Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 109 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hayati
"Permasalahan inti dari penelitian ini adalah diskriminasi jender yang dialami petani perampuan dalam kegiatan penyuluhan pertanian tanaman pangan. Keadaan dernikian juga terjadi di Desa Lingsar dan Desa Mareje, di Kabupalen Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Oleh karena itu, penelitian ini mengungkapican keikutsertaan rnereka pada kegiatan penyuluhan itu dan permasalahan yang dialaminya Penelitian deskriptif kualitatif ini berperspektif perempuan. Data primer dikumpulkan melalui diskusi kelompok terfokus dan wawancara mendalam pada delapan belas orang subjek penelitian Kemudian, data yang telah dipindahkan ke dalam hentuk transkrip verbatim dianalisis, Hasilnya diinterpretasikan dengan analisis jender. Di samping itu, analisis jender juga dilakukan terhadap dokumen.
Penelitian ini menemukan bahwa petani perempuan Sangat sedikit yang pernah diikutscnakan dalam kcgiatan penyuluhan ilu walaupun mereka bcrpcran sangal nyala cialam pelaksanaan pekeljaan dan pengambilan keputusan dalam kegiatan usaha tani. Padahal rncreka mempunyai keinginan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam bemsaha tani_ mempunyai sifat selalu menghargai undangan untuk mengikuti kegiatan penyuluhan itu, mempunyai kemampuan untuk mengelola waktu, dan tidak ada larangan bagi mereka untuk mengikuti kegiatan penyuluhan itu.
Permasalahannya adalah bahwa PPL selama ini tidak pemah mengundang mereka untuk mengikuti kegiatan penyuluhan itu. Hal ini karena pejabat instansi terkait dan PPL meyakini dan melestarikan pembagian kerja berdasarkan jcnder dan stereotipe peran jender yang berlaku di masyarakat. Jadi, peran reproduktif perempuan digunakan sebagai alasan untuk menyingkirkan perempuan dari kegiatan penyuluhan itu.
Perilaku komunikasi petani perempuan menunjukkan bahwa pada dasamya mereka biasa hidup bcrkelompok. Mereka tidak pcmah memanfaatkan radio, televisi, dan media cetak untuk mencari intbrmasi tentang kegiatan berusaha tani. Mereka mencari informasi itu kepada petani lain. Selain itu, hal-hal yang dapat meniadi masalah bagi mereka untuk berparlisipasi pada kegiatan penyuluhan itu adalah waktu dan tempal pelaksanaan penyuluhan yang tidak direncanakan dengan baik, materi yang tidak menarik dan menguntungkan, manfaatnya yang tidak dirasakan bagi mereka, metode yang tidak tepat bagi mereka yang kebanyakan buta huruf dan ketidakmampuan mereka dalam berkomunikasi pada pertemuan penyuluhan dalam kelompok gabungan karena sikap peserta petani laki-laki yang tidak mendukung mereka untuk aktif berkomunikasi.

The core problem of this investigation is the gender discrimination laced by female farmers in extension activities on crops. The discrimination happens at Lingsar and Marcje villages, in West Lombok District, West Nusa Tenggara Province. Therefore, this study examines their participation on the extension and the problems they face.
The recent descriptive-qualitative study addresses female farmer perspective. Primary data was collected through focused-group discussion and in-depth interview with eighteen study subjects. Then, the data, which has been transcribed into verbatim, was analyzed. Result was interpreted through gender analysis. Documentary data was also analyzed through gender analysis.
It is found that few female farmers have been asked to participate in the extension activities although they play an important and real role on the decision-making and implementation of the farming activities. In fact, they also nccd to increase their knowledge and skill trough extension. always appreciate any invitations on the extension, are able to manage their time, are not forbidden to attend the extension. The problem is that PPI. has never invited them so far to join the extension. PPI. and other related institutions tend to distribute gender division of labor and gender role stereotype in society. Therefore, women?s reproductive role is the reason used to exclude female farmers from extension activities.
Female-farmer-communication behavior shows that they basically live in group. They never use radio, television, and printed media to get information about farming business. They get information from other farmers. Their problems in participating on the extension activities include; unprepared time and place of the extension, uninteresting and unprofitable materials given, and the significance of the extension. inappropriate method used as most of them are illiterate, and their anability to communicate in extension meeting due to male farmers? attitude which does not support them to actively communicate are also the female farmers? problems in attending extension.?
