Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 108 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Guntur
Bogor: Ghalia Indonesia, 2012
578.07 GUN p (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Guntur
Abstrak :
Latar Belakang Masalah
Kini yang masih menonjol pada masyarakat Indonesia dewasa ini adalah 69,29 % penduduk Indonesia tinggal di pedesaan walaupun sedikit menurun dibandingkan sepuluh tahun yang lalu, dan bagian terbesar menempati Pulau Jawa dengan mengusahakan pertanian. Sektor pertanian merupakan sektor yang dominan, yang menciptakan sumber pendapatan dan kesempatan kerja yang baru bagi mayoritas penduduk Indonesia. Adanya pertambahan penduduk dan pembangunan di segala bidang diberbagai daerah di Indonesia seperti di Pulau Jawa mengakibatkan munculnya pemilikan baru untuk tanah pertanian sehingga hasil pertanian yang diusahakan oleh penduduk, terutama yang diolah secara tradisional akan membawa pengaruh yang kurang menguntungkan. Walaupun permasalahan ini tampaknya kurang berarti dan kelibatannya sepintas hanya terjadi di Pulau Jawa, tetapi sebenarnya hal itu dapat berlanjut menjadi permasalahan yang berskala nasional. Dengan demikian dalam kurun waktu yang panjang kemungkinan masalah tersebut akan membawa pengaruh yang tidak kecil terhadap daerah-daerah pertanian lainnya di Indonesia.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Guntur
Abstrak :
Sociocultural analysis on decoration and ornament of pottery craft from Kasongan, Yogyakarta, Indonesia.
Wonogiri: Bina Citra Pustaka, 2005
666 GUN k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Guntur
Wonogiri: Bina Citra Pustaka, 2005
738 GUN k (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Guntur
Jakarta: Ghalia Indonesia, 2011
577.789 GUN e (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Guntur Argana
Abstrak :
Anemia gizi merupakan salah satu dari empat masalah gizi yang dihadapi oleh bangsa Indonesia, 90% anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat besi. Prevalensi anemia besi pada wanita usia subur (WUS) 39,5%, prevalensi ini tidak berubah dari tahun 1995 sampai tahun 2000. Survei anemia ibu hamil di Kalimantan Selatan 51%, diasumsikan prevalensi anemia pada WUS juga tinggi. Umur 20 sampai 35 tahun merupakan saat yang ideal bagi seorang wanita mempersiapkan diri secara fisik dan mental untuk hamil dan melahirkan sehingga didapatkan bayi yang sehat. Tujuan penelitian untuk memperoleh gambaran prevalensi anemia dan mengetahui faktor-faktor yang dominan berhubungan dengan kadar Hb pada wanita usia 20 sampai 35 tahun di Kecamatan Kintap Kabupaten Tanah Laut Propinsi Kalimantan Selatan. Disain penelitian menggunakan metoda crosssectional dan pengambilan sampel dengan sistematik random sampling. Populasi seluruh wanita umur 20 sampai 35 tahun dan sampel wanita usia antara 20 tahun sampai 35 tahun sebanyak 150 orang. Penelitian diadakan di Kecamatan Kintap Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan pada bulan Maret sampai April 2002. Variabel penelitian yang berhubungan dengan kadar Hb adalah umur, IMT, LILA, konsumsi protein, konsumsi besi, konsumsi vitamin C, frekuensi sumber hem, frekuensi vitamin C, banyaknya gelas teh yang diminum, lama haid, pengetahuan tentang anemia dan pengeluaran per kapita per bulan. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan kadar Hb memakai metode cyanmethaemoglobin yang diperiksa dengan menggunakan spektrofotometer. Batasan anemia bila kadar Haemoglobin (Hb) < dari 12 g/dl dan tidak anemia bila 712 g/dl. Analisa data yang dilakukan univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian didapatkan prevalensi anemia sebesar 65,3% yang terdiri dari anemia ringan 53,3% dari anemia sedang 12 %. Pada uji bivariat dengan menggunakan uji regresi linier sederhana didapatkan variabel yang berhubungan bermakna dengan anemia adalah variabel LILA, frekuensi konsumsi vitamin C dan pengeluaran per kapita per bulan ( p < 0,05). Pada uji regresi ganda dengan memasukkan variabel yang mempunyai nilai (p < 0,25), maka variabel yang diikutkan pada uji regresi ganda adalah variabel; Umur, LILA, IMT, konsumsi protein, konsumsi besi, frekuensi konsumsi hem, frekuensi konsumsi vitamin C, pengetahuan tentang anemia, banyaknya gelas teh yang diminum dan pengeluaran per kapita per bulan. Hasil uji regresi linier ganda dengan mengeluarkan satu per satu variabel yang nilai p paling besar didapatkan variabel LILA dan frekuensi konsumsi vitamin C yang berhubungan dengan kadar Hb (p < 0,05 ). Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa prevalensi anemia pada wanita umur 20 sampai 35 tahun di Kecamatan Kintap sudah merupakan permasalahan kesehatan masyarakat yang berat. Untuk itu Dinas kesehatan diharapkan bisa mengadvokasi Bupati dan DPRD Kabupaten Tanah Laut untuk mengeleminasi anemia melalui lintas sektoral, juga untuk program gizi adalah melaksanakan monitoring dan skrining dini pada anemia wanita umur 20 sampai 35 tahun dengan pengukuran LILA, melaksanakan penanaman buah-buah penghasil vitamin C yang dapat meningkatkan absorbsi besi dan meningkatkan kadar Hb.
