Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
Hardiono
"
ABSTRAKPenelitian ini dilakukan dengan tujuan memberi informasi mengenai pemakaian antiseptik khlorheksidin glukonat 4 % yang akan dibandingkan dengan antiseptik alkohol 70 %, yang dalam hal ini mempergunakan isopropil alkohol 70 %, mengingat penelitian ini belum ada di Indonesia terutama pada bidang ilmu bedah mulut. Infeksi seringkali terjadi paska operasi yang disebabkan oleh bakteri-bakteri yang terdapat pada kulit, meskipun pra operasi telah dilakukan sterilisasi dengan antiseptik. Salah satu faktor penyebaran mikroorganisme tersebut adalah tangan. Oleh karena itu diperlukan suatu usaha untuk memutuskan rantai infeksi tersebut antara lain dengan memperhatikan faktor prosedur persiapan operasi yaitu cuci tangan. Pada penelitian ini membandingkan antara dua buah antiseptik yaitu iso propil alkohol 70% dengan khlorheksidin glukonat 4% pada pencucian tangan pra operasi bedah mulut dengan kontrol menggunakan aquades steril. Jumlah sampel adalah 15, dengan p < 0,05 diperoleh hasil pada penelitian ini terdapat perbedaan yang nyata dalam pengurangan jumlah koloni kuman antara pencucian tangan menggunakan antiseptik isopropil alkohol 70% dengan khlorheksidin glukonat 4%. Tingkat kepercayaannya 95- 99%."
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Iffa Nurafiati Hardiono
"
ABSTRAKPenelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari Kasri (2013) yang menunjukkan bahwa hanya sepertiga donator muslim yang secara rutin berdonasi melalui lembaga donasi formal, di mana hal ini mengindikasikan bahwa lembaga formal belum mengimplementasikan pemasaran relasional yang tepat untuk mempertahankan kepercayaan dan komitmen para donornya. Penelitian ini bertujuan untuk mengelaborasi dan memvalidasi faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan dan komitmen para donatur muslim terhadap lembaga donasi formal. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kuantitatif melalui kuesioner online yang melibatkan sekitar 190 responden. Penelitian dilakukan dengan Structural Equation Model (LISREL) dan juga analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan dan komitmen para donator muslim terhadap lembaga donasi formal adalah Perceived Ability, Perceived Benevolence, Shared Values. Sedangkan hubungan trust ke komitmen dimediasi secara parsial oleh Non-Material Benefit. Selain itu, penelitian juga menjabarkan dan menganalisis informasi umum lainnya terkait perilaku dan persepsi donator muslim dalam menyumbang baik ke lembaga formal maupun jalur informal.
ABSTRACTThis study follows-up Kasri (2013) that shows more than sixty percent of the Muslim people in Indonesia donates through informal charitable distribution channel. This indicates that formal charitable institutions have not implemented the proper relationship marketing framework to maintain trust and commitment of its donors. Hence, this paper aims to elaborate and provide validation on the drivers of trust and commitment of Muslim donors to the formal charitable organizations The study was performed with quantitative approach using online questionnaire involving about 190 respondents. The analysis was conducted with Structural Equation Model and also descriptive analysis. The study resulted that factors the drivers of trust and commitment of Muslim donors to formal charitable organizations were confirmed as Perceived Ability, Perceived Benevolence and Shared Values Moreover, the relationship between trust and commitmen is mpartially mediated by Non-Material Benefit. In addition, the paper also describes the other general information related to Muslim donor`s behavior and perception."
2019
T53294
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Iffa Nurafiati Hardiono
"Seiring dengan semakin menjamurnya klinik mata dan jasa kesehatan mata sejenis, marketing Klinik Mata XYZ harus meningkatkan performanya untuk dapat memenuhi target peraihan pasien yang ditetapkan manajemen. Oleh karena itu pengukuran pada aktivitas marketing perlu dilakukan untuk mengetahui efisiensi dan efektivitas sebuah program marketing. Selain itu, proses marketing yang ada sekarang juga perlu ditelaah sehingga dapat diketahui akar masalah-masalah, serta diajukan usulan-usulan solusi yang akan membuat performa marketing menjadi lebih baik lagi.
Penelitian ini menggunakan metode Lean Six Sigma dalam menelaah penyelenggaraan sebuah aktivitas marketing Klinik Mata XYZ, yaitu rangkaian seminar LASIK. Penerapan Lean Six Sigma diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan seminar, atau dengan kata lain menghilangkan aktivitas-aktivitas Non Value Added di rangkaian kegiatan seminar dengan tetap mencapai jumlah peserta dan conversion rate yang diinginkan. Seminar LASIK dianggap baik apabila berpeserta lebih dari 120 orang dan setidaknya 35% dari total peserta tersebut terkonversi menjadi pasien LASIK.