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2000
T32913
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Chusnul Hayati
"History of Jepara, and the on the leadership of Ratu Kalinyamat, a daughter of the 3rd Sultan of Demak, Jepara, Central Java Province"
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2000
959.801 CHU p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Anik Puji Hayati
"ABSTRAK
Telah dilakukan sintesis senyawa 3-hidroksi pikolinil serin oktil ester (PSOE) dan turunannya melalui 3 tahap reaksi, yaitu sintesis senyawa oktil serin ester p-TsOH, sintesis senyawa PSOE dan sintesis senyawa PSOAE, PSOHE, PSOOE, PSOPPE. Sintesis senyawa oktil serin ester p-TsOH memberikan hasil 69,9 %. Sintesis senyawa PSOE memberikan hasil 29,7 %, sedangkan sintesis senyawa PSOAE, PSOHE, PSOOE dan PSOPPE berturut-turut memberikan hasil 31,8 %, 67,7 %, 40 % dan 46,17 %. Hasil uji aktifitas antibiotika terhadap mikroba E. coil, S. aureus, B. subtilis dan C. albicans menunjukkan bahwa senyawa hasil sintesis memberikan aktifitas anti bakteri paling baik terhadap B. subtilis dan aktifitas anti jamurnya lemah terhadap C. albicans. Hasil uji brine shrimp Artemia salina (BSLT) menunjukkan efek toksisitas senyawa PSOOE > PSOHE > PSOAE > PSOE > PSOPPE.

ABSTRACT
The Syntheses and Bioassay of Novel Antibiotics 3-Hidroxy Pycolinyl Serine Octyl Ester and its DerivativesThe 3-hidroxy pycolinyl serine octyl ester (PSOE) and its derivatives i.e. PSOAE, PSOHE, PSOOE and PSOPPE have been synthesized. These compounds were synthesized in three step reactions. The first step produced serine octyl ester p-TsOH in 69,9 %. The second step resulted PSOE in 29,7 %. The last step produced PSOAE, PSOHE, PSOOE and PSOPPE in 31,8 %, 67,7 %, 40,0 % and 46,17 % respectively. The biological assay of these compounds showed activity against E. coil, S. aureus, B. subtilis and C. albicans, in which the activity against B. subtilis was the strongest. In fact the activity of these compounds were stronger than that of standard antimycin A. The activity of these compounds showed no activity against fungus C. albicans. The Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) by using Artemia salina was performed to show toxicity of these compounds. The toxicity was PSOOE > PSOHE > PSOAE > PSOE > PSOPPE.
"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tety Mudrika Hayati
"ABSTRAK
Kajian ini berusaha mengemukakan kebijakan yang dilakukan ASEAN dan kepentingan negara-negara besar di bawah Asia Pasifik dalam upaya membangun masalah-masalah keamanan di kawasan tersebut.
Kajian ini untuk menjelaskan bagaimana ARF pada saat ini sebagai realisasi yang paling dekat dalam konsep keamanan kooperatif. Dengan menjelaskan konsep itu sendiri dan usulan Australia tentang keamanan kooperatif dengan menjelaskan bagaimana ARF dibangun berdasarkan pengalaman ASEAN sebagaimana ASEAN mengadopsi usulan Australia tentang keamanan kooperatif begitu juga upaya-upaya yang telah di lakukan ARF.
Kajian ini melihat bahwa situasi keamanan pasca perang dingin di negara-negara besar, yang menimbulkan ketakutan dan ketidakpastian dan hal ini membuktikan bahwa kawasan Asia Pasifik masih kurang mempunyai kerangka multilateral, adanya perlombaan senjata serta isu-isu teritorial dan kedaulatan.
ASEAN menyadari perlu mempraktekkan sejumlah elemen dari keamanan kooperatif dalam hubungan antar negara. Australia dengan didukung oleh negara-negara besar telah sepakat untuk menjadikan PMC dalam mempromosikan usulan-usulan mereka. Oleh karena itu ARF memberikan bobot politis untuk merealisasikan pemikiran keamanan kooperatif.