The Factors that Related to Hemoglobin (HI)) Contains on Women Age 25-35 Years at Kintap Sub-District, Tanah Laut District, South Kalimantan Province, 2002. Nutritional anemia is one of four nutrition problems that faced by Indonesia, 90% nutritional anemia caused by the lack of iron folate. The prevalence of iron folate anemia on fertile-age women as 39.5%, this prevalence was not changed from 1995-2000. The survey anemia on pregnant mother at South Kalimantan as 51%, it assumed that the prevalence anemia on fertile-age women was also high. The age 20-35 is the best age for women to prepare themselves physically and mentally to pregnant and giving a birth, so they will obtained healthy babies. The objective this study is to obtain the description of prevalence anemia and the factors that the most dominant related to Hemoglobin contents on women aged 20-35 years at Kintap Sub-District, Tanah Laut District, South Kalimantan Province. The study design was cross-sectional method and the sample taken by random sampling. The population is women age 20-35 years and the number of sample as 150 people. This study is conducted at Kintap Sub-District, Tanah Laut District, and South Kalimantan Province on March-April 2002. The variable that related to Hemoglobin contents are age, HMI, MUAC, protein consume, iron folate consume, vitamin consume, the frequency of hem source, vitamin c frequency, the number of tea glass that drink, duration of menstruation, the knowledge on anemia and expenses per capita per month. The data collected by questionnaire, physic and laboratory examinations. Hemoglobin content examined by cyanmethaemoglobin method used spectrophotometer. The burden of anemia when the Hemoglobin contents < 12 g/dl and not anemia if 12 g/dl. The data analyzed by univariate, bivariate and multivariate. The result of this study showed that the prevalence of anemia as 553°/x, that consist of light anemia as 53.3% and moderate anemia as 12%. On bivariate test by simple linear correlation regression test obtained that the variable that having significant relationship with anemia was the variable MUAC, the frequency of vitamin C and expenses per capita per month (p <0.05). On double correlation and regression test by entering variable that having value (p<0.25), so those variable that followed on double correlation regression test are as the followings. They are Age, MUAC, BMI, protein consumes, zinc consume, hem consume frequency, frequency of vitamin C, knowledge on anemia, and amount tea that drink and expenses per capita per month. The result of double linear regression test by taking one by one variable that having the biggest p value, it was obtained the variable of MUAC and frequency of vitamin C consume that related to Hemoglobin content (p <0.05). Based on this study, it concluded that the prevalence of anemia on women age 20-35 at Kintap Sub-District has already serious problem for community health. It is recommended to the Local Health Service to advocate the District and the Provincial Level People's Representative Council of Tanah Laut eliminate the anemia through cross-sector. It also for nutrition program to do monitoring and early screening on women anemia age 20-35 years by MUAC measurement, plant fruit trees that produce vitamin C that could increase the absortion of iron folate, and increase Hemoglobin contents.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T604
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Guntur Ariadi
Abstrak :
