Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hans Christian
"Kecemasan merupakan hambatan bagi pasien dewasa maupun anak-anak dalam melakukan kunjugan dental. Usia 8 tahun merupakan masa perkembangan anak pada tahap akhir dari middle childhood dan usia 11 tahun merupakan masa perkembangan anak pada tahap akhir dari late childhood; kedua kelompok usia tersebut memperlihatkan perkembangan fisik, sosio-emosional serta kognitif yang berbeda. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan dental pada anak usia 8 dan 11 tahun, serta perbedaan tingkat kecemasan dental berdasarkan jenis kelamin.
Data diambil melalui wawancara pada siswa Sekolah Dasar Pelangi Kasih usia 8 dan 11 tahun pada tahun ajaran 2008-2009 menggunakan alat ukur berupa kuesioner CFSS-DS (Children?s Fear Survey Schedule ? Dental Subscale) yang telah dimodifikasi urutannya dengan masing-masing usia berjumlah 100 anak. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ersentase terbesar tingkat kecemasan dental tinggi terdapat pada anak usia 8 tahun sebesar 27% dan berdasarkan uji chi-square erlihat perbedaan tingkat kecemasan dental yang bermakna (p < 0,05) antara usia 8 dan 11 tahun. Sementara itu, berdasarkan jenis kelamin baik pada usia 8 dan 11 tahun, anak perempuan memiliki tingkat kecemasan dental yang lebih tinggi daripada anak laki-laki dengan masing-masing persentase sebesar 35,3% dan 20,8%; dan menggunakan uji chi-square terlihat perbedaan namun tidak ermakna (p > 0,05).

Dental anxiety is an inhibitor for adults and children patients to make a dental visit. A 8-year-old is the last stage of middle childhood in child development phase and a 11-year-old is the last stage of late childhood in child developmemt phase. These 2 groups show the difference of physical, social-emotional, and cognitive development. The aim of this study is to know the difference of dental anxiety on 8 and 11 years old children and it is based on the children?s gender.
The data is taken through the interview from Pelangi Kasih Primary School students period 2008-2009 at the age of 8 and 11 years old using measurement tool in questionnaire form called CFSS-DS (Children?s Fear Survey Schedule ? Dental Subscale) and the arrangement has been modified. The questionnaire is given out to 100 children for each age. This study is a qualitative study with descriptive design.
The study results show that 8 years old children have the greatest percentage in high level dental anxiety which is 27% and from chi-square test shows a significant difference (p < 0.05) in dental anxiety between 8 and 11 years old. Meanwhile, based on the gender, girls have higher dental anxiety than boys for both 8 and 11 years old children with each percentages are 35.3% and 20.8%; and from chi-square test shows differences but not ignificant (p > 0.05).
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hans Christian
"Modifikasi yang dilakukan bertujuan untuk memodifikasi fluidized bed incinerator UI yang sudah ada untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal dan lebih efisien. Permasalahan yang ada sebelumnya khususnya terdapat pada pemanasan awal yang melibatkan sistem burner, seperti metode penyalaan tidak aman, nyala api yang dihasilkan burner kurang panjang, nyala api yang dihasilkan burner tidak stabil, nyala api burner tidak terdeteksi dan mekanisme pemanasan awal tidak efisien. Kemudian dilakukan pengujian aliran dingin untuk melihat karakteristik fluidisasi fluidized bed incinerator UI ini apakah fluidisasi yang terjadi sesuai dengan yang diharapkan. Proses fluidisasi sangat dipengaruhi oleh komponen-komponen seperti pasir, distributor dan blower. Ketiga komponen ini memiliki pengaruh yang sangat signfikan terhadap proses fluidisasi dan saling berhubungan erat antara satu dengan yang lainnya.
Fluidisasi yang terjadi pada fluidized bed incinerator UI sudah tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Kondisi fluidisasi minimum mulai terjadi pada kecepatan fluidisasi minimum, Umf, yakni berkisar pada 0,11 m/s pada kondisi ambien, T = 27 °C. Hal ini telah terbukti berdasarkan perhitungan dan secara eksperimental. Berdasarkan perhitungan kecepatan fluidisasi minimum yang telah dilakukan pada kondisi ambien, didapatkan bahwa kecepatan fluidisasi minimum sebesar 0,113 m/s. Sedangkan secara eksperimental cold flow didapatkan bahwa kecepatan fluidisasi minimum sebesar 0,119 m/s.