Kajian ini menyimpulkan bahwa ARF merupakan realisasi dari konsep keamanan kooperatif. Keamanan kooperatif menjadi konsep yang paling baik bagi isu-isu keamanan di kawasan Asia Pasifik dan ARF sebagai wahana terbaik untuk membahas isu-isu tersebut.
Kajian ini juga merekomendasikan bahwa ARF harus mengembangkan peranannya melalui dialog-dialog yang tidak resmi serta pertukaran informasi untuk mencapai ketahanan dan keamanan di kawasan. Hal yang terpenting adalah apabila ARF mampu mencapai hasil yang nyata."
2002
T2467
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Hayati
"Pendidikan tenaga kesehatan diselenggarakan untuk memenuhi kehutuhan tenaga kesehatan, baik dalam jumlah, jenis dan mutunya sesuai dengan kebutuhan program kesehatan dan kebutuhan pasar kerja.
Pendidikan tenaga kesehatan diarahkan agar lulusannya memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap professional serta sistem nilai yang diperlukan untuk mampu melaksanakan tugas dan fungsinya serta mampu bersaing untuk merebut pasar kerja global bahkan menciptakan peluang kerja bagi tenaga kesehatan lainnya.
Agar penyelenggaraan pendidikan tenaga kesehatan berlangsung sesuai dengan ketentuan, dan dapat menghasilkan lulusan yang profesional di bidangnya, Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan telah berupaya meningkatkan kualitas penyelengaraan pendidikan tenaga kesehatan melalui akreditasi institusi.
Penelitian ini ingin mengetahui tentang hubungan akreditasi dengan mutu lulusan Program Pendidikan Tenaga Kesehatan di Propinsi DKI Jakarta tahun 2002. Metode penelitian crossectional berlokasi di DKI Jakarta, menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Pusat Diknakes dan institusi pendidikan, waktu penelitian 7 Juni s/d 7 Juli 2003, populasi penelitian semua institusi pendidikan D III baik milik Depkes, ABRI dan swasta yang menyelenggarakan ujian akhir program (UAP) dan telah terakreditasi.
Hasil penelitian diperoleh gambaran mutu lulusan Program Diploma III Pendidikan Tenaga Kesehatan di Propinsi DKI tahun 2002 adalah sebagai berikut: rata-rata IP Semester lulusan adalah 2,78, rata-rata nilai UAP yaitu 3,052, dan rata-rata nilai IPK adalah 2,936, nilai akhir akreditasi JPT diknakes di DKI adalah 79,59, hubungan antara akreditasi dengan indeks prestasi, UAP, IPK dan hubungan komponen akreditasi dengan program pendidikan tidak menunjukan hubungan yang bermakna pada alfa 5%, namun terdapat perbedaan yang bermakna pada rerata nilai akreditasi komponen lintas sektoral berdasarkan jenis Diknakes (Kebidanan, keperawatan dan lainnya), rerata nilai komponen sarana prasarana, situasi umum dan nilai akhir akreditasi pada jenis program (program umum dan program khusus), rerata nilai komponen ketenagaan, sarana prasarana dan nilai akhir akreditasi berdasar status kepemilikan (Pemerintah dan Swasta) serta rerata nilai IPS dan IPK berdasar jenis program.
Kondisi tersebut dapat disebabkan oleh proses penyelenggaraan pendidikan yang belum sesuai dengan kaidah-kaidah yang ditetapkan, input kurang baik, tenaga dosen yang tidak tepat, materi pengajaran kurang cocok, sarana penunjang yang kurang memadai dan sistim administrasi kurang tepat. Lahan praktek, proses pendidikan dan pengajaran yang masih belum sesuai.
Kesimpulan hasil penelitian ini adalah rata-rata nilai akreditasi secara umum masih rendah, tidak ada hubungan antara komponen-komponen dengan mutu lulusan baik rerata IPS, UAP maupun IPK. Berdasarkan hasil penelitian penulis menyarankan perlunya standardisasi IPK, pembenahan dalam berbagai komponen akreditasi, ujian akhir program dan proses penyelenggaraan pendidikan.
