Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Harmanta
"Kredit yang disalurkan oleh sektor perbankan pasca krisis 1997 mengalami penurunan yang sangat tajam sehingga angka Loan to Deposit Ratio (LDR) mencapai titik terendah pada bulan Maret 2000. Sementara itu meskipun LDR tahun 2003 sudah menunjukkan peningkatan sehingga menjadi sebesar 48,53% pada bulan Desember 2003 namun angkanya masih jauh di bawah angka LDR sebelum krisis. Kredit yang disalurkan belum cukup memadai untuk mendorong pertumbuhan ekonomi kembali pada level sebelum krisis, yang berarti fungsi intermediasi perbankan masih belum pulih atau terjadi disintermediasi perbankan.
Belum pulihnya fungsi intermediasi perbankan antara lain disebabkan oleh belum mampunya sektor riil menyerap kredit dan masih berlangsungnya konsolidasi internal perbankan. Studi Iiteratur menunjukkan bahwa sebab-sebab menurunnya penyaluran kredit perbankan kepada sektor swasta di Asia pasca krisis 1997 masih menimbuikan perdebatan. Sebagian ekonom menganggap menurunnya penyaluran kredit perbankan disebabkan oleh "credit crunch" yang menimbulkan fenomena credit rationing sehingga terjadi penurunan penawaran kredit. Ekonom lain berpendapat menurunnya penyaluran kredit perbankan lebih disebabkan oleh menurunnya permintaan terhadap kredit sebagai konsekuensi logis terjadinya kontraksi permintaan agregat.
Mengetahui penyebab menurunnya penyaluran kredit perbankan apakah Iebih dipengaruhi dari faktor permintaan kredit atau faktor penawaran kredit mempunyai irnpiikasi penting terhadap kebijakan ekonomi. Berdasarkan hal tersebut di atas, studi ini mengkaji faktor-faktor (variabel ekonomi) yang menyebabkan menurunnya penyaluran kredit perbankan di Indonesia pasca krisis 1997 apakah lebih dipengaruhi oleh faktor penawaran kredit atau oleh permintaan kredit melalui analisis empiris. Berbeda dengan pendekatan ekonometrik tradisional Walrasian yang mengasumsikan pasar dalam kondisi equilibrium, dalam penelitian ini digunakan pendekatan new-Keynesian yang mengemukakan bahwa pada dasarnya pasar keuangan, seperti pasar kredit, seringkali tidak berfungsi secara sempurna sehingga pasar dalam kondisi disequilibrium.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut di atas persoalannya adalah bagaimana mengidentifikasi bahwa kredit yang disalurkan perbankan lebih banyak disebabkan oleh faktor-faktor penawaran atau oleh permintaan kredit tersebut. Identifikasi ini dilakukan dengan metode "switching regression" untuk memperoleh informasi apakah kredit yang disalurkan dapat dihubungkan dengan fungsi penawaran kredit atau permintaan kredit. Sebagai konsekuensinya model mengasumsikan pasar kredit dalam kondisi disequilibrium. Dengan asumsi bahwa dalam kondisi tidak adanya informasi berkaitan dengan proses penyesuaian suku bunga dan asumsi bahwa residu merupakan variabel acak yang terdistribusi normal, penggunaan metode estimasi Maximum Likelihood (ML) dengan sendirinya dapat mendeterminasi "probabilitas" setiap observasi kredit aktual apakah Iebih ditentukan oleh persamaan penawaran kredit atau oleh permintaan kredit.
Data yang digunakan dalam mengestimasi model tersebut adalah data time series variabel makro dan mikro ekonomi. Data tersebut merupakan data bulanan dari Januari 1993 s.d. Desember 2003. Data dimulai dengan rentang waktu 5 tahun sebelum dan 5 tahun setelah krisis ekonomi tahun 1997/98 dengan pertimbangan untuk meiihat perbedaan perilaku penyaluran kredit antara periode sebelum krisis dan setelah krisis. Sumber data berasal dari Bank Indonesia, Bursa Efek Surabaya, dan Badan Pusat Statistik.
