Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Inge Sutanto
"Dalam penelitian ini, prevalensi dan titer IgG total dan IgG subkelas (IgGI, IgG2, IgG3 & IgG4) terhadap peptida RESA dinilai pada 108 penduduk yang terdiri dari 24 anak-anak di bawah usia 10 tahun dan 84 penduduk di atas usia 10 tahun yang menggunakan kelambu celup insektisida. Pengambilan serum dilakukan setiap tahun, selain daripada itu juga dilakukan pemeriksaan darah yang diwarna Giemsa untuk melihat angka parasit.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pada kelompok di bawah 10 tahun, prevalensi IgG total meningkat secara perlahan-lahan selama 2 tahun (1993: 20,8%; 1994: 25%; 1995: 41,7%) walaupun prevalensi infeksi P. falciparum menurun (1993: 33,3%; 1994: 8,3%; 1995: 0%). Sedangkan pada kelompok umur di atas 10 tahun, prevalensi IgG total ini stabil selama penelitian (1993: 77,4%; 1994: 77,4%; 1995: 79,8%), walaupun prevalensi parasitemia juga menurun (1993: 11,9%; 1994: 1,2%; 1995: 1,2%), Analisa secara kuantitatif, memperlihatkan penurunan titer IgG total pada 68 individu yang IgG total terhadap RESA positif, baik sebelum maupun setelah intervensi (744,9 ± 4,3 menjadi 543 ± 4,3 ; nilai p= 0,046). Pada kelompok individu yang mengandung IgG subkelas terhadap RESA (> 10 tahun) sebelum dan sesudah intervensi, ditemukan juga penurunan titer rata-rata geometrik secara bermakna pada IgG3 (72 ± 2,6 menjadi 36,7 ± 2,6) (p=0,4045) dan IgG4 (28,1 ± 1,7 menjadi 15,5 ± 2,7) (p=0,0208).
Sebagai kesimpulan penggunaan kelambu celup insektisida dapat menurunkan respons imun humoral sekelompok penduduk desa secara kuantitatif, sedangkan pada kelompok di bawah 10 tahun terlihat peningkatan prevalensi pengandung IgG total RESA.
1. Latar belakang
Sampai saat ini penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Setiap tahun dilaporkan lebih kurang 120 kasus klinis malaria dengan 300 juta pengandung parasit dan 2,5 juta penderita meninggal karena malaria (WHO, 1994). Di Indonesia, penyakit ini banyak dijumpai di luar Jawa-Bali, terutama di Indonesia Bagian Timur. Menurut laporan Departemen Kesehatan prevalensi malaria di daerah tersebut dapat mencapai 5%, sedangkan di Pulau Jawa-Bali annual parasite incidence (API) biasanya kurang dari 5% (Arbani, 1991).
Di daerah endemis tinggi, biasanya gejala klinis tidak begitu menonjol, karena penduduknya sudah kebal secara alami. Di daerah ini biasanya yang menderita adalah anak di bawah 5 tahun, sedangkan di daerah dengan tingkat endemisitas rendah, baik anak maupun orang dewasa bila terinfeksi mudah menderita malaria berat karena kedua kelompok itu belum mempunyai kekebalan. Kekebalan alami terbentuk setelah penduduk terpapar parasit malaria selama bertahun-tahun, dan memerlukan pemaparan berulang-ulang; untuk mempertahankannya diperlukan kontak terhadap parasit yang berkesinambungan.
Pada tahun 1983, WHO mencanangkan program penanggulangan malaria dengan menggunakan kelambu yang dicelup insektisida. Hal ini dapat mengurangi paparan terhadap parasit. Sehingga timbul pertanyaan : apakah penurunan paparan parasit di daerah tersebut akan mempengaruhi respons imun penduduk daerah penelitian?"
Depok: Universitas Indonesia, 2000
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Inge Sutanto
"Angka parasit dan angka limpa yang biasanya digunakan untuk menentukan keadaan penyakit malaria di suatu daerah mempunyai beberapa kendala. terutama bila diaplikasi di daerah hiper atau holoendemi dimana faktor kekebalan turut memegang peranan penting. Karena itu diparlukan cara lain untuk menutupi kekurangan tsb, misalnya dengan melakukan pemeriksaan seroepidemiologi. Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan seroepidemiologi. 616 serum penduduk berbagai daerah endemi (meso-hiper-holo) diberbagai desa, kecamatan Mimika Timur, Fak-Fak, Irian Jaya, dengan menggunakan antigen stadium skizon P.falciparum yang dikultur secara in vitro sesuai dengan metode Trager & Jansen.
Hasilnya menunjukkan 84.1% (5187616) penduduk yang diperiksa mengandung zat anti skizon P.falciparum. Hubungan antara zat anti ini dengan malariometri: yaitu parasitemia menunjukkan bahwa titer positif rata-rata pada kelompok tampa parasitemia lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok dengan parasitemia (Mann-WhitneY, P=0.0419), sebaliknya titer positif rata-rata pada kelompok dengan splenomegali lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok tanpa splenomegali (Mann--Whitney, P=0.0126). Sadangkan berdasarkan tingkat endemisitas, ditemukan perbedaan bermakna baik angka seropositi.f maupun titer positif rata-rata antara desa meso dengan hiperendemik (chi-square, p=0.00000 ; Kruskal-Wallis, p=0.0000) dan antara: meso dengan holoendemik (chi-square, p=0.0000 ; Kruskal--Wallie, p=0.0000)."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Inge Sutanto
Jakarta: UI-Press, 2005
PGB 0150
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Inge Sutanto
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999
D1775
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library