Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hanna
Abstrak :
ABSTRAK
Proses gas sweetening dilakukan terhadap gas alam sebagai solusi untuk menghilangkan gas H2S dan CO2, salah satu caranya adalah dengan penambahan metildietanolamina (MDEA). MDEA selama digunakan dalam proses pemurnian gas dapat menyerap air sehingga menyebabkan konsentrasi MDEA menurun. Untuk meregenerasi larutan MDEA encer menjadi larutan yang pekat kembali, digunakan metode reverse osmosis (RO). Pada penelitian ini telah berhasil dilakukan proses penghilangan air dari larutan MDEA encer menggunakan sistem RO dengan satu membran poliamida komersil, menggunakan flow restrictor 800 mL/menit. Variasi temperatur feed dilakukan pada suhu 200, 290, dan 360 C. Larutan MDEA 1%, 3%, dan 5% v/v diregenerasi dalam waktu masing-masing 1 jam, 3 jam, dan 4 jam. Berdasarkan pengukuran konsentrasi MDEA dengan refraktometer, didapati bahwa penggunaan flow restrictor 800 mL/menit dalam sistem RO mampu memekatkan larutan MDEA 1% v/v menjadi 1,8% v/v dengan faktor pemekatan 1,59. Suhu yang efektif digunakan untuk sistem RO yang telah dilakukan adalah 290C atau suhu ruang, karena dapat memekatkan larutan MDEA 1,13% v/v menjadi 1,8% v/v. Kemudian, semakin lama waktu regenerasi maka semakin besar konsentrasi MDEA dalam konsentrat yang dihasilkan. MDEA 1% v/v dalam waktu 1 jam dapat dipekatkan hingga 6,46% v/v. MDEA 3% v/v dalam waktu 3 jam dapat dipekatkan hingga 9,45% v/v dan MDEA 5% v/v dalam waktu 4 jam dapat dipekatkan hingga 10,79% v/v. Dengan SEM dapat diketahui kerusakan struktur poliamida yang dialami membran.
ABSTRAK
Gas sweetening processes is applied to the natural gas as a solution of removing H2S and CO2 gasses, one of them is by adding methyldiethanolamine (MDEA). MDEA during used in the gas sweetening process can absorb water, and the MDEA concentration will be decreased. For regenerating MDEA dilute solution into its former concentration, reverse osmosis (RO) method is used. In this research, water removal process was conducted by RO process using polyamide commercial membrane, under 800mL/min flow restrictor. The feed temperatures were varied 200, 290, dan 360 C. MDEA 1%, 3%, and 5% v/v solution was regenerated in 1 hour, 3 hours, and 4 hours, respectively. Based on determination of MDEA concentration using refractometer, discovered that under 800 mL/min flow restrictor RO system can concentrate MDEA 1% v/v solution into 1,8% v/v with concentrate factor of 1,59. Effective temperature that used in this RO system is 290C or room temperature, because it can concentrate MDEA 1,13% v/v solution into 1,8% v/v. Then, increasing of regeneration time can increase the concentration of MDEA solution in the product of concentrate. MDEA 1% v/v solution in 1 hour can be concentrated up to 6,46% v/v. MDEA 3% v/v solution in 3 hours can be concentrated up to 9,45% v/v and MDEA 5% v/v solution in 4 hours can be concentrated up to 10,79% v/v. The damage of polyamide membrane structure is known by SEM analysis.
