Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hendrianto
"ABSTRAK
industri kelapa sawit Indonesia pada saat ini perkembanganya cukup pesat. Hal ini
ditandai dengan adanya perusahaan?perusahaan yang melakukan pengembangaii dari
perluasan lahan perkebunan kelapa sawit maupun perusahaan-perusahuaan yang melakukan
investasi baru dalam industri minyak kelapa sawit di Indonesia.
Produk minyak kelapa sawit Indonesia sebagian dipasarkan di dalam negeri untuk
memenuhi kebutuhan bahan baku industri minyak nabati seperti industri minyak goreng,
industri makanan dan industri kosmetik. Sebagian Iainnya dipasarkan/diekspor ke luar negeri
baik langsung ke negara konsumen/pembelj maupun pemasaran melalui pasar lelang di
Amsterdam. Ekspor minyak kelapa sawit Indonesia merupakan salah satu primadona
penghasil devisa komoditi ekspor non migas. Peran dan kontribusi ekspor minyak kelapa
sawit Indonesia sebagai salah satu penghasil devisa dari tahun ke tahun terus meningkat.
Pemasaran minyak kelapa sawit Indonesia ke luar negeri selama ini masih mengandalkan
jalur pemasaran secara tradisional yang memang sudah sejak lama memiliki hubungan historis
perdagangan produk-produk industri perkebunan dengan Indonesia, misalnya dengan negara
negara Timur Tengah, Belanda maupun Pakistan. Terobosan terhadap pasar-pasar baru
minyak kelapa sawit yang cukup potensial misalnya negara-negara Amerika (Kanada.
Amerika Serikat), negara Amerika Latin maupun negara-negara Asia Iainnya seperti Cina
perlu dilakukan. Namun usaha terobosan pasar Iuar negeri ini perlu memperhatikan adanya
pesaing utama negara-negara eksportìr minyak kelapa sawit yang cukup kuat misainya
Malaysia yang selama ini merupakan negara pengekspor minyak kelapa sawit utama di pasar
dunia. Selain itu tumbuhnya negara negara produsen baru yang merupakan saingan potensial
sebagai negara produsen dan eksportir minyak kelapa sawit Indonesia misalnya negara Papua New Guinia maupun Ivory Coast perlu diperhatikan dan diperhitungkan.
Produsen minyak kelapa sawit Indonesia terdiri atas perusahaan badan usaha milik
negara (PT. Perkebunan Nusantara) dan beberapa perusahaan swasta di antaranuya PT. Astra
Agro Lestari tbk., PT. Perkebunun Nusantara dalam memasarkan minyak kelapa sawitnya ke
luar negeri maupun dalam negeri dilakukan rnelalui kantor pemasaran bersarna (KPB). PT.
Astra Agro Lestari dalam memasarkan produk minyak kelapa sawitnya dipasarkan langsung
di dalam negeri serta diekspor ke beberapa negara di luar negeri.
PT. Astra Agro Lestari sebagai salah satu produsen minyak kelapa sawit Indonesia
telah melakukan Iangkah antisipasi dalam rnenghadapi persaingan pasar global industri
minyak kelapa sawit yang semakin kuat. Langkah-langkah antisipasi yang dilakukan oleh PT.
Astra Agro Lestari bertujuan untuk menciptakan keunggulan daya saing produk minyak
kelapa sawit di pasar internasional. Beberapa langkah yang telah dilakukan PT. Astra Agro
Lestari untuk menciptakan keunggulan daya saing minyak kelapa sawitnya di antaranya
dengan mengakomodir issu-issu persaingan pasar komoditi primer di pasar internasional
misalnya produk minyak kelapa sawit yang ramah terhadap Lingkungan ISO 14001 serta
produk minyak kelapa sawit yang memiliki kualitas prima yaitu memiliki kadar lemak jenuh
(fatic acit) yang rendah sehingga aman terhadap kesehatan konsumen. Hal ini tidak hanya
dilakukan dalam rangka menghadapi persaingan terhadap produsen minyak kelapa sawit yang
ada di pasar dunia, namun juga dalam rangka menghadapi persaingan terhadap produk
subsitusi minyak nabati Iainnya seperti minyak kacang kedele dan negara Amerika Serikat
maupun minyak bunga matahari dari negara-negara Eropa.