Modifikasi sistem burner meliputi burner yang digunakan yakni hi-temp premixed burner dan modifikasi mekanisme pemanasan awal dengan merancang lubang burner khusus. Sistem burner hasil modifikasi sudah dapat mengatasi semua permasalahan yang dihadapi pada sistem burner yang sebelumnya. Burner hasil modifikasi mampu memberikan kalor dengan kapasitas sampai 75000 kkal/jam. Kemudian untuk mendukung terjadinya fluidisasi yang baik pada fluidized bed incinerator UI menggunakan pasir silika dengan ukuran mesh 30 ? 50, distributor jenis perforated plate yang telah dirancang dengan 89 lubang orifis, masing-masing lubang orifis berdiameter 20 mm, dan sebuah blower jenis ring blower.

The objective of the modification is to modify the existing fluidized bed incinerator UI in order to produce results which are more optimum and more efficient. The problems are specially about pre-heating with a burner system, such as unsafe ignition method, not long enough burner flame, unstable burner flame, undetectable burner flame and inefficient pre-heating mechanism. Then, the cold flow experiment is run in order to get the fluidization characteristic of the fluidized bed incinerator UI whether the fluidization is working as expected. Fluidization process is very extremely influenced by components like sand, distributor, and blower which are used. Those three components have a very significant influence to fluidization process and have a really close correlation to each other.
Fluidization in fluidized bed incinerator UI has been achieved as expected. Fluidization minimum condition is starting to happen at fluidization minimum velocity, Umf, which is about 0,11 m/s at ambient condition, T = 27 °C. This has been proven based on calculation and by experimental. Minimum fluidization velocity based on calculation at ambient condition is 0,113 m/s. While minimum fluidization velocity based on experimental is 0,119 m/s.
Modification of burner system includes burner used, hi-temp premixed burner, and modification of pre-heating mechanism by designing a burner hole. Modified burner system can overcome all the problems of the previous burner system. This burner can give heat with capacity up to 75.000 kcal/hr. Then, to support good fluidization in fluidized bed incinerator UI, we use silica sand 30-50 mesh, perforated plate distributor which has designed with 89 orifices holes, diameter of each orifice hole 20 mm and a ring blower.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S38234
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andersen, Hans Christian
Hertfordshire: Wordsworth Classics, 1993
839.5 AND a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Andersen, Hans Christian
New York: Holt, Rinehart and Winston, 1961
R 823 AND a
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Hans Christian
"Asam galat adalah senyawa yang memiliki efek anti kanker termasuk pada kanker paru. Diduga, efektivitas asam galat sebagai agen sitotoksik dapat ditingkatkan dengan perubahan gugus samping. Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas sitotoksik asam galat dan turunan asam galat (alkil ester galat dan asam metoksi galat). Pada penelitian ini, sel A549 diberikan asam galat dan turunannya lalu diinkubasi selama 48 jam lalu akan diukur persentase viabilitas sel terhadap kontrol menggunakan MTS (3-(4,5-dimethylthiazol-2-yl)-5-(3-carboxymethoxyphenyl)-2-(4-sulfophenyl)-2H-tetrazolium) assay. Data kemudian dianalisis menggunakan GraphPad Prism untuk mendapatkan inhibitory concentration (IC50).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa asam galat, metil galat, etil galat, propil galat, butil galat, isobutil galat, t-butil galat, dan amil galat tidak memiliki aktivitas sitotoksik. Sedangkan isoamil galat menunjukkan aktivitas sitotoksik namun IC50 dari isoamil galat kemungkinan >51,2 μg/ml. Heptil galat dan oktil galat adalah dua senyawa yang memiliki efek sitotoksik pada sel A549 dengan nilai IC50 <51,2 μg/ml yaitu 19,11 μg/ml dan 41,23 μg/ml secara berurutan. Disimpulkan bahwa heptil galat dan oktil galat memiliki aktivitas sitotoksik yang lebih baik dari asam galat pada sel A549, sedangkan asam metoksi galat tidak memiliki aktivitas sitotoksik pada sel A549.

