Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hiqma Nur Agustina
"Kehadiran Lembaga Pendidikan sebagai alternatif pilihan bagi siswa lulusan SMU yang tidak diterima di Perguruan Tinggi Negeri maupun bagi karyawan dan para profesional yang ingin menambah wawasan dan khasanah keilmuan mereka dirasakan cukup bermanfaat. Untuk lebih meningkatkan peran dan partisipasi lembaga pendidikan non-formal di masyarakat maka diperlukan keberadaan sosok public relations. Peran dan tugas public relations disini untuk mewakili keberadaan dan citra lembaga pendidikan selain untuk mengatasi segala bentuk permasalahan yang berkaitan dengan kehumasan.
Permasalahan yang timbul adalah peran dan fungsi seorang praktisi public relations ini dirasakan kurang cukup berperan dan penting maka tidak banyak lembaga pendidikan yang mendirikan satu departemen tersendiri untuk bagian humas. Ada kecenderungan untuk menggabungkan divisi Humas dengan divisi yang lainnya dengan alasan efisiensi. Keberadaan public relations ini seharusnya berada pada level top manajemen sehingga dapat memberikan masukan pada tingkatan manajemen lembaga.
Tesis ini menjelaskan tentang sejauh mana efektivitas fungsi dan peran Humas Lembaga Pendidikan LM PATRA dan Interstudi serta kendala dan tantangan yang dihadapi oleh kedua lembaga pendidikan tersebut. Konsep-konsep yang digunakan dalam hubungannya dengan penulisan ini adalah menyangkut fungsi dan peran Humas, strategi manajemen Humas dan strategi komunikasi lembaga pendidikan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif, dengan tipe penelitiannya adalah deskriptif yang dianalisa dalam bentuk studi kasus. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kedudukan Humas di kedua lembaga pendidikan ini belum berdiri sendiri tetapi masih digabungkan dengan divisi lain, walaupun pernah dibentuk satu divisi khusus Humas namun dengan alasan efisiensi maka divisi Humas tersebut ditiadakan kembali.
Sementara permasalahan mengenai target penerimaan jumlah siswa, staf pengajar yang berkualitas, serta persaingan yang semakin kompetitif dari lembaga pendidikan lainnya masih menjadi kendala bagi lembaga pendidikan LM PATRA dan Interstudi.
Untuk mendapatkan citra yang baik maka diperlukan strategi manajemen yang baik, salah satunya adalah dengan meningkatkan hubungan dengan pihak-pihak yang menjalin kerjasama dengan lembaga pendidikan yang dalam hal ini diwakili oleh seorang public relations. Mengingat betapa pentingnya peran dan fungsi public relations maka sudah sepantasnya keberadaannya turut diperhatikan di lembaga pendidikan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T10644
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hiqma Nur Agustina
"Penelitian ini mengkaji dua teks karya penulis diaspora laki-laki dan perempuan Afghanistan dengan judul A Thousand Splendid Suns karya Khaled Hosseini dan My Forbidden Face dan karya Latifa. Dua teks yang mengusung tema represi dan kekerasan ini dikaji dengan menggunakan teori naratologi dan fokalisasi Gerard Genette, konsep kelas sosial, represi, resistensi, relasi gender, serta feminisme Islam dan feminisme Poskolonial. Penelitian ini melihat kondisi perempuan Afghanistan di era 1978-2003 sebagai akibat dari konstruksi kelas dan gender yang dilatarbelakangi oleh kultur patriarki serta untuk mengungkap kekuasaan, dominasi, dan ketidaksetaraan gender dipraktikkan, direproduksi atau dilawan oleh teks. Diperbandingkan pula sejauh mana kedua penulis ini memiliki kesamaan atau perbedaan dalam mengungkapkan peran gender dan budaya patriarki dalam membentuk represi terhadap perempuan Afghanistan. Hasil penelitian adalah terdapat dua jenis fokalisasi dan narator dalam kedua teks, yaitu fokalisator ekstern dan heterodiegetic narator dalam ATSS dan fokalisator intern dan homodiegetic narator dalam MFF. Strategi naratif kedua penulis adalah berupa penggunaan kata, frasa, dan kalimat yang dengan tepat merefleksikan represi dan kekerasan pada tokoh-tokoh perempuan di dalam kedua teks. Kesamaan kedua penulis adalah keberpihakan mereka dalam melawan konstruksi sosial masyarakat Afghanistan yang sangat patriarkis sehingga muncul represi dan resistensi sebagai imbas dari ketidaksetaraan gender, perbedaan, dan stratifikasi kelas dan etnis, penafsiran terhadap tafsir atau hadis, dan penerapan aturan dari rezim Taliban. Namun, resistensi yang dihadirkan pada beberapa fokalisasi oleh fokalisator ekstern dan intern pada kedua teks juga memunculkan ambivalensi yang justru berpotensi mengukuhkan konsttuksi gender yang tidak menguntungkan perempuan.

