Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Into Mudjiati
"Pelayanan Keluarga Berencana merupakan salah satu dari enam upaya Kesehatan Wajib Puskesmas. Cakupan KB Pasca Persalinan merupakan salah satu indikator kinerja Puskesmas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik Puskesmas dalam hubungannya dengan cakupan KB Pasca Persalinan di Kota Tangerang dan Tangerang Selatan pada tahun 2012. Desain pada penelitian ini adalah cross sectional dengan sampel seluruh Puskesmas (57 Puskesmas) yang ada di Kota Tangerang dan Tangerang Selatan. Analisis data menggunakan uji chi-square dan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik Puskesmas yang mendukung cakupan KB Pasca Persalinan adalah kepemimpinan dan faktor kepemimpinan ini paling dominan mempengaruhi cakupan KB pasca Persalinan (p = 0.017) dan OR 7.2. Hasil penelitian ini merekomendasikan penguatan kepemimpinan Puskesmas dalam peningkatan cakupan KB Pasca Persalinan.

Family Planning Services is the one of the six attempts of mandatory of Community Health Center. Postpartum Family Planning coverage is the one of indicator of performance in Community Health Center. This research was purposed for investigating the characteristics of Community Health Center in conjunction with the coverage of postpartum family planning in Tangerang and South Tangerang City in 2012. Design of this research is a cross sectional with samples of all community health centers (57 units) in Tangerang and South Tangerang City. Data analysis using by chi-square test and logistic regression. The results showed the characteristics of the community health centers those support postpartum family planning coverage is leadership and the most dominant factor of leadership is affecting the coverage of postpartum family planning (p = 0.017) and OR 7.2. Results of this research recommend to strength the leadership in improve the coverage of postpartum family planning in community health centers.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T36040
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titi Mudjiati
"Osteoporosis adalah penyakit tulang yang ditandai oleh penurunan densisitas massa tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah, disebabkan oleh kurangnya asupan kalsium pada usia muda. Secara tidak langsung, pengetahuan, sikap dan perilaku seorang individu berperan terhadap kebiasaan dalam mengkonsumsi kalsium.
Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap dan perilaku tentang asupan kalsium serta faktor-faktor yang berhubungan. Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dengan desain Cross-sectional. Sebanyak 108 subyek telah di pilih secara random. Pada awal penelitian, subyek diminta mengisi identitas umum berupa nama, usia, asal pulau, pendidikan & pekerjaan orangtua, dan dilakukan pengukuran TB, BB, dan lingkar badan, kemudian subyek harus mengisi kuisioner pengetahuan, sikap dan perilaku tentang asupan kalsium.
Di akhir penelitian, peneliti menganalisis seluruh data yang didapatkan dan mencari hubungan diantaranya. Sebanyak 76,9% responden memiliki pengetahuan baik, 84,3 % memiliki sikap positif dan 82,4% memiliki perilaku kurang. Tidak terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan dengan sikap tentang asupan kalsium (p > 0,05; fisher2 sided), dan antara pengetahuan dengan perilaku tentang asupan kalsium (p > 0,05; fisher2 sided). Namun untuk pengujian kategori sikap terhadap perilaku tentang asupan kalsium didapatkan hubungan bermakna (p < 0,05; fisher2 sided). Tidak terdapat hubungan antara usia, jenis kelamin, dan asal daerah dengan pengetahuan tentang asupan kalsium (p>0,05; Chi Square), dan antara tingkat pendidikan orangtua dengan pengetahuan subyek tentang asupan kalsium (p>0,05; kolmogorov-Smirnov). Pengetahuan tentang asupan kalsium tidak memiliki hubungan bermakna dengan sikap dan perilaku terhadap asupan kalsium, sedangkan sikap tentang asupan kalsium memiliki hubungan bermakna dengan perilaku tentang asupan kalsium.