Pustaka 36 (1980 - 2003)

Analysis on Relationship between Accreditation Scores to Quality of Graduates from Diploma III of Health Manpower Education in Province of Jakarta, year of 2002Health manpower education is provides health manpower, in terms quantity, type, and quality for health programs and also market demand. Health manpower education directed to graduate health professionals which have good skills and knowledge for competition in global market even to create job opportunity for other health professionals.
In order to ensure health manpower education program as expected, The Center of Health Professional Education continually improve quality of health manpower education program through institutional accreditation system.
This study objective is to find out relation between accreditation and quality of graduate of Health Manpower Education Program in the province of Jakarta, in the year of 2002. This study used cross sectional design and carried out in Jakarta, used secondary data gained from The Center of Health Manpower Education (Pusdiknakes). The time of study is from June 7th to July 7'h, and study population is all Diploma III institutions belong to Department of Health, military owned, and privates which have carried out program's final examination (UAP) and have been accredited.
Based on the results of this study, description of quality of graduate Diploma III program of Health Manpower Education in province of Jakarta is following; average of grade index semester (IP) is 2,78, average of UAP is 3,05, and average of GPA is 2,936, total of JPT accreditation scores of Diknakes in province of Jakarta is 79,59, relation between accreditation with IP,UAP, IPK and relation of accreditation components with education program have no significant relationship in a =5%, but there is a significant relationship on average scores of inter sector accreditation components based of type of Diknakes (midwifery, nursery, etc..), average scores on facility and infrastructure, general situation, and final scores of accreditation on type of programs (general program and special program), average scores on manpower, facility and infrastructure, and final scores of accreditation based on ownership status (government and privates), and average scores on IPS and IPK based on type of programs.
This condition could be caused by educational processes that did not conform norm that has been determined, have no better input, lecturer, inappropriate education material, inadequate infrastructure and administration system non suitable.
Conclusion of this study is average scores of accreditation in general is still low, no relationship between components with quality of graduates in terms of IPS, UAP, or IPK. Based on the results, it is recommends that there should be IPK standardization, restructuring the components of accreditation, final examination of program and educational processes.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T13052
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ace Yati Hayati
"Indonesia sebagai suatu negara yang sedang berkembang dengan keadaan lingkungan dan perilaku masyarakat yang kurang menguntungkan maka penyakit menular masih merupakan masalah dari kesehatan masyarakat. Penyakit yang mendapat prioritas untuk diadakan upaya pemberantasan adalah penyakit yang memiliki angka kesakitan dan kematian yang tinggi, terutama yang menyerang golongan anak-anak dan golongan usia produktif yang diantaranya adalah penyakit diare. Oleh karena itu dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui faktor - faktor air bersih dan jamban yang berpengaruh terhadap kesakitan diare pada balita.
Penelitian ini menggunakan analisis data sekunder dengan pengumpulan data secara "cross-sectional" di Kabupaten Belu Prop. NTT. Desain penelitiannya adalah "case-control".
Kasus adalah rumah tangga yang ada balita sakit diare, sedangkan kontrol adalah rumah tangga yang ada balita tidak sakit diare di daerah yang sama.
Penelitian ini dilakukan pada 49 kasus dan 260 kontrol, dengan 11 variabel independen dan 1 variabel dependen, yaitu diare balita. Dari analisis regresi logistik multivariat diketahui besarnya pengaruh setiap faktor yang diteliti dengan mengendalikan semua faktor lain yang ikut mempengaruhi asosiasi tersebut.
Telah dibuktikan dengan analisis bivariat adanya faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko diare pada balita, yaitu, kuantitas air, kondisi jamban dan faktor yang secara tidak langsung mempengaruhi yaitu jumlah anggota rumah tangga dan kekayaan yang dimiliki.
Penelitian ini berrnaksud untuk mempelajari dampak penyediaan air bersih dan jamban terhadap diare balita daiam Skala terbatas di daerah pedesaan. Dari penelitian ini dapat diungkapkan bahwa hubungan antara air bersih dan kejadian diare balita merupakan "Water Washed Mechanism" disamping itu, ada kemungkinan lain yang dapat diungkapkan yaitu "Water Borne Mechanism", namun hal ini masih perlu ditegaskan dengan pemeriksaan bakteriologis air.
Dengan demikian disarankan kepada masyarakat setempat untuk mengupayakan dalam pengadaan air bersih yang mencukupi dan kualitas yang memenuhi syarat kesehatan untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari disamping memiliki serta memelihara sarana jamban.

