Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gunarso
Abstrak :
Perkembangan perusahaan telekomunikasi di Indonesia pada saat ini sedang mengalami peningkatan. Hal ini ditandai dengan makin banyaknya perusahaan telekomunikasi baru yang berdiri. Dengan semakin banyaknya perusahaan yang ada, maka akan membuat persaingan bisnis semakin ketat. Untuk itu agar perusahaan tetap bertahan, maka perlu mencari solusi-solusi untuk dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain tersebut. Perusahaan akan tetap dapat bertahan di dalam bisnisnya, apabila perusahaan dapat menawarkan harga penjualan ke pelanggan yang kompetitif. Salah satu yang dapat ditawarkan ke pelanggan adalah harga service atau jasa pelayanannya, yaitu harga yang terlihat pada jasa implementasi proyeknya. Untuk mendapatkan harga yang bersaing, tentunya perusahaan harus tahu tingkat produktivitas dan performa kerja dari tenaga kerjanya, sehingga perusahaan dapat mengukur biaya dan lama waktu yang real untuk melakukan pekerjaannya. Untuk itu perlu diadakan pengukuran kerja dan studi waktu. Banyak metode yang dapat dipakai dalam melakukan pengukuran kerja dan studi waktu, namun dalam penelitian ini metode yang dipakai adalah metode dengan pendekatan data historis proyek. Dari metode ini akan didapatkan persamaan waktu standar yang dapat menjadi representasi dari produktivitas dan performa kerja para pekerjanya dan dapat berfungsi sebagai perencanaan dalam menentukan anggaran biaya, tenaga kerja dan lama bekerja.
The telecommunication business in Indonesia is rocketing higher and higher, as many new telecommunication enterprises entering the market. This phenomenon, in greater aspect means the increasing of market competition, where each of the business player must find its' end solutions to beat the other players. One of the most effective tools in winning the competition is through competitive offer, where price is the focus.
The foot-stand of price leverage which is relatively flexible to be approached is the service price, reflected in the implementation service of a project. This item needs a vast knowledge on level of productivity and work performance of the project where cost and duration in completing a project could be measured. One among other method to measure is by using project's historical data approach, putting standard measurement as a parameter for scaling level of productivity, work performance, budgeting and posting, man hour and human resource needed.
2000
T2024
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Mas Gunarso
Abstrak :
Tesis ini mengenai Kebijakan Penempatan Bintara Polri dan Pelaksanaannya di Polwiltabes Semarang. Kebijakan penempatan yang dikeluarkan oteh Kapotwittabes Semarang, hanya dipahami untuk menempatkan Bintara Polri yang baru lulus dari pendidikan pembentukan. Pada pelaksanaannya kebijakan penempatan Bintara polri di Polwiltabes Semarang tidak hanya ditujukan kepada Bintara Polri yang baru lulus dari pendidikan pembentukan, tetapi ditujukan kepada semua Bintara polri, baik Bintara Polri yang telah mengikuti pendidikan kejuruan maupun yang belum mengikuti pendidikan kejuruan. Masalah penelitian tesis ini adalah kebijakan penempatan Bintara Polri dan pelaksanaannya di Polwiltabes Semarang. Dengan tidak adanya peraturan tertulis yang jelas dari komando atas (centralize policy) tentang penempatan Bintara polri menyebabkan kebijakan yang dikeluarkan oleh Kapolwiltabes Semarang hanya berdasarkan pada perintah secara langsung (wisdom), baik berupa perintah lisan maupun berupa perintah tertulis, Peraturan tertulis yang tidak jelas menimbulkan lemahnya konsistensi pejabat yang mengeluarkan kebijakan, karena setiap ganti pejabat sudah pasti ganti kebijakan. Akibatnya Bintara Polri dalam melaksanakan tugas menjadi tidak efektif dan efisien. Hasil penelitian tesis ini menemukan fakta bahwa adanya kebijakan penempatan yang dikeluarkan Markas Besar Pairi dijadikan kebijakan umum untuk melakukan mutasi personal di Polwiltabes Semarang. Sedangkan kebijakan penempatan yang dikeluarkan oleh Kapoiwiltabes dijadikan kebijakan khusus untuk memberikan reward atau punishment kepada Bintara polri. Pada pelaksanaannya kebijakan penempatan yang dikeluarkan oleh Kapolwiltabes Semarang tidak sesuai dengan prinsip the right man on the right place berdasarkan minat, bakat dan kemampuan. Penelitian tesis ini juga menemukan fakta bahwa adanya hubungan otoriter, hubungan personal, rendahnya gaji dan tunjangan yang tidak mencukupi untuk kebutuhan hidup yang layak, terbatasnya sarana perumahan dan kendaraan dinas serta adanya perbedaan tempat basah dan tempat kering dalam pelaksanaan tugas, menimbulkan dampak kepada Bintara polri, sehingga tidak termotivasi untuk bekeija secara maksimal, terutama dalam memberikan perlindungan dan pelayanan kepada masyarakat. Maka implikasi dari tesis ini adalah perlunya kebijakan penempatan yang jelas dari Markas Besar Polri untuk memberikan perhatian kepada Bintara Polri dalam pola pembinaan karier, terutama di bidang penempatan. Sehingga dapat dijadikan pedoman oleh kepala kepolisian dalam mengeluarkan kebijakan sesuai dengan daerah hukum dan kewenangan masing-masing. Perlu adanya konselling di Polwiltabes Semarang untuk membantu Kapolwiltabes dalam melihat minat, bakat dan kemampuan Bintara Polri, agar dalam penempatan sesuai dengan prinsip the right man on the right place. Kemudian periunya menghitung kembali standar kehidupan yang layak, karena kebutuhan fisik manusia tidak cukup hanya makan, tetapi ada kebutuhan primer Iainnya seperti, pakaian, perumahan, kesehatan, pendidikan dan rekreasi sebagai pendukung terpeliharanya unsur kejiwaan petugas polisi yang sangat rentan dan beresiko timbulnya stress.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T14883
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hari Julianto Gunarso
Abstrak :
ABSTRAK
perkembangan teknologi yang sangat pesat dan lingkungan usaha yang dinamis, mendorong perusahaan untuk memilih strategi yang tepat dalam menjalankan usahanya.