2016
S63694
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henny Hanna
Abstrak :
Penelitian ini dilatar-belakangi oleh fakta bahwa BOR Unit stroke center RS Islam Jakarta rata-rata hanya 44,72% sejak berdirinya (2000) sampai tahun 2003. Padahal unit Stroke Center ini merupakan salah satu pelayanan rawat inap unggulan RS Islam Jakarta. Pihak manajemen membuat perhitungan bahwa untuk mencapai BEP diperlukan minimal BOR 65% pada unit Stroke Center dalam waktu tiga tahun. Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya faktor-faktor input dan proses pelayanan yang menyebabkan rendahnya BOR Unit Stroke Center RS Islam Jakarta Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan, mulai tanggal 25 April sampai dengan 25 Juni 2004, menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis diskriptif Penelitian ini melibatkan 45 informan, 28 orang terlibat dalam wawancara mendalam, dan 17 orang dalam FGD. Hasil penelitian menunjukan bahwa rendahnya BOR unit Stroke Center sejak berdirinya sampai tahun 2003 disebabkan oleh beberapa input yaitu organisasi dan manajemen, lingkungan fisik dan SOP tidak mendukung pelayanan Unit Stroke Center. Dari aspek proses pelayanan, sikap dokter, perawat dan petugas administrasi belum baik. Hal ini dikarenakan dalam membuat Unit Stroke Center tidak dilakukan studi kelayakan. Dari aspek struktur organisasi, masih disamakan dengan ruang rawat inap umum lainnya. Dari aspek personel kepala seksi dijabat oleh sarjana perawat yang dalam tugasnya membawahi tiga ruang inap lainnya. Sedangkan koordinator dijabat oleh dokter spesialis syaraf tidak tetap, yang mana koordinator tersebut bukan jabatan struktural. Proses pelayanan yang diberikan Dokter, Perawat dan Petugas administrasi secara umum belum baik. Beberapa aspek pelayanan yang perlu perbaikan berkaitaan dengan masalah waktu (dokter), keramahan dan perhatian (dokter, perawat dan petugas administrasi) serta sikap tidak membeda-bedakan pelanggan kesehatan (petugas administrasi). Dalam kegiatan-kegiatan di Unit Stroke Center, belum ada standar operasional prosedur-nya (SOP). Disamping itu juga belum ada SOP stroke pathway dan kriteria GCS yang masuk dari UGD maupun dari poli klinik syaraf., sehingga masih banyak pasien yang dirawat di ruang rawat inap umum, bukan di stroke center. Kelengkapan fasilitas/peralatan sudah cukup, tetapi jumlah dari beberapa peralatan masih belum sesuai dengan jumlah tempat tidur.Lokasi ruangan, tata ruang dan lingkungan fisik Unit Stroke Center belum memperhitungkan konsep aksesibilitas ruangan dari segi ergonomi penderita stroke dan lingkungan maupun sasaran (goal) Bari perawatan penderita stroke, yaitu kemandirian dalam aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS). Dalam penetapan tarif, masih belum dilakukan secara komprehensif yaitu melalui perhitungan bisnis dan studi banding, sehingga sulit menentukan kapan BEP dapat dicapai dengan BOR tertentu. Belum ada kebijakan pemasaran khusus (focus) untuk Unit Stroke Center, walaupun ditetapkan sebagai salah satu produk unggulan rawat inap di RS Islam Jakarta. Pendapatan Stroke Center Unit sampai saat ini kurang lebih barn mencapai sepertiga dari total biaya yang dikeluarkan unutk operasional Stroke Center Unit. Berdasarkan pendidikan dan status social-ekonomi pasien, bekas pasien dan keluarga pasien, menunjukkan sikap yang semakin kritis terhadap pelayanan, fasilitas dan lingkungan fisik Unit Stroke Center. Dalam pembuatan Stroke Center Unit RS Islam Jakarta pihak manajemen tidak melakukan studi kelayanan terlebih dahulu. Sehingga banyak terjadi kekurangan - kekurangan dalam aspek pelayanan, lingkungan dan organisasi manajemen. Akan tetapi Stroke Center Unit mempunyai nilai indikator kinerja berdasarkan nilai LOS, TOI dan BTO yang cukup baik. Sehingga jika manajemen cukup jeli ini bisa menjadi asset sumber pendapatan yang baik untuk rumah sakit. dengan memperbaiki kekurangan - kekurangan yang ada dari berbagai aspek diatas, maka bisa meningkatkan kualitas pelayanan dan memuaskan pelanggan.
Analysis Factors of Services that Influence Bed Occupancy Rates in Stroke Center Unit - Jakarta Islamic Hospital. (2000-2003)This research was based on fact, that BOR of stroke center in RSIJ average value is 44.72% per year since it was built in 2000 until 2003. However, this unit is one of the prestigious services among other in hospital services in RSIJ. The management forecasted to reach the number of BEP for stroke center unit. It needs to maintain at least 65% BOR with in 3 years. The focus of this research is to discover all factors that causing minimum BOR (less than 65%) in stroke center RSIJ. This research was conducted for 2 months, began in April 25th 2004 until June 25th 2004, using qualitative approach with descriptive analysis methods. This research conducted with 45 participants as informants. This research indicates, the factors that causing minimum BOR of stroke center RSIJ since it was built ini 2000 until 2003 was caused by several input factors, including management and organization, physical environment, and Standard Operational Procedures that minimally supported Stroke Center RSIJ. From the services process aspects, from doctors, nurses, and administration clerk performance, they perform poorly. Those problems arose because before building Stroke Center Unit in RSIJ, the management less conducted feasibility study toward Stroke Center projects From organizational structure aspects, Stroke Center Unit as special in-hospital services has no special organizational structure; it has the same organizational structure as the other common in-hospital services. And than from the human resource aspects, the head of stroke center held by a nurse, who has completed graduate nursery program, who also headed three other in-hospital