Diseases which require the greatest attention are those that lead to high rates of morbidity and mortality, especially among children and people at productive age. A typical example is diarrhea.
Research is therefore needed to identify factors which influence diarrhea in children under five years of age such as water supply and excreta disposal.
This research uses secondary data from Puslitbang, Ministry of Health, and "cross sectional" data collected in Kabupaten Belu, NTT Province. It is designed as a "case control" study.
The case study involves households where child diarrhea is present and the control group consists of households in the same area where child diarrhea is not present.
The data analysis involved 49 eases of child diarrhea and 260 control samples. There were 11 independent variables and 1 dependent variable that was child diarrhea.
Logistic regression multivariate analysis was used to determine the magnitude of influence the risk factor variables on the dependent variable.
Using bivariate analysis it is shown that there are factors which can increase the diarrheal risk in children. These factors include water quality, the condition of latrines and indirect factors such as the number of household members and the level of household prosperity.
This research intends to investigate the impact of water supply and excreta disposal on child diarrhea on a village scale. From this research, it can be shown that the connection between water supply and child diarrhea is "water washed mechanism" as well. However, the latter needs to be proven by water bacteriological analysis.
It is therefore suggested that the local community provide a potable water storage capacity sufficient to meet their daily needs and that latrines are properly maintained.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Budi Hayati
"ABSTRAK
Kelelahan operator alat berat masih menjadi masalah di berbagai negara, didukung dengan hasil prasurvey pada 4 Maret 2020 di PT.X menunjukkan bahwa 3 dari 3 operator alat berat mengeluhkan kelelahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kelelehan dan hubungan faktor karakteristik individu dan faktor pekerjaan dengan kelelahan operator alat berat bongkar muat Terminal Y di PT.X Tahun 2020. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain penelitian potong lintang. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling sebanyak 60 orang dan sebanyak 52 orang yang mengisi kuesioner secara lengkap. Variabel yang diteliti di antaranya faktor karakteristik individu (usia, IMT, kuantitas tidur, waktu perjalanan, status perkawinan) dan faktor pekerjaan (masa kerja, shift, dan waktu istirahat) yang diukur dengan menggunakan kuesioner Industrial Fatigue Research Committee (IFRC). Hasil analisis dengan menggunakan Fisher Exact menunjukkan terdapat hubungan antara IMT (P value= 0.015), waktu perjalanan (P value=0.022 ) dan kelelahan kerja operator. Sebesar (90.4%) operator alat berat mengalami kelelahan ringan dan (9.6%) mengalami kelelahan sedang. Sehingga perlu dilakukan pelatihan mengenai fatigue management untuk menurunkan risiko kelelahan operator alat berat.

ABSTRACT
Heavy equipment operator fatigue is still a problem in many countries, supported by the survey on March 4th at PT.X showing that 3 out of 3 heavy equipment operators complained of fatigue. This study aims to detemine the level of fatigue and the relationship between individual characteristic factors and work factors with fatigue of loading and unloading heavy equipment operator at Terminal Y PT.X 2020. It is a quantitative research with cross sectional design. The sampling technique used a total sampling of 60 operator and 52 operators filled the questionaire in full. The variables studied were individual characteristic factors (age, BMI, sleep quantity, commuting time, and marital status) and work factors (years of service, shift work, and rest periods) which were measured using the Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) questionaire. Fisher Exact analysis showed, there was a relationship between BMI (P value=0.015), commuting time (P value=0.022) and operators fatigue. More than ninety persen (90.4%) heavy equipment operators experienced mild fatigue and 9.6% experienced moderate fatigue. So, fatigue management training is needed to reduce the risk of heavy equipment operator fatigue."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Nurul Hayati
"ABSTRAK
Indonesia ada pasar yang potensial untuk bisnis Teh Kemasan Botol, terlihat dan
semakin semaraknya pemain dalam industri ini, baik murni rasa teh seperti Teh Botol
Sosro dan Tekita, maupun teh dengan rasa dan aroma tambahan seperti Fruit dan Hi-C.
Dalam penelitian ini menghasilkan temuan-temuan berdasarkan data kuesioner dibantu
dengan data primer sebagai penuntun.