Hasil estimasi Maximum Likelihood terhadap persamaan permintaan kredit dan penawaran kredit Bank Umum pada periode sampel Januari 1993 s.d. Desember 2003 (sebanyak 132 observasi) menunjukkan bahwa nilai fungsi maximum likelihood adalah Sebesar 181,5O. Nilai maksimum fungsi likelihood tersebut tercapai setelah dilakukan evaluasi terhadap 236 fungsi dan tercapai konvergen setelah dilakukan 66 iterasi."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T13244
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harmanta
"Sorghum merupakan tanaman serealia yang sangat potensial untuk dibudayakan di Indonesia karena punya keunggulan dibandingkan dengan tanaman pangan yang lain. Di dalam limbah sorghum (malai dan tangkai) banyak terkandung hemiselulosa yang apabila dihidrolisis akan menghasilkan monomermonomernya. Salah satu monomer yang dihasilkan adalah xilosa yang merupakan bahan baku pembuatan xilitol.
Pada penelitian ini digunakan malai dan tangkai sorghum mandau sebagai bahan untuk pembuatan xilitol. Bahan tersebut dihidrolisis menggunakan asam sulfat (H2SO4) 0,3M pada suhu 121°C dengan waktu optimum 35 menit. Hasil pengukuran kadar xilosa dalam hidrolisat pada kondisi optimum 25,70 % (w/w) untuk malai dan 20,56 % tangkai. Hidrolisat optimum ini yang akan digunakan sebagai substrat dalam proses fermentasi oleh Candida fukuyamaensis UICC Y-247 khamir penghasil enzim xilose reduktase. Hidrolisat kemudian detoksifikasi dengan menambahkan arang aktif 1% (w/v) untuk menghilangkan senyawa toksik yang dapat menghambat pertumbuhan khamir.
Produk xilitol hasil fermentasi tanpa kosubstrat, konsentrasi tertinggi didapatkan waktu fermentasi 12 jam dengan persen konversi xilitol 12,88% untuk malai dan 10,88% tangkai. Produk xilitol hasil fermentasi dengan kosubstrat 7,5%, konsentrasi tertinggi pada waktu fermentasi 12 jam dengan persen konversi xilitol 18,04 untuk malai dan 16,50 tangkai. Sedangkan produk xilitol hasil fermentasi dengan kosubstrat 15%, konsentrasi tertinggi waktu fermentasi 12 jam dengan persen konversi xilitol 8,22% untuk malai 4,88% tangkai.

Sorghum is plant which is potential to be cultivated in Indonesia since it has many advantages compared with other plants. Sorghum?s waste (stem and branch) contains which can be hydrolyzed giving its monomers hidrolized, to produce xylose. One of the monomers is xylose which the materials of xylitol.
In this research, stem and branch of sorghum are used as souce is the source for xylitol production. The material was hydrolyzed using sulfuric acid (H2SO4) 0,3M At 121 degree Celcius with optimal duration of 35 minutes. The result of measurement of xylosa contained in hydrolyzed at optimal condition 24,90 % for stem and 20,56 % for branch. This hydrolyzed was used as substrate for the process of fermentation by Candida fukuyamaensis UICC Y-247 khamir is the producer of "xylose reductate" enzyme. The hydrolyzed is then decolorized by adding active carbon 1 % (w/v) to remove toxin substance which can fermentation process by khamir growth. The product of xylitol fermentation without kosubstrat, from the highest fermentation duration 12 hours with percent coversion of xylitol 12,88 % for stem and 10,88 % or branch.
The product of xylitol from fermentation with kosubstrat 7,5 %, from the highest concentration on fermented duration 12 hours with percentage of xylitol convention 18,04 for stem and 16,50 for branch. Where as the product of xylitol fermentation with 15 % kosubstrat, with the highest yealds fermentation duration 12 hours with the percentage of xylitol convention is 8,22 % for stem and 4,88 % for branch.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
T29072
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library