Strategi bisnis dipergunakan perusahaan sebagai penuntun arah kebìjaksanaan dan keputusan yang akan diambil sehingga dapat menjalankan roda usahanya dengan lebih efektif dan efisien.

Persaingan pada industri jasa usaha penyewaan transponder satelit dan industri televisi mendorong turnbuhnya industri Antena Induk Televisi. Jasa dan fasilitas yang ditawarkan Antena Induk Televisi adalah nilai tambah bagi pelanggan dalam hal biaya pemasangan dan pelayanan.

PT. Stella Satindo memberikan jasa pemasangan sistem Antena Induk Televisi sejak tahun 1990. Setelah melewati kurun waktu usahanya lebih dari empat tahun, perusahaan membutuhkan strategi bisnis agar dapat melakukan efisiensi dan efektivitas alokasi sumber dana. yang dimilikinya dan memenangkan persaingan dalam lingkungan industni yang dinamis.

Dari analisis arena kompetisi dan hubungan antara prinsipal dan agen diperoleh hasil sebagai berikut :

* Harga dan kualitas : Produk jasa yang ditawarkan harus mempunyai harga yang rendah atau meningkatkan harga dengan jasa pelayanan yang lebih baik.

* Waktu dan Pengetahuan : Dengan mernasuki pasar lebih dulu dibandingkan pesaing dan pengernbangan produk baru dengan inovasi produk.

* Hambatan masuk : Dengan penguasaan jalur distribusi, loyalitas pelanggan, meningkatkan biaya peralihan akan membatasi jumlah pesaing. Dengan jurnlah pesaing yang relatif sedikit, para pemain dalam lingkungan industri Antena Induk Televisi akan menikmati keuntungan yang besar.

* Deep Pocket : Dengan meningkatkan kapasitas perusahaan dalam bidang sumber daya seperti keuangan, bergabung dengan perusahaan lain akan mempunyai lebih banyak pilihan untuk melawan pesaing yang relatif kecil .