Osteoporosis is a bone disease which is characterized by decreasing of bone mass density. It makes bones become brittle and easily broken. The reason behind this disease is because of inadequate calcium intake during adolescence. Indirectly, knowledge, attitude and behavior of an individual also can contribute into the habit of calcium consumption.
In this research, the researcher wanted to know the relationship between knowledge, attitudes and behaviors about calcium intake and other related factors. This research design is cross-sectional and has 108 subjects who were chosen randomly.
Subjects were asked to fill their identity form that consists of name, age, gender, origin, parental education &occupation, body weight and height, then filled the questionnaire of knowledge, attitude and behavior about calcium intake.
At the end, researcher analyzed the data and was looking for the relationship between them.The number of subjects that have good knowledge are 83 people (76,9%), positive attitude are 91 people (84,3%), poor behavior are 89 people (82,4%). There was no significant relationship between knowledge with attitude regard to calcium intake (p>0.05,Fisher test), and knowledge with behavior regard to calcium intake (p>0.05,Fisher test). But, there was a significant relationship between attitudes with behavior about calcium intake (p <0.05, Fisher test). Furthermore, there was no relationship between age, gender, and origin with the knowledge about calcium intake (p>0.05,Chi Square), and between parent’s education level with knowledge about calcium intake (p>0.05,Kolmogorov-Smirnov). Knowledge about calcium intake had no significant relationship with attitude and behavior of taking calcium, while attitude in consuming calsium has a meaningful relationship with consuming calcium’s behaviors.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titi Mudjiati
"Osteoporosis adalah penyakit tulang yang ditandai oleh penurunan densisitas massa tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah, disebabkan oleh kurangnya asupan kalsium pada usia muda. Secara tidak langsung, pengetahuan, sikap dan perilaku seorang individu berperan terhadap kebiasaan dalam mengkonsumsi kalsium.
Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap dan perilaku tentang asupan kalsium serta faktor-faktor yang berhubungan. Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dengan desain Cross-sectional. Sebanyak 108 subyek telah di pilih secara random. Pada awal penelitian, subyek diminta mengisi identitas umum berupa nama, usia, asal pulau, pendidikan & pekerjaan orangtua, dan dilakukan pengukuran TB, BB, dan lingkar badan, kemudian subyek harus mengisi kuisioner pengetahuan, sikap dan perilaku tentang asupan kalsium.
Di akhir penelitian, peneliti menganalisis seluruh data yang didapatkan dan mencari hubungan diantaranya. Sebanyak 76,9% responden memiliki pengetahuan baik, 84,3 % memiliki sikap positif dan 82,4% memiliki perilaku kurang. Tidak terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan dengan sikap tentang asupan kalsium (p > 0,05; fisher2 sided), dan antara pengetahuan dengan perilaku tentang asupan kalsium (p > 0,05; fisher2 sided). Namun untuk pengujian kategori sikap terhadap perilaku tentang asupan kalsium didapatkan hubungan bermakna (p < 0,05; fisher2 sided). Tidak terdapat hubungan antara usia, jenis kelamin, dan asal daerah dengan pengetahuan tentang asupan kalsium (p>0,05; Chi Square), dan antara tingkat pendidikan orangtua dengan pengetahuan subyek tentang asupan kalsium (p>0,05; kolmogorov-Smirnov). Pengetahuan tentang asupan kalsium tidak memiliki hubungan bermakna dengan sikap dan perilaku terhadap asupan kalsium, sedangkan sikap tentang asupan kalsium memiliki hubungan bermakna dengan perilaku tentang asupan kalsium.

Osteoporosis is a bone disease which is characterized by the bone mass densisity that decreases and makes bones become brittle and easily broken. The reason behind this problem is because of the inadequate calcium intake during adolescence. Indirectly, knowledge, attitudes and behavior of an individual can contribute to the habit of calcium consumption. In this research, the researcher wanted to know the relationship between knowledge, attitudes and behaviors about calcium intake and related factors.
This research design is cross-sectional and has 108 subjects who were chosen randomly. Subjects asked to fill their identity form that consists of name, age, gender, island of origin, parental education & occupation, their weight and height measured, then filled the questionnaires of knowledge, attitudes and behaviors about calcium intake.
At the end, researcher analyzed subject data’s and was looking for the relationship between them.The number of students that has good knowledge are 83 people (76,9%), positive attitude are 91 people (84,3%), poor behavior are 89 people (82,4%). There was no significant relationship between knowledge with attitudes about calcium intake (p>0.05,Fishertest), and knowledge with behavior about calcium intake (p>0.05,Fishertest). But, there was significant relationship between attitudes with behavior about calcium intake (p <0.05, Fishertest). There was no relationship between age, gender, and island of origin with the knowledge about calcium intake (p>0.05,ChiSquare), and between parent’s education level with knowledge about calcium intake (p>0.05,Kolmogorov-Smirnov). Knowledge about calsium intake had no significant relationship with attitudes and behaviors of calcium intake, while attides about calsium intake have a meaningful relationship with the behavior of calcium intake.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library