Peneltian analisa positioning produk teh kemasan botol dimata konsumen di
Jakarta, peneliti melakukan jugdementaI sampling untuk mendapatkan sample pada
tempat-tempat yang telah ditentukan agar mencakup target market minuman ini yang
hampir menyeluruh. Ternyata data responden yang didapat dari segi gender mempunyai
jumlah yang seimbang, berarti baik pria maupun wanita mempunyai kebiasaan untuk
meminum TKB, namun dari segi usia mayoritas berusia 20-30 tahun yang merupakan
usia yang sangat produktif, dimana pengeluaran dominan sebesar kurang dari Rp.
500.000, yang memang responden dari penelitian ini adalah sebagian dari kalangan
pelajar dan mahasiswa.
Untuk mendapatkan faktor-faktor yang berpengaruh terbadap konsumen untuk
mengkonsumsi teh kemasan botol, penelitian ini membandingkan 4 merek teh kemasan
botol yang telah beredar di Jakarta, yaitu Teh botol Sosro, Tekita, Hi-C dan Fruit tea.
Dari ke 4 merek tersebut Sosro merupakan pioner dari jenis produk ini, jadi
sepantanyalah kalau Sosro sebagai merek Top of mind dibenak konsumen, tapi TOM
ini belum tentu menunjukan merek yang dikonsumsi. Kemapan Teh botol Sosro ini
ternyata dikarenakan oleh adanya atribut yang diingat dan alasan responden mayoritas
menjawab ingat akan keunikan rasanya yang berbeda dengan merek lain, mereknya yang
mudah diingat dan sudah bertahan lama dan terakhir adalah kemudahan didapat.
sedanglcan merek unaided awareness menunjukan Tekita sebagai merek kedua setelah
Sosro.
Hasil analisa menggambarkan perilaku konsumen dalam mengkonsumsi teh
kemasan botol terbanyak adalah berkisar antara 3 hingga 4 botol. Pertama kali
mengetahul produk teh yang dikonsumsi saat ini mayoritas diketahui melalui TV, begitu
pula, dengan promosi produk yang paling sering dilihat dan diingat oleh responden
adalah ikian yang ditayangkan melalui TV, hal ini berlaku untuk merek Sosro, Tekita dan
Fruit tea, sedang promosi Hi-C jarang ditemui oleh responden karena kurang gencarnya
promosi yang dilakukan, merck Hi-C ini mengiklankan produknya melalui warung/toko
yang menjual Coca cola dengan box pendinginnya.
Produk teh kemasan botol ini bukanlah produk dengan loyalitas yang tinggi,
mungkin diakibatkan atribut produk yang tidak terlalu jauh berbeda, jadi tingkat
perpindahannya tinggi, seperti perilaku konsumen dalam membeli teh kemasan botol,
ternyata teh yang biasa dibeli tidak ada, ada beberapa alternatif yang dilakukan tapi
mayoritas mereka akan membeli teh kemasan botol lain sedangkan konsumen yang loyal
hanya 33% untuk tidak jadi membeli dan 8.7% untuk mencari ketempat lain. Karena
Dominan konsumen meminum teh botol sosro sebagai pilihan pertama maka Tekita
terhitung sebagai pilihan kedua untuk sesama teh kemasan botol. Sedangkan pilihan
kedua untuk selain teh kemasan botol adalah Coca-cola dan air mineral.
Dari seluruh konsumen (150 orang) yang menjadi responden menyatakan kalau
mereka sudah pernah mengkonsumsi Sosro dan Tekita, sedangkan Hi-C 79 orang dan Fruit tea
104 orang. Alasan mereka untuk mengkonsumsi , masing-masing mempunyai alasan
yaitu, Sosro karena rasanya pas dan sangat mudah untuk didapat, Tekita karena
Volumenya yang lebih besar 330ml (sedangkan Sosro hanya 220ml), Fruit tea karena
rasanya enak dengan rasa tambahannya (jeruk, lemon, apel) sedangkan Hi-C dikonsumsi
konsumen disebabkan karena tidak adanya pilihan lain pada saat mereka ingin membeli.
Dari 8 faktor maka yang dianggap paling penting oleh responden adalah Rasa
dan kemudahan didapat sebagian besar menganggap atribut tersebut sangat penting,
didukung oleb bukti mean dan atribut tersebut.