Pada tahun 1995 - 1997, setiap 3 hari rata-rata terjadi 12 kasus kecelakaan lalu lintas (laka lantas), dengan 4 orang luka berat, dan 1 orang meninggal dunia. Keadaan ini mencerminkan kurangnya kualitas pelayanan lalulintas jalan tol Jakarta-Cikampek. Dengan asumsi bahwa tingkat pelayanan akan semakin baik; pertama, jika kuantitas dan kualitas kecelakaan dan korban yang terjadi semakin rendah; kedua, jika petugas semakin cepat datang memberikan pertolongan. Oleh karena itu penelitian ini difokuskan kepada kedua hal tersebut, dengan harapan dapat ditemukan ide untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, data dikumpulkan melalui pengamatan terlibat pasif, dilengkapi wawancara dengan pedoman, dilaksanakan di kantor PT Jasa Marga cabang Jakarta-Cikampek dan instansi terkait, dari akhir Desember 1997 hingga Mei 1998. Penyebab laka lantas dapat digolongkan faktor manusia sebagai pengemudi yang melanggar aturan lalu lintas, misalnya melanggar batas kecepatan, mengemudi dalam keadaan lelah dan kemudian mengalami laka lantas. Faktor berikutnya kendaraan bermotor yang tidak memenuhi kelaikan jalan dan faktor jalan tol serta lingkungannya. Pemantapan pelayanan keselamatan lalu lintas pencegahan laka lantas dilakukan dengan menangani faktor penyebab tersebut secara terpadu dan maksimal oleh instansi terkait, sehingga merupakan suatu sistem keselamatan lalu lintas. Dari penelitian diperoleh gambaran antara lain: PT Jasa Marga melaksanakan program pembangunan dan pemeliharaan jalan tol, perbaikan dan pemeliharaan serta penambahan kelengkapan jalan dan manajemenjalan termasuk program manajemen lalu lintas secara maksimal, dengan hasil faktor jalan dan lingkungannya menjadi faktor penyebab yang relatif kecil yaitu 2% atau 6 kejadian (selama penelitian dari Januari - April 1998). Kegiatan penegakan hukum belum dapat menangani semua pelanggaran penyebab laka lantas di semua ruas jalan pada sepanjang waktu, menyebabkan faktor pengemudi sebagai penyebab laka lantas sebanyak 62 % atau 210 kejadian (Januari - April 1998). Kelemahan lainnya adanya kendaraan bermotor yang memasuki jalan tol dalam kondisi tidak laik jalan menyebabkan laka lantas sebanyak 36 % atau 124 kejadian (Januari - April 1998). Upaya untuk meningkatkan pelayanan lalu lintas khususnya pemantapan pelayanan keselamatan lalu lintas di jalan tol Jakarta-Cikampek diarahkan pertama, meningkatkan keterpaduan instansi terkait yang dimulai dengan melakukan pengumpulan dan penganalisaan terhadap kasus laka lantas yang terjadi untuk memperoleh faktor penyebabnya, dan menjadikan hasil analisis tersebut sebagai bahan koordinasi. Kedua, setiap instansi terkait menggunakan hasil analisis tersebut sebagai umpan balik untuk meningkatkan kinerjanya. Ketiga, masing-masing instansi terkait menangani faktor penyebab secara maksimal sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing, sehingga semua kegiatan terpadu sebagai suatu sistem. Sebagai contoh adalah khusus untuk Polri dalam rangka mengatasi ketidak mampuannya untuk menindak semua jenis pelanggaran penyebab laka lantas, serta dalam rangka meningkatkan frekuensi kehadiran dengan maksud dapat menimbulkan faktor pencegahan pengemudi untuk melanggar penyebab laka lantas, perlu melakukan kegiatan antara lain: peningkatan frekwensi patroli PRC dan pengawasan menetap dilokasi rawan, melengkapi petugas dengan alat pemantau kecepatan, berita Acara Cepat atau melakukan revisi terhadap tilang agar PRC dapat menindak pelanggaran penyebab kecelakaan diluar pasal tilang, melaksanakan pemeriksaan terhadap pengemudi yang beresiko mengakibatkan kecelakaan karena lelah atau mengantuk saat dinihari memasuki gerbang tol Cikampek.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Guntur B. Kertabudi