Berdasarkan pengukuran yang dilakukan, ternyata rangkaian seminar LASIK pada tahun 2006 baru mencapai tingkat 1.36 sigma; atau 555.555,55 DPMO. Dari data-data yang ada dilakukanlah analisis dan didapatkan beberapa akar masalah dari kurang efisien dan efektifnya sebuah penyelenggaraan seminar. Lalu diajukan usulan-usulan solusi yang diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas seminar LASIK.
Along with the greater presence of eye clinics and eye health services of a kind, marketing division of XYZ Eye Clinic must improve its performance in order to be able to accomplish the specified management target of patients. Therefore measurement in marketing activities requires to be done to know the efficiency and effectiveness of a marketing program. Moreover, current marketing process also needs to be analyzed with the aim of finding the root causes and recommend solution ideas that will make marketing performance better.At this research, Lean Six Sigma method is used in improving implementation of LASIK seminar which is expected that LASIK seminar will be more efficient and effective, or in other words reducing non value added activities but still accomplishing the target of audience and conversion rate. LASIK seminar considered as good seminar when it has more than 120 audiences and at least 35% from them converted into LASIK patients.Based on the measurement, the baseline performance of 2006 LASIK seminar only positioned at 1.36 sigma; or 555.555,55 DPMO. From the existing data, analysis is conducted then the root causes of less efficient and effective seminar found. Next, the solution recommendations are proposed to improve the efficiency and effectiveness of LASIK Seminar."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S50370
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Andiza Firaldi Hardiono
"
ABSTRAKPemeliharaan adalah salah satu komponen terpenting bagi suatu perusahaan demi menghasilkan produk dengan kualitas tinggi tanpa cacat dengan konsistensi setiap produksi dalam waktu yang diinginkan dengan harga yang bersaing. Untuk mencapai tujuan diatas, organisasi maintenance perlu dievaluasi agar kinerja dari organisasi tersebut dapat dioptimasi sehingga akan membantu mencapai tujuan bisnis dari suatu perusahaan. Proses evaluasi ini dibagi menjadi dua proses, proses pertama disebut dengan assessment process atau proses penilaian dan proses kedua adalah benchmarking process atau proses perbandingan. Proses penilaian dilakukan dengan cara mengisi maintenance survey form yang didalamnya terbagi atas 16 bidang Dalam proses penilaian sangatlah penting untuk mendapatkan informasi yang benar-benar jujur dan tidak berpihak sehingga hasil dari proses penilaian ini akan mencerminkan keadaan sesungguhnya dari suatu organisasi maintenance. Proses selanjutnya ada proses perbandingan dimana hasil yang didapat dari proses sebelumnya akan dibandingkan dengan nilai rata-rata dari praktisi terbaik di maintenance. Dengan proses perbandingan ini kekuatan dan kelemahan dari suatu organisasi maintenance dapat dianalisa sehingga saran dan rekomendasi dapat tepat sasaran berdasarkan kelemahan dalam organisasi maintenance yang dinilai.
ABSTRACTMaintenance is a key component for a company who strive to produce a high quality product without defect and with consistency on every batch within desired amount of time and with a competitive price. To achieve those goals, maintenance department performance must be evaluated frequently. Assessment and benchmarking is the right method for the company that want improvement in their maintenance organization. The process is divided in two step, the first step is assessment process and the second step benchmarking process. The assessment process is done by filling maintenance survey form that divided into 16 key areas. In the assessment process it is important that the information is true and non-bias, because the maintenance survey will reflect the current condition of maintenance organization that being assessed. The second step is benchmarking process which can be called as gap analysis process. The result from the assessment process is compared to the best practices averages. With comparing it to the best practices average score we can know the strength and weakness of certain maintenance organization and improvement can be made based on the weak key area that need concern.
"
2015
S61986
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Ardiza Fauzandhia Hardiono
"Ketika konsumen menjadi lebih sadar tentang pilihan belanja mereka, permintaan untuk Corporate Social Responsibility (CSR) meningkat. Salah satu cara mengevaluasi CSR adalah melalui kinerja sosial perusahaan atau Corporate Social Performance (CSP), dimana implementasi yang berhasil dapat meningkatkan dukungan publik dan pada akhirnya berdampak positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi implementasi CSP, salah satunya adalah kultur nasional. Dalam penelitian ini akan dikaji dengan dimensi individualisme dan jarak kekuasaan kultur bangsa. Literatur sebelumnya memiliki bukti yang tidak meyakinkan dan bertentangan tentang masalah ini. Karena penelitian ini tidak membuahkan hasil yang signifikan, perdebatan mengenai apakah budaya nasional mempengaruhi CSP masih berlanjut.
As consumers become more conscious about their spending choices, the demand for Corporate Social Responsibility (CSR) is increased. One way to evaluate CSR is through its Corporate Social Performance (CSP), where a successful implementation can boost public support and consequently, financial performance. There are multiple factors that can influence the implementation of CSP, one of which is national culture. In this research, individualism and power distance dimension of national culture will be investigated. Previous literature have inconclusive and conflicting evidence regarding this matter. As this research yields insignificant results, the debate regarding whether national culture affects CSP still persists."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library