Merek teh botol Sosro adalab merek yang sudah sangat terkenal, karena sudah
lama bermain dalam industri ini. Sehingga sebagai pioner tentunya merupakan
keunggulan bersaingnya. Persepsi konsumen terhadap merek ini, mempunyai kualitas
produk yang baik dan rasanya yang unik dan pas di lidah masyarakat Jakarta, image
harga teh botol cenderung ke murah yang mayoritas responden mempunyai price
awarenessnya Rp. 1000. sedangkan saluran distribusinya telah terkordinir dengan baik
sehingga konsumen dapat menemukan teh botol Sosro ini sampai ke plosok-plosok,
warung-warung kecil dengan kotak pendinginnya yang khas berwarna oranye
"
2001
T2905
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Hayati
"ABSTRAK
Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi anak talasemia tentang (1) karakteristik dental dan dentoskeletal, (2) pola deformitas dentoskeletal, (3) indikator sefalometri deformitas dentoskeletal, (4) faktor determinan yang berperan dalam deformitas dentoskeletal.
Subjek penelitian meliputi 143 anak yang terdiri dari 74 anak talasemia b mayor dan 69 anak talasemia HbE, di Klinik Thalassemia Bagian IKA RSCM, Jakarta; usia 6-18 tahun, tidak dirawat orthodonsi, dari elnik Deutero Melayu,
Tempat Penelitian adalah Klinik Kedokteran Gigi Anak dan Bagian Dental Radiologi FKG UI, serla Klirnik Thalassemia Bagian IKA R5CM, Jakarta, data dikumpulkan dari Februari-Agustus 1994.
Pengukuran dilakukan terhadap (1) lengkung geligi pada model gips retaken gigi secara manual dengan kaliper digital dan dengan program komputer yang dilakukan di Department Pediatric Dentistry, Kyushu University, Fukuoka pada Agustus-September 1994, (2) sefalogram lateral dan PA dengan program komputer dilakukan pada bulan September-Oklober 1995 di Kyushu University Fukuoka.
Hasil utama
(1) Pertumbuhan gigi subjek talasemia lebih lambat daripada anak normal. Gambaran yang khas, yaitu susunan gigi renggang di rahang, diduga karena adanya pembesaran lengkung rahang atau karena red uksi ukuran gigi. Usia dental dan karakteristik dental antara kedua ripe talasemia tidak berbeda bermakna tetapi ukuran lengkung geligi subjek talasemia b mayor pada umumnya lebih besar daripada talasemia HbE. Retardasi panjang mandibula (Ar-Gn) pada talasemia b mayor lebih nyata daripada talasemia HbE dan posisi mandibula lebih retrognati (CS-N-B). Km-apemen garis dentoskeletal subjek perempuan pada umumnya lebih pendek daripada subjek laki-laki.
(2) Pada subjek talasemia dijumpai kombinasi hubungan dental Kelas I dengan skeletal Kelas II. Posisi maksila (< S-N-A,
(3) Pada penelitian ini diperoleh enam komponen indikator sefalometri yang patognomonik untuk fasies Cooley, yaitu: S-N lebih pendek,
(4) Dari desain kasus kontrol dijumpai variabel kelompok usia sebagai faktor determinan protektor deformitas dentoskeletal, karena kelainan skeletal Kelas II (< A-N-B) dan fasial cembung (< N-A-Pg) sudah ditemukan pada kelompok usia 6-8 tahun dan kelainan ini tidak progresif.
Kesimpulan
Pola dentoskeletal subjek talasemia lebih kecil, lebih cembung dan lebih divergen daripada anak normal. Pada subjek talasemia dijumpai kombinasi hubungan dental Kelas I dan skeletal Kelas II, Hubungan skeletal Kelas II disebabkan oleh retrognati mandibula dan retardasi korpus mandibula (Go-Me), serta pertumbuhan mandibula searah dengan jarum jam. Tipe fasial hiperdivergen sebagai akibat retardasi yang dominan pada tinggi fasial posterior (S-Go). Tampaknya retardasi dentoskeletal pada anak talasemia sejalan dengan retardasi pertumbuhan somatik."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
D291
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>