services. As the head coordinator, the management chooses a part time medical doctor, who specialized in neurology as head of coordinator. Services process which given by doctors, nurses and administrator clerk mostly not good enough. And some services aspects need several adjustments in term of time (doctors) hospitality and attention (doctors, nurses, and administrator clerk), their attitudes toward few customers (administration clerk). During activity in stroke center unit, there was lack of standard operational procedures. Beside there was not found some documents about standard operational procedures (SOP) stroke pathway and patient criteria based on GCS performance from Emergency Room or neurology clinics. So that, there are many in-patient client with stroke, received treatment in common in-hospital room services, rather than in stroke center unit. Stroke center facility is quite good, but numbers or the equipment still adjust with the number of beds. The location, design and physical environment of stroke center unit still not consider the accessibility factors and ergonomics factors for the stroke patient. And even the environment or treatment goals from the nurses still far from the stroke philosophy, which was independency in Activity Daily Living. In cost behavior problems, including setting prices, the management did not do comprehensive business plan and feasibilities, so that the management facing difficulties setting the right Break Even Point (BEP) with correct value of BOR. There was no special marketing planning for stroke center unit, even though it was one of the prestigious in-hospital services. Until now, the Stroke Center Unit's income compare to its unit's expenditure is one and a third revenue to cost. Based on the patients, former patients and families knowledge and social-economics status, showing several critical attitudes toward services facilities and physical environment of stroke center unit. In creating Stroke Center Unit, at first the management did not conducted feasibilities study. Because of that, stroke unit had a lot of disadvantage in services aspects, environment and management organization. On the other hand stroke center unit had better performance based on LOS, T01 and BTO value. If management has certain attention this number could be a valuable asset to improve the disadvantages factors, and improve the quality of services and satisfy the consumer.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T12814
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Yusrul Hanna
Abstrak :
Sel termoradiatif (TR) menghasilkan energi listrik dari energi panas melalui sambungan p-n. Proses ini melibatkan produksi kelebihan elektron dan hole karena perbedaan suhu antara sel dengan lingkungannya yang menghasilkan rekombinasi radiatif dan emisi foton. Tujuan dari tesis ini adalah untuk memperdalam pemahaman kita tentang bagaimana suhu, ketergantungan celah pita, kehilangan sub-celah pita (sub-bandgap), dan faktor rasio pembangkitan nonradiasi mempengaruhi efektivitas sel TR. Secara khusus, tesis ini berfokus pada semikonduktor celah pita langsung pada golongan III-V. Dengan menggunakan model keseimbangan terperinci dan perhitungan DFT, efisiensi dievaluasi berdasarkan ketergantungan suhu dan celah pita. Ditemukan bahwa material dengan energi celah pita yang lebih kecil tidak terlalu terpengaruh oleh sub-celah pita dan kehilangan panas. Oleh karena itu, material tersebut lebih efisien. Di antara material yang dikaji (GaAs, GaSb, InAs, InP, dan Si), InAs menunjukkan efisiensi tertinggi sekitar 24,99% pada suhu sel 1000 K. Hal ini disebabkan oleh energi celah pita yang kecil. Selain itu, material dengan celah pita langsung terbukti lebih efisien dalam mengubah radiasi termal menjadi listrik daripada material dengan celah pita tidak langsung. Tesis ini menunjukkan bahwa efisiensi sel TR dapat ditingkatkan secara signifikan dengan menggabungkan pita perantara, rekayasa celah pita, dan mengoptimalkan sifat intrinsik. Namun, eksperimen lebih lanjut diperlukan untuk memvalidasi temuan ini. Penelitian ini memberikan dasar untuk mengoptimalkan sel TR untuk mencapai konversi energi panas ke listrik yang lebih efisien. ......Thermoradiative (TR) cells generate electrical energy from thermal energy through p-n junctions. This process involves the production of an excess of electrons and holes owing to the temperature difference between the cell and its surroundings, resulting in radiative recombination and photon emission. The objective of this thesis is to deepen our understanding of how the temperature, bandgap dependencies, sub-bandgap loss, and nonradiative generation ratio factors influence the effectiveness of TR cells. In particular, it focuses on direct-bandgap semiconductors in the III-V group. Utilizing detailed-balance models and DFT calculations, the efficiency was evaluated based on temperature and bandgap dependencies. It was found that materials with smaller bandgap energies are less affected by sub-bandgap and heat losses; hence, they are more efficient. Among the examined materials (GaAs, GaSb, InAs, InP, and Si), InAs exhibited the highest efficiency of approximately 24.99% at a cell temperature of 1000 K. This was attributed to the small bandgap energy. Moreover, materials with direct bandgaps proved to be more efficient in converting thermal radiation to electricity than those with indirect bandgaps. This thesis suggests that the efficiency of TR cells can be significantly improved by incorporating an intermediate band, bandgap engineering, and optimizing the intrinsic properties. However, further experiments are required to validate these findings. This research provides a foundation for optimizing TR cells to attain more efficient thermal-to-electrical energy conversion.