Abstrak :
Penelitian dilakukan dengan tujuan, di satu pihak untuk mengetahui upaya pengembangan organisasi Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung, di lain pihak untuk menelaah tingkat efektivitas organisasi Dinas dalam mendukung pelaksanaan otonomi daerah di Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung. Penelitian ini menerapkan metode deskriptif analisis yang dimaksudkan agar secara jelas dan faktual dapat menggambarkan berbagai permasalahan yang sedang dihadapi Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung pada saat penelitian dilaksanakan, serta berdasarkan data yang berhasil dihimpun, kemudian dianalisis untuk memperoleh kesimpulan. Bertitik tolak dari analisis sebagaimana dipaparkan di atas, diperoleh gambaran bahwa latar belakang pengembangan organisasi Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung, sifatnya sangat birokratis, atau didominasi atau terlalu berorientasi kepada dasar hukum baik yang diterbitkan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Tingkat I Propinsi Jawa Barat, maupun beberapa dasar hukum yang diterbitkan. oleh Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Bandung. Dengan kata lain pengembangan organisasi Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung, kurang memperhatikan kerangka kerja teoritik yang merupakan prinsip-prinsip pengembangan organisasi. Kenyataan tersebut menyebabkan hasil dari pengembangan organisasi tersebut belum sepenuhnya dapat menjawab atau mengatasi tantangan tugas yang semakin kompleks.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Guntur Tjora
Abstrak :
Setiap perusahaan akan berusaha mencapai tingkat produktivitas yang setinggi-tingginya dalam kelangsungan operasionalnya. Untuk menunjang tujuan dimaksud, maka peranan kesehatan pekerja menjadi hal yang amat strategis. Sehubungan dengan hal tersebut maka pemulihan kelelahan pekerja dipandang sangat penting untuk dapat dikelola secara baik. Penelitian ini berupaya mengungkap kontribusi berbagai faktor yang berpengaruh terhadap sindroma kelelahan kronik ( Chronic Fatigue Syndrome) dan mengkaji sejauh mana efek terapi relaksasi napas lambat dalam pemulihannya. Metode penelitian ini adalah studi eksperimen pre dan post, yang dilaksanakan di Kantor pusat PT AT di Jakarta periode Juli - September 2003 dengan melibatkan 45 (empat puluh lima) pekerja pria yang di wawancara dan mengisi kuesioner, serta mereview rekam medis yang ada di Poliklinik perusahaan. Diagnosis sindrom kelelahan kronik didasarkan atas kriteria mayor dan minor ( versi Central Disease Control). Pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling. Intervensi berupa relaksasi napas lambat selama 4 ( empat ) minggu dengan frekuensi tiga kali 5 sampai 10 menit setiap hari, secara mandiri dan dimonitor dua kali seminggu oleh peneliti selama 20 menit. Sebelum dan sesudah relaksasi dilakukan penghitungan skor kelelahan (versi Fatigue Severity Scale ) Hasil ; Penelitian ini menemukan bahwa responden berusia rata-rata 34.38 ±7.88 tahun, masa kerja rata-rata 7.27 ± 3.82 tahun, IMT 20.3 ± 2.7 , pendidikan umumnya setingkat SLTA ( 51.1 %) serta 37.8 % responden mempunyai gaya hidup baik. Rerata skor kelelahan preintervensi 35.80 ± 2.78 dan post-intervensi 28.73 ± 2.70. Analisis statistik menunjukkan bahwa terapi relaksasi napas lambat berpengaruh bermakna terhadap skor kelelahan ( paired l-lest analysis) p-value < 0.001 ( 0.000 ). Selanjutnya didapatkan bahwa semua faktor variabel independen ( umur, masa kerja, pendidikan, status gizi dan gaya hidup ) tak berpengaruh bermakna terhadap skor kelelahan kronik dengan p-value > 0.05.
