insulin resistance. Indonesia is one of the countries with high burden for these diseases. With this situation we need to establish a guideline for screening diabetes in tuberculosis patients. This study was conducted to test the application of ADA score (American Diabetes Association risk score) in tuberculosis patients and its relation with DM-TB comorbidity through cross sectional study. We took 56 samples in Ternate as one of the DM endemic regions in Indonesia.
The method is using a questionnaire adapted from ADA risk score to calculate tuberculosis patients’ diabetes risk score. We also screened for the presence of diabetes in these patients using fasting glucose level. In this study, we found that the proportion of diabetes comorbidity among tuberculosis patients in Ternate is 32.1%. There is a significant association between ADA score and DM-TB comorbidity (p< 0.001). We also found a tendency that the cut-off score for defining high risk for DM is lower in tuberculosis patients than in general population. In conclusion, ADA score can be used to calculate the DM risk in tuberculosis patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library