Selain itu PT. Astra Agro Lestari juga melakukan peningkatan kemampuan kualitas
manajemen operasi perusahaan dalam industri minyak kelapa sawit maupun meningkatkan
sarana dan prasarana dalam rangka meningkatkan kualitas produk minyak kelapa sawit yang
dihasilkannya di antaranya dengan dukungan pusat sistim informasi untuk melakukan
monitoring operasi produksi pengolahan maupun pengelolaan perkebunan kelapa sawit yang
tersebar di lokasi-tokasi perkebunan. Di samping itu PT. Astra Agro Lestari perlu
meningkatkan kemampuan dan Core Competence yang dimiliki oleh perusahaan dalam
industri minyak kelapa sawit terutama dengan melakukan diversifikasi produk turunan
minyak kelapa sawit dengan memanfaatkan kemajuan teknologi produksi yang terbaru.
Produsen minyak kelapa sawit Indonesia di dalam melakukan persaingan pemasaran
minyak kelapa sawit di pasar dunia perlu melakukan strategi-strategi dalam rangka
menghadapi produsen pesaing minyak kelapa sawit di pasar internasional baik yang telah ada
selama ini maupun produsen pesaing baru. Strategi-strategi dalam melakukan persaingan
pemasaran minyak kelapa sawit Indonesia di pasar internasional dilakukan dengan tujuan
meningkatkan keunggulan daya saing (Competitive Advantage) komoditi minyak kelapa
sawit Indonesia di pasar dunia balk dalam menghadapi produsen minyak kelapa sawit pesaing
maupun dalam menghadapì produk subsitusi minyak kelapa sawit di pasar dunia. Strategi
strategi yang dipilih tergantung karakteristik produk minyak kelapa sawit yang dipasarkan
maupun lerhadap selera konsumen minyak kelapa sawit di pasar dunia.
Dalam menerapkan strategi persaingan pemasaran produk minyak kelapa sawit
Indonesia di pasar dunia. produsen minyak kelapa sawit Indonesia perlu melakukan analisis
analisis eksternal maupun internal perusahaan baik meliputi analisis industri minyak kelapa
sawit itu sendiri, analisis persaingan pemasaran minyak kelapa sawit maupun analisis
terhadap kemampuan yang dimiliki perusahaan produsen minyak kelapa sawit Indonesia.
Beberapa cara analisa yang dapat dipakai di antaranya analisa industri dengan Five Forces
Analisis maupun analisa persaingan dengan SWOT analisis.
Ada beberapa strategi yang dapat diterapkan oleh produsen minyak kelapa sawit
Indonesia dalam melakukan persaingan pemasaran minyak kelapa sawit di pasar dunia di
antaranya strategi aliansi, strategi cost leadership, strategi fokus, maupun strategi pasar global
dan multicountry di pasar internasional.
"
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T2910
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendrianto
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S39016
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andriansah Hendrianto
"Era globalisasi adalah era dimana tidak ada lagi batas antara satu negara dengan negara lainnya untuk saling berinteraksi. Lalu lintas orang barang, dan jasa sudah sangat ramai dan padat, sehingga kehidupan yang kita jalani semakin komplek dan dinamis menuntut kita dalam melakukan setiap tindakan harus Iebih berhati-hati dan harus memikirkan semua kemungkinan resiko yang akan terjadi agar tidak terjadi kerugian yang besar.
Melihat kenyataan ini maka diharapkan ada suatu lembaga atau badan yang dapat melindungi nasabah dan resiko. Untuk itu peranan jasa asuransi makin di butuhkan. Disamping sebagai sarana penjamin resiko, asuransi juga merupakan lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat untuk menunjang aktivitas pembangunan. PT X adalah perusahaan yang bergerak dibidang asuransi, khususnya asuransi jiwa.