Every company attempts to reach the highest productivity rate in its operation, and for such intended purpose, the role of workers' health becomes something very strategic. In relation to the above, recovery of workers ' fatigue is deemed important to be properly managed This research is intended to reveal the contribution of a number of factors that influence fatigue (Chronic Fatigue Syndrome) and study of how far the effect of long breath relaxation therapy is in its recovery. This research method is an experiment study ( before and after design) performed at the central Office of PT Antam Tbk in Jakarta for the period of July - September 2003 by involving 45 (forty-five) interviewed male workers and they filled in questionnaires before and after the relaxation. Fatigue Severity Scoring, review on the medical records existing in the company's Policlinic, diagnosis on chronic fatigue syndrome based on major and minor criteria (CDC version) and sampling were conducted on a simple random sampling basis. Intervention in the form of long breath relaxation for 4 (four) weeks with the frequency of 3 times 5 minutes every day was monitored 2 times a week Result: This research revealed that the respondents have the average age of 34.38 ± 7.88 years, average employment term of 7.27 ± 3.82 years, BMI of 20.3 ± 2.7 and generally education of Senior High School (SLTA) level, where 37.8% of the respondents have good life style, with the average pre-intervention score of 35.80 ±2.78 and post-intervention score of 28.73 2'2. 70. Statistic analysis shows that long breath relaxation therapy brings significant influence to the fatigue score (paired t-test analysis), namely p-value < 0.001 (0.000), . Subsequently, it was found out that all independent variable factor (age, employment term, education, Body Mass Index and life style) no significant influence to the chronic fatigue syndrome with namely p-value > 0.05.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T13653
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Guntur Setyono
Abstrak :
Subang General Hospital is the only public hospital in Subang Regency which has referral service of health service at the level of primary health service facility in Subang Regency. In doing some jobs, especially in managing medical service incentive, General Hospital have several hindrances, they are ; medical service incentive receiving is't suitable with planning, happen that too late medical service incentive receiving and procedure of medical service incentive estimated bureaucratic. Based on all above, examiner try to make some examinations, it's mean, can answer the problems like as: - How much preference medical service incentive received is - How on time medical service incentive receiving is - How simple bureaucratic to make medical service incentive is So that this examination means to know different characteristic time for medical service incentive receiving and different amount of medical service incentive in General Hospital Subang, by evaluative research with case study retrospective approach. We can understand this examination only use for case that examined and the result difficult to use as general for the other case. Based on data which have been collected since April 1994 until Maret 1997, the examiner found adjournment of medical service incentive sharing at the rate of 4,25 month from the month the incentive should be shared. There was also a difference of amount of the incentive to be paid from the factual incentive at about 35.154.787, 87 rupiahs. The examiner suggests Management of Subang General Hospital, based on the result of the research, to make budget planning which pays attention to effective regulations in order to be more accurate in sharing the incentive. It is better for the local government of Subang Regency to put the local regulations into effect, hence they are able to give authority to manage hospital's income and activate hospital cultivator team as well.
Rumah Sakit Umum Subang merupakan satu-satunya rumah sakit pemerintah yang ada di Kabupaten Daerah Tingkat II Subang yang melayani rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat fasilitas pelayanan kesehatan pertama sewilayah Subang dan sekitarnya. Penelitian ini diharapkan mampu menjawab permasalahan-permasalahan sebagai berikut : - Bagaimana kecenderungan besarnya jasa medis yang diterima - Bagaimana ketepatan waktu penerimaan jasa medis - Bagaimana kecenderungan penyederhanaan birokrasi pengajuan jasa medis. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik kesenjangan waktu penerimaan jasa medis dan kesenjangan besarnya jasa medis di rumah sakit umum Subang, dengan melalui penelitian evaluatif kualitatif (evaluatif research) dengan pendekatan studi kasus (case study) retrospektif. Dengan demikian dapat dipahami bahwa penelitian ini hanya berlaku untuk kasus yang diteliti saja dan hasilnya sukar untuk berlaku secara umum bagi kasus-kasus yang lainya. Berdasarkan data yang terkumpul sejak April 1994 sampai dengan Maret 1997 terjadi keterlambatan pembayaran rata-rata 4,25 bulan dari bulan seharusnya dibayar dan adanya perbedaan besarnya jasa medis yang seharusnya dibayar dengan kenyataan yang diterima rata-rata sebesar Rp 35.154.787,87,﷓ Peneliti menyarankan kepada Rumah Sakit Umum Subang untuk membuat perencanaan anggaran yang memperhatikan kaidah-kaidah yang berlaku sehingga lebih akurat dan bagi Pemerintah Daerah Tingkat II Subang sebaiknya mengeluarkan Peraturan Daerah yang bisa memberikan kewenangan mengelola penghasilan rumah sakit secara langsung serta mengaktipkan Tim Pembina rumah sakit.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>