This study examines two texts written by Afghan diaspora writers with the title A Thousand Splendid by Khaled Hosseini and My Forbidden face by Latifa. The two texts that raises the theme of repression and violence are examined by naratologi theory and focalization of Gerard Gennete, the concept of social class, repression, resistance, gender relations, Islamic and Postclonial feminism. This study is intended to explore the condition of Afghan women in the 1978-2003 era as a result of class and gender constructions based on patriarchal culture and reveal how power, dominance, and gender inequality are practiced, reproduced or opposed by the text. In addition, it is necessary to compare the extent to which these two authors have similarities or differences in expressing the role of gender and patriarchal culture in shaping the repression of Afghan women. The result of the research shows that there are two types of narrators in both texts, external focalisator type and heterodiegetic narrator in ATSS and internal focalisator and homodiegetic narator in MFF. The narrative strategies of the two authors are in the form of using words, phrases and sentences that accurately reflect repression and violence on female characters in both texts. The similarity of the two author is their position against the social construction of a highly patriarchal Afghan society, resulting ini repression and resistance as the impact of gender inequalities, class and ethnic distinction and stratification, interpretation of Hadiths, and the application of the rules of the Taliban regime. However, the resistance presented to some focalizations by external and internal focalizator in both texts raises ambivalence and has the potential to strengthen gender construction that does not benefit women."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
D2556
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hiqma Nur Agustina
"Penelitian ini membahas kompleksitas penyajian cerita dan kompleksitas konflik dalam novel karya pengarang imigran Afghanistan, Khaled Hosseini yang berjudul The Kite Runner dengan menggunakan pendekatan struktural. Kompleksitas penyajian cerita terletak pada judul-judul bab yang tidak beraturan, pengaturan bab-bab yang menunjukkan kerumitan cerita, penyajian alur-alur bawahan dan narator. Konflik beragam yang dihadirkan dalam cerita turut menambah kompleksitas dari novel ini, yaitu konflik batin, konflik antar-etnis dan konflik antar-aliran keagamaan dengan latar ruang yang mengandung konflik, Afghanistan yang secara silih berganti menghadapi konflik politik dan konflik etnis. Sumber dari segala kompleksitas dal= The Kite Runner adalah narator sekaligus tokoh utama, Amir dengan segala sifatnya yang tertutup, sensitif, dan sangat diwarnai oleh budaya Pashtun yang rasialis dan angkuh. Rasa bersalah dan berdosa terhadap Hassan, sosok pelayan setia yang menjadi teman bermain dan sahabat ketika dia masih kecil senantiasa hadir menghantuinya bahkan ketika Amir sudah menjadi imigran di Amerika. Ketidakmampuan Amir untuk melepaskan diri dari jeratan rasa beisalah menyebabkan dirinya selalu mengaitkan pennasalahan yang hadir dalam kehidupannya sebagai akibat dari pengkhianatan yang dilakukannya terhadap Hassan. Kesadaran untuk menebus rasa bersalah membawa Amir kembali ke Afghanistan yang sedang dilanda konflik untuk menjemput seseorang yang masih tertinggal di Afghanistan, yaitu keponakannya SohratT, anak Hassan yang ternyata memiliki hubungan kekerabatan dengan sedirinya.

This research analyzes the complexity of presenting a story and the complexity of conflict in a novel which was written by an Afghanistan immigrant author named Khaled Hosseini, The Kite Runner with the structural method. The complexity of presentation can be seen through the chapter's tittles that are placed irregularly, the arrangement of chapters themselves showing the complexity of the story, the presentation of the subordinate plots and the narrator. The variety of conflicts which was presented in this novel adds the complexity deeper that are internal conflict, interethnic conflict, and inter ideology religion conflict with the setting background consisting of conflict, Afghanistan always face the political and ethnic conflict alternately. The main source from all the complexities in The Kite Runner is the narrator who also becomes the main character, Arnir with his introvert and sensitive behavior which was colored by Pashtun culture which is racialist and arrogant. Feeling guilty and sin to Hassan, his loyal servant who always stays as his best friend presents and haunts on Amir's mind even when he has lived as an immigrant in America. Amir's inability to release from all kind of his guilty feelings causes him relating every conflict with his betrayal to Hassan. His awareness to redeem his guilty and sin brings Amir return to Afghanistan that full of convicts to pick someone up that is still living there, his nephew, son of N Hassan, Sohrab who has a family relationship with him."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2007
T38092
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library