Asuransi adalah suatu jasa yang besifat khusus dimana jasa yang diberikan tidak dapat dirasakan secara langsung saat kita mengkonsumsinya, tetapi yang diterima adslah manfaat psikologis dalam bentuk perlindungan tehadap resiko yang mungkin dialami oleh nasabah dimasa datang. Hal ini berbeda dengan industri jasa lainnya yang manfaatnya dapat dirasakan secara langsung seperti jasa kesehatan, pariwisata, perfilman dan lain-lain.
Dengan adanya deregulasi pemerintah yang kita kenal dengan PAKDES 1988, UU no 2 tahun 1992 tentang perasuransian, dan dengan masuknya Indonesia sebagai negara anggota APEC membuat iklim investasi khususnya disektor jasa asuransi jiwa tumbuh dengan cepat. Dampak dan pertumbuhan ini sangat berpengaruh bagi perkembangan PT X yang bergerak di bìdang asuransi jiwa.
Selain itu dampak krisis ekonomi yang berkembang menjadi krisis kepercayaan juga sangat mempengaruhi perkembangan usaha dari PT X Dampak krisis diawali dengan krisis ekonomi yang berawal dan melemahnya nilai tukar mata uang Rupiah terhadap $ US, kemudian berkembang menjadi krisis kepercayaan, akibat dari penutupan (likuidasi) sejumlah Bank oleh pemerintah.
Permasalahan yang ditimbulkan dari kedua masalah diatas adalah bagaimana perusahaan dapat memertahankan posisi kompetitif dalam persaingan industri asuransi jiwa yang semakin sengit.
Tujuan penulisan karya akhir ini adalah untuk mengetahui strategi bisnis yang dapat diambil PT X dalam menghadapi peluang dan ancaman sebagai danipak dan globalisasi dan kiisis ekonorni, agar perusahaan dapat mempertahankan posisi kompetitifnya dimasa depan.
Melalui analisis Iìngkungan usaha, yaitu analisis eksternal dan analisis industri diperoleh gambaran mengenai peluang dan ancaman yang akan dihadapi PT X dimasa depan. Beberapa peluang yang dihadapi PT X di masa depan adalah yang besar, perusakiaan asuransi jiwa dapat melakukan diversifikasi usaha seperti berusaha di bidang asuransi kesehatan, kecelakan, dan jaminan pensiun, perkembangan teknologi inforrnasi yang cepat, pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam kurun waktu 2-3 tahun ke depan akan mengalami perbaikan.
Terdapat beberapa ancaman yang dihadapi PT X dimasa depan, diantaranya adalah kesadaran masyarakat untuk berasuransi (Insurance minded) masih kurang, kemudahan yang diberikan oleh pemerintah kepada perusahaan asing (PMA) untuk berinvestasi di sektor asuransi jiwa sehingga makin banyak perusahaan asuransi jiwa baru yang muncul, krisis kepercayaan terhadap institusi lembaga keuangan.
Melalui analisa lingkungan internal, diperoleh gambaran bahwa PT X memiliki kekuatan dalam hal reputasi yang baik karena sudah memiliki pengalaman (learning curve), merek (brand) yang terkenal di Indonesia, penguasaan jalur distribusi, agen yang banyak, pangsa pasar yang besar, dan beroperasi secara efisien.
PT X juga mempunyai kelemahan yaitu terlambat dalam penguasaan teknologi, birokrasi yang sangat rumit, kurangnya sumber daya manusia yang berpendidikan tinggi, kurang melakukan promosi, struktur organisasi yang tidak fleksibel yang tidak mengarah ke konsumen seperti tidak adanya divisi R&D, riset pemasaran, hubungan masyarakat (public relation), dan manajemen informasi.