Gallic acid is a substance with anti-cancer activity including lung cancer. The potency of gallic acid as a cytotoxic agent can be improved by modifying its side chains. This study was aimed to examine the cytotoxic activity of gallic acid and its derivates in lung cancer cells, A549. In this study, cells were treated with gallic acid and its derivates and were incubated for 48 hour. After incubation period, percentage of cell viability over control were tested using MTS (3-(4,5-dimethylthiazol-2-yl)-5-(3-carboxymethoxyphenyl)-2-(4-sulophenyl)-2Htetrazolium) assay. Afterwards, data were analysed using GraphPad Prism to obtain inhibitory concentration (IC50).
The result showed gallic acid, methyl gallate, ethyl gallate, propyl gallate, butyl gallate, isobutyl gallate, t-butyl gallate, and amyl gallate did not have cytotoxic activity. Isoamyl gallate showed cytotoxic activity, but the IC50 value was probably >51,2 μg/ml. That gallic acid derivatives with cytotoxic activities and IC50 <51,2 μg/ml were heptyl gallate and octyl gallate with IC50 values of 19,11 μg/ml and 41,23 μg/ml, respectively. However, methoxy gallate (monometohoxy gallate, dimethoxy gallate, and trimethoxy gallate) did not show any cytotoxic activity. We conclude that heptyl gallate and octyl gallate have better cytotoxic activity in A549 cells compared to gallic acid, while methoxy gallates do not have cytotoxic activity in cell A549."
2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andersen, Hans Christian
Jakarta : Jambatan, 1983
398.2 AND k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hans Christian
"Latar Belakang: Mukositis merupakan salah satu efek samping yang timbul akibat kemoterapi. Mukositis menyebabkan timbulnya rasa sakit, ketidaknyamanan, kesulitan berbicara, menelan, makan, minum, kekurangan nutrisi, kelemahan sistemik hingga infeksi. Probiotik mengandung mikroorganisme nonpatogen yang memberikan manfaat bagi kesehatan dan membantu dalam pencegahan inflamasi pada rongga mulut. Beberapa studi telah melaporkan manfaat probiotik bagi kesehatan oral. Tujuan: Menganalisis efek probiotik Lactobacillus casei terhadap keadaan klinis mukosa oral pada anak dengan Leukemia Limfositik Akut yang menjalani kemoterapi sebelum berkumur probiotik L.casei, setelah berkumur L.casei selama 7 hari dan 14 hari. Metode Penelitian: Penelitian dilakukan di RS Kanker Dharmais dan RS Kramat 128. Sebelas pasien yang memenuhi kriteria. Tiga hari setelah pemberian kemoterapi, peneliti memeriksa keadaan klinis rongga mulut menggunakan Oral Assessment Guide (OAG). Pasien kemudian mulai berkumur probiotik L.casei dua kali sehari selama 7 hari dan 14 hari. Skor OAG diperiksa kembali setelah berkumur probiotik L.casei selama 7 hari dan 14 hari. Hasil: Terdapat penurunan skor OAG yang bermakna antara sebelum berkumur dengan setelah berkumur probiotik L.casei selama 7 hari dan 14 hari. Kesimpulan: Probiotik L.casei memberikan efek pada anak dengan leukemia limfositik akut yang menjalani kemoterapi dan dapat menjadi terapi alternatif terhadap mukositis oral.

Mucositis is one of the side effects induced by chemotherapy. It results in pain, discomfort, difficulties in talking, swallowing, eating, drinking, poor nutrition, systemic weakness and life-threatening infections. Probiotics contain nonpathogenic live microorganisms that give benefit to our health and help in preventing inflammation in the oral cavity. Several studies have reported the use of probiotics for oral health purposes. Objective: To analyze the effect of probiotic Lactobacillus casei to clinical appearance of oral mucosa in children with Acute Lymphocytic Leukemia that underwent the chemotherapy process before gargling, 7 days after gargling, and 14 days after gargling with probiotic. Methods: The study was held in National Cancer Hospital “Dharmais” and Kramat 128 Hospital. Eleven patients were meet the criteria. Three days after the chemotherapy started, the researcher checked the patient’s oral mucosa condition using Oral Assessment Guide (OAG). Then the patient started to gargle the probiotic twice a day for 7 days and the researcher rechecked the score of oral mucositis after 7 days and 14 days. Results: There was a significance decreasing OAG score between before gargling with 7 days and 14 days after gargling L.casei probiotics. Conclusion: L.casei probiotics gave effects in children with acute lymphocytic leukemia during chemotherapy and could be an alternative therapy for oral mucositis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library