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henny Hanna
Abstrak :
Prevalensi subluksasi sendi bahu penderita hemiparesis akibat stroke, dilaporkan mencapai 80% dari CVA dan hubungannya dengan kemampuan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari merupakan salah satu masalah vang perlu diteliti agar penanganan di bidang rehabilitasi medik dapat lebih tepat dan terarah. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh hubungan antara derajat subluksasi sendi bahu dengan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) pada penderita hemiparesis dextra akibat strok. Disamping itu, juga untuk memperoleh prevalensi subluksast sendi bahu serta untuk memperoleh hubungan antara hasil pengukuran klinis dengan hasil pengukuran radiologis. Jenis penelitian studi potong lintang (cross sectional study) ini melibatkan 120 pasien hemiparesis dextra akibat stroke yang terdiri 42 (35%) perempuan dan 78 (65%) laki laki. Pengukuran subluksasi sendi bahu secara klinis dilakukan dengan cara palpasi subacromion space. Pengukuran radiologis melalui pemeriksaan rontgen biasa dengan posisi penderita duduk tegak dan sudut oblique (45°) serta lengan tergantung bebas. Skor AKS menggunakan indeks modifikasi Barthel. Hubungan antara derajat subluksasi sendi bahu dan AKS diuji dengan Chi Square Test. Berdasarkan derajat subluksasi sendi bahu, frekuensi pasien untuk derajat 0, 1, 2 dan 3 masing-masing adalah 24 (20 0%), 59 (49,2%), 27 (22,5%) dan 10 (8,3%). Sedangkan untuk derajat 4 (dislokasi) selama kurun waktu penelitian tidak diperoleh seorang pasienpun. Hasil pengukuran rerata skor AKS berdasarkan derajat subluksasi sendi bahu menunjukkan bahwa untuk derajat 0, 1, 2 dan 3 berturut turut adalah 4,58 (nilai D), 7,64 (nilai C), 18,15 (nilai B) dan 24 (nilai A) Hasil pengukuran klinis (subacromion space) berdasarkan derajat subluksasi sendi bahu reratanya adalah 0,32 jari (5,0 cm), 0,44 jari (6,29 cm), 0,99 jari (15,56 cm) dan 1,45 jari (21,2 cm) berturut-turut untuk derajat 0, 1, 2 dan 3. Pada penelitan ini, prevalensi subluksasi sendi bahu pada penderita hemiparesis dextra akibat strok adalah cukup tinggi (70,6%), dan subluksasi sendi bahu paling banyak terjadi pada stadium Brunnstrom 4, di mana spastisitas mulai menurun. Hasil analisis statistik membuktikan bahwa ada hubungan positip yang bermakna antara derajat subluksasi sendi bahu pada penderita hemiparesis dextra akibat strok dengan skor AKS (r 0,73). Disamping itu, ada hubungan positip yang bermakna antara hasil pengukuran klinis subluksasi sendi bahu dengan derajat subluksasi hasil pemeriksaan radiologis (r 0,88). Semakin besar subacromion space, semakin tinggi derajat subluksasi sendi bahu. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi derajat subluksasi sendi bahu penderita hemiparesis dekstra akibat strok, makin rendah tingkat kemandiriannya.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999
T57307
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rambe, Hanna
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1983
920.72 RAM m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Al-Fakhuri, Hanna
Abstrak :
Buku ini adalah kumpulan tentang sejarah arab. terdapat empat bab yang akan di bahas dalam buku ini.
Kairo: Dar al-Ma`arif, 1956
ARA 928.927 FAK j
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rambe, Hanna
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor, 2010
899.221 HAN m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rambe, Hanna
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan , 1992
915 HAN p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yosefin Hanna
Abstrak :
Skripsi ini membahas hubungan antara konsumsi suplemen vitamin dan mineral, serta minuman energi dengan kebugaran jasmani pada atlet cabang olahraga akuatik. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunkaan desain penelitian cross sectional. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, lembar catatan, stopwatch, dan kolam renang. Sampel dalam penelitian ini adalah orang yang berumur minimal 13 tahun, pernah mengikuti kejuaraan, dan terdaftar sebagai anggota salah satu klub renang, loncat indah, renang indah, atau polo air yang berlatih di Stadion Renang Gelora Bung Karno Senayan. Hasil penelitian menyarankan agar atlet tidak mengonsumsi suplemen vitamin dan mineral, serta minuman energi karena tidak dapat meningkatkan kebugaran jasmani atlet tersebut. Pelatih juga diharapkan tidak menganjurkan konsumsi suplemen dan minuman energi , kecuali jika atlet tersebut mengalami defisiensi vitamin dan mineral.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>