Berdasarkan kondisi eksternal dan internal perusahaan maka strategi tingkat bisnis yang dapat diambil oleh PT X adalah strategi fokus biaya rendah (low cost). Hal -hal yang disarankan untuk mendukung strategi fokus biaya rendah adalah melakukan restrukturisasi perusahaan, revitalisasi sumber daya yang dimiliki perusahaan, melakukan privatisasi, melakukan segmentasi dan reposisioning agar target pasar menjadi jelas, kerjasama dalam hal pembuatan produk dan pemasaran dengan perusahaan asuransi lain dan penguasaan teknologi informasi."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wisnu Hendrianto
"PT Sarana lnsan Muda Selaras (SIMS) sedang dalam tahap upaya penyediaan jasa internet di Ciputat. Dengan kondisi terhatasnya sumber daya parusahaan dan adanya jasa internet dari Internet Services Provider (ISP) lain, perlu dilakukan upaya penyadisan jasa internet yang tepat untuk dapat memberikan jasa internet yang lebih memuaska.n daripadajasa internet kompetilomya. Oleh karena itu, dilakukan penelitian dengan menggnnaka.n metode integrasi Servqual dan K.arro Model ke dalam QFD, yang bertnjuan untuk mengukur kondisi knalitas jasa internet yang telah ada di Ciputat dan menghasilkan House of Quality yang kesimpulannya dijadikan usulan prioritas aspek teknis untuk penyediaan jasa internet di Ciputat. Dari basil penguknran terhadap 18 atribut jasa internet yang telah ada di Ciputat dengan menggnnakon Servqual, disimpulkan bahwa seluruh atribut jasa internet belum memiliki kualitas yang bagus. Seluruh atribut jasa internet yang ada memilikl gap skor negati:f dengan rata-rata sebesar -1,16. Sedangkan dari penggunaan Kano Model, dapat diklasifikasi kategori atribut-atribut tersebut, 5 atribut kategori A (Attractive), 5 atribut kategnri 0 (One-dimensional) dan 8 atribut kategori M (Mustbe). Sebagai kesimpulan dari matrik House of Quality, aspek teknis yang perlu diprioritaskan PT SIMS untuk penyediaan jasa internet di Ciputat ada1ah: (i) penyediaan konekai via llX, (ii) penyediaan variasi bamiwidth untuk pengguna, (iii) pemelibaraan jaringm, (iv) penyediaan koneksi internasional via satelit, (v) penggunaan bandwidth monitoring, (vi) penyedia.an sarana entertainment, (vii) support online 24 jam, (viii) optimasi responses center, (ix) penyediaan rekening di bank dan (x) program pelatihan I training.

PT Sarana lnsan Muda Selaras (SIMS) is currently nndergoing a project to provide internet services in the Ciputat area With limited company resources and competing with other Inremet Service Providers (ISP), PT SIMS must present a better internet service options than their competitors. The research on the subject utilizes integtating Servqual and Kano Model into QFD method to obtain information on 1he quality of internet service providers in the Ciputat area and to generate a House of Quality that the conclusion will be technical aspect priority recommendations for internet services provision in Ciputat As 1he outcome of the research by Servqual, results from 18 attributes in the Ciputat area shows that all internet services attributes are still low in performam:e. All of them have a negative gap score mean is -1,16. In addition, 1he Kana Model resulted 1he classification of those attributes wieb are: 5 attributes of category A (Attractive), 5 attributes of category 0 (One-dimensional) and 8 attributes of category M (Must-be). As conclusion from the House of Quality matrix, recbnical aspect priority recommendations for PT SIMS to provide internet services in the Ciputat area are as follows: (i) provision of internet with the connection via IIX, (il) provide multi bandwidth inrernet options for users, (iii) continuous maintenance of network, (iv) provision of international connection via satellite, (v) utilize a bandwidth monitoring system in the network, (vi) provision of entertainment services, (vii) provision of a 24 hours online support, (viii) optimize responses center, (ix) optional payment services via bank transfer, and (x) 1he provision of training progouus."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S50349
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riandhika Yudi Hendrianto
"Penelitian ini membahas mengenai teknik manufaktur dengan skala mikro yang dilakukan dengan metode micro-milling berbasis kepada olah citra 2D. Tekstur part mikro dihasilkan dengan mesin micro-milling 3 axis. Pada metode olah citra yang dikembangkan pada metode olah citra 2D ini data input citra akan mengalami tiga proses sebelum dilakukan pemesinan. Pertama, data mapping digunakan untuk mengkonversi data yang di dapat dari input citra (intensitas pixel dan resolusi citra) menjadi data ukuran untuk pemesinan: tinggi maksimum, panjang dan lebar (mm) dari tekstur. Pada penelitian ini intensitas citra digunakan sebagai pengontrol kontur dari tekstur mikro dan resolusi sebagai pengatur luas pengerjaan pada benda kerja. Kedua, data intensitas dari citra tersebut dikonversi menjadi data kontur 3D dari tekstur mikro yang telah ditentukan pada langkah pertama. Ketiga, digunakan algoritma smoothing pada data kontur untuk mendapakan permukaan smooth yang dapat dilakukan pemesinan. Untuk koordinat pergerakan pemakanan pada proses pemesinan digunakan metode gouging avoidance sehingga pergerakan pemakanan mengikuti pola citra 2D yang digunakan. Hal ini dilakukan dengan citra beresolusi 127x150 pixel dan 254x300 pixel. Setelah data 3D dari tekstur mikro sudah dapat dihasilkan, perancangan tool path dilakukan untuk mendapatkan part mikro dengan tekstur yang sudah dirancang pada metode olah citra yang dilakukan pada tahapan sebelumnya. Pemesinan sudah dapat dilakukan dan dari metode olah citra 2D yang dibahas pada penelitian ini dapat dijadikan salah satu metode untuk pemesinan permukaan part mikro.

This research focuses on developing method to produce 3D micro-texture on micro-part based on 2D image. The micro-texture itself is manufactured by 3-axis micro-milling. In the developed method, a 2D square image with desired pattern is used as input data and a three processing-step is required afterward. First, three prescaled-mapping values are set accordingly and used to convert the image data (pixel intensity and image resolution) into specified dimension: maximum height, length and width (mm) of the texture. In this case, the image intensity is used to control maximum contour height of micro-texture, and the resolution is used to set desired dimension of the texture. Second, pixel intensity data of the image is then converted into 3D contour-height data of micro-texture based on the prescaled-mapping values determined in the first step. Third, smoothing algorithm is then carried out to the contour-height data to obtain a more reasonably smooth surface. The movement coordinate data of the machining process is generated with gouging avoidance methods that follow the pattern of 2D images. 2D input images with different resolution: 127 x 150 pixels and 254 x 300 pixels were used to test the algorithm. Once the 3D micro-texture data is ready, tool path generation is then carried out to produce micro-part with the designated texture on it. The result shows that the developed method can successfully produce 3D micro-texture thus can be further used for micro-texture surface machining."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42659
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wisnu Hendrianto
"ABSTRAK
After four years of implementation of the Village Fund Program, although there were concrete results from the implementation of programs such as the establishment of various basic infrastructures in many villages, the number of cases of misuse of village funds by village heads showed that there were still serious problems in the governance of program implementation and accountability. In many cases, this is due to the ineffective participation of the village community in implementing the program. There is no community participation at all, or even if the community participate, their inability to support the weak village governments in managing village funds properly has resulted in the ineffective implementation of programs and uncontrolled corruption. In this regard, there is a strong correlation of the level of competence and public education with the effectiveness of community participation. A better level of community knowledge will not only increase the level of community participation in the process of policymaking and the implementation of the program but also the quality of the policies made and the results of programs that affect the community. To implement the Village Fund Program effectively and to derive better results through more effective community participation, the Indonesian Government must focus its efforts on increasing communitys capacity to participate in program implementation both through formal and informal education or enhance the role of Non Governmental Organizations in community empowerment. "
Jakarta: Kementerian PPN/Bappenas, 2019
330 BAP 2:2 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library