Dengan melihat lingkungan persaingan industri Antena Induk Televisi, strategi bisnis yang harus dilakukan perusahaan dalam persaingan yang dinamis adalah pengembangan produk, pengembangan pasar, dan rnelakukan inovasi produk dan pelayanan.
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sad Kondang Gunarso
Abstrak :
Dalam pidato pada KTT G20 di Pittsburgh, Amerika Serikat, 25 September 2009, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan bahwa Indonesia secara sukarela berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 26 persen pada tahun 2020 dari tingkat business as usual (BAU) dengan usaha sendiri. Target ini bisa ditingkatkan menjadi 41 persen apabila ada bantuan luar negeri yang memadai. Tekad tersebut diutarakan di tengah ketidakpastian implementasi hasil-hasil perundingan di bawah Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim (UNFCCC). Terkait dengan komitmen tersebut, pemerintah Indonesia telah bertekad untuk menerapkan pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Secara domestik, prinsip pembangunan ini tidak hanya menguntungkan dari aspek lingkungan, tetapi juga ekonomi dan sosial. Penerapan pembangunan berkelanjutan berkorelasi positif dengan penurunan emisi GRK, namun juga dihadapkan dengan target pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, komitmen penurunan emisi GRK merupakan tantangan bagi Indonesia agar target pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen dapat tercapai. Sedangkan secara internasional, Indonesia berharap mampu menunjukkan kepemimpinannya dan menjadi pendorong bagi negara-negara lain, terutama negara maju untuk menurunkan emisi GRK global. Penelitian dalam tesis ini didesain atas dasar riset kebijakan (policy research) dengan menggunakan metode kualitatif dengan teknik analisis deskriptif. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa target penurunan emisi GRK nasional sebesar 26 persen berpotensi tercapai. Selain sebagai negara yang memiliki hutan terluas ketiga di dunia, upaya-upaya penurunan emisi di bidang lainnya telah mendorong pencapaian target tersebut. Kesuksesan dalam program penurunan emisi GRK ini tidak hanya menguntungkan secara domestik, tetapi juga akan menempatkan Indonesia dalam posisi penting dalam kerjasama internasional menghadapi tantangan perubahan iklim global. Dengan komitmen penurunan emisi GRK dalam rangka pembangunan berkelanjutan di Indonesia, maka prinsip ”pemenuhan kebutuhan generasi sekarang tanpa merugikan kebutuhan generasi-generasi mendatang” menjadi pedoman dalam pelaksanaannya. Itulah sebabnya, ketika merumuskan kebijakankebijakan dalam pembangunan, perlu melibatkan perhitungan lingkungan, yang diharapkan akan mendukung terciptanya ketahanan ekonomi dan sosial yang berkelanjutan. Ketahanan ekonomi dan sosial berkontribusi bagi terciptanya ketahanan nasional yang mantap. ......In a speech at the G20 Summit in Pittsburgh, the United States, September 25, 2009, President Susilo Bambang Yudhoyono said that Indonesia voluntarily committed to lowering emissions of greenhouse gases (GHG) by 26 percents by 2020 from the level of business as usual (BAU) with his own business. The target could be increased to 41 percents when there is sufficient foreign aid. The determination expressed in the midst of the uncertainty of the implementation of the results of the negotiations under the United Nations Framework Convention on climate change (UNFCCC). Associated with that commitment, the Government of Indonesia has committed to implement sustainable development. Domestically, the principle of this development not only benefits from the environmental aspect, but also economic and social. The application of sustainable development correlates positively with decreased GHG emissions, but it also faced with a target of economic growth. Thus, the emissions reduction commitment is a challenge for Indonesia to target economic growth of 7 percents could be achieved. Meanwhile, Indonesia wished to demonstrate his leadership and became the catalyst for other countries, especially developed countries to lower the global GHG emissions. The research in this thesis is designed on the basis of policy research using qualitative method with descriptive analysis techniques. Of the research results, obtained the conclusion that the 26 percents of national GHG emissions reduction target will be potentially achieved. Aside from being a country that has the world third largest forest, the efforts to decrease emissions in other sectors has been encouraging the achievement of the target. Success in this program of GHG emissions reduction not only benefits domestically, but will also bring Indonesia as an important country in the international cooperation in facing the global climate change. GHG emission reduction commitment in order sustainable development in Indonesia, then the principle of fulfilment of the needs of the present generation without harming future generations needs to be guidelines in its implementation. That is why, when formulating policies in development, it is necessary to involve the environmental accounting, which is expected to endorse the creation of an economic and social security. Economic and social security contribute to thcreation of a national resilience steadily.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Pangestika Gunarso
Abstrak :
[Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kekasaran, proses phosphating, serta ketebalan adhesive bonding terhadap ketahanan delaminasi komposit laminat. Variasi kekasaran substrat, yaitu pada rentang 5-8 μm dan 10-13 μm, variasi terhadap proses phosphating, yaitu ada yang melalui proses phosphating dan ada yang tidak, serta variasi ketebalan adhesive baik primer ataupun topcoat dengan rentang 1-5 μm, 6-10 μm, serta 11-15 μm. Pembentukan komposit laminat ini dilakukan melalui proses transfer moulding pada suhu 160 C selama 450 detik. Komposit laminat yang sudah terbentuk kemudian diuji peel-off untuk mengetahui kekuatan delaminasinya lalu dikarakterisasi dengan SEM-EDX. Hasil menunjukan bahwa kekasaran permukaan, lapisan zinc phosphate, serta ketebalan adhesive bonding mempengaruhi ketahanan delaminasi komposit laminat yang diinterpretasikan dengan kekuatan ikat antarlapisan dan visual delaminasi. Kekasaran optimum terjadi pada rentang 10-13 μm dengan kekuatan ikat 179,68 N dan visual delaminasi R-R sebanyak 35%. Adanya lapisan zinc phosphate memberikan nilai kekuatan ikat optimum sebesar 157,38 N dan visual delaminasi R-R sebanyak 50%. Ketebalan adhesive primer optimum terjadi pada rentang 1-5 μm dengan kekuatan ikat 163,35 N dan visual delaminasi R-R sebanyak 50%. Ketebalan adhesive topcoat optimum terjadi pada rentang 6-10 μm dengan kekuatan ikat sebesar 154,65 N dan visual delaminasi R-R sebanyak 41,6%.;This study aims to determine the effect of roughness, phosphating process, and the thickness of the adhesive bonding into delamination resistance of laminate composite. Variation of the substrate roughness are 5-8 μm and 10-13 μm. Some substrates are coated by zinc phosphate and other substrate are uncoated. Variations of the thickness of adhesive primer and adhesive topcoat are in a range of 1-5 μm, 6-10 μm, and 11-15 μm. The process of forming the laminate composite occurs through transfer molding process at 1600C in 450 seconds. Laminate composite that has been formed then tested by peel-off test to determine the strength of delamination. Visual of delamination was characterized by SEM-EDX. The results showed that the optimum surface roughness occurs in the range of 10-13 μm with bonding strength 179.68 N and 35% of R-R visual. The coated substrate has a higher bonding strength compared to uncoated substrate, which is 157.38 N and 50% of R-R visual. The optimum thickness of adhesive primer occurs in the range of 1-5 μm with bonding strength is 163.35 N and 50% of R-R visual. While the optimum thickness of adhesive topcoat occurs in the range of 6-10 μm with a bonding strength is 154.65 N and 41,6% of R-R visual;This study aims to determine the effect of roughness, phosphating process, and the thickness of the adhesive bonding into delamination resistance of laminate composite. Variation of the substrate roughness are 5-8 μm and 10-13 μm. Some substrates are coated by zinc phosphate and other substrate are uncoated. Variations of the thickness of adhesive primer and adhesive topcoat are in a range of 1-5 μm, 6-10 μm, and 11-15 μm. The process of forming the laminate composite occurs through transfer molding process at 1600C in 450 seconds. Laminate composite that has been formed then tested by peel-off test to determine the strength of delamination. Visual of delamination was characterized by SEM-EDX. The results showed that the optimum surface roughness occurs in the range of 10-13 μm with bonding strength 179.68 N and 35% of R-R visual. The coated substrate has a higher bonding strength compared to uncoated substrate, which is 157.38 N and 50% of R-R visual. The optimum thickness of adhesive primer occurs in the range of 1-5 μm with bonding strength is 163.35 N and 50% of R-R visual. While the optimum thickness of adhesive topcoat occurs in the range of 6-10 μm with a bonding strength is 154.65 N and 41,6% of R-R visual, This study aims to determine the effect of roughness, phosphating process, and the thickness of the adhesive bonding into delamination resistance of laminate composite. Variation of the substrate roughness are 5-8 μm and 10-13 μm. Some substrates are coated by zinc phosphate and other substrate are uncoated. Variations of the thickness of adhesive primer and adhesive topcoat are in a range of 1-5 μm, 6-10 μm, and 11-15 μm. The process of forming the laminate composite occurs through transfer molding process at 1600C in 450 seconds. Laminate composite that has been formed then tested by peel-off test to determine the strength of delamination. Visual of delamination was characterized by SEM-EDX. The results showed that the optimum surface roughness occurs in the range of 10-13 μm with bonding strength 179.68 N and 35% of R-R visual. The coated substrate has a higher bonding strength compared to uncoated substrate, which is 157.38 N and 50% of R-R visual. The optimum thickness of adhesive primer occurs in the range of 1-5 μm with bonding strength is 163.35 N and 50% of R-R visual. While the optimum thickness of adhesive topcoat occurs in the range of 6-10 μm with a bonding strength is 154.65 N and 41,6% of R-R visual]
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T44330
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wisnu Gunarso
Abstrak :

ABSTRAK Lapis Asbuton Agregat (Lasbutag) adalah campuran yang terdiri dari agregat kasar, agregat halus, asbuton, dan bahan peremaja yang dicampur, dihampar, dan dipadatkan secara dingin. Fungsinya adalah sebagai lapis permukaan dan melindungi lapis di bawahnya dari pengaruh air dan cuaca. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai permeabilitas dan koefisien kekuatan relatif dari campuran Lasbutag dengan menambahkan bahan peremaja ROB50. Adapun bahan peremaja ROB50 ini didapat dari hasil campuran residu oli, aspal minyak, dan minyak tanah dengan komposisi sebesar 50 : 30 : 20. Bahan peremaja ini kemudian dikombinasikan dengan bitumen asbuton dan didapat komposisi 48 : 52 sehingga karakteristik dari bitumen asbuton mendekati karakteristik aspal pen 60/70. Setelah itu dilakukan perecanaan campuran. Hasil uji Marshall menunjukkan bahwa perencanaan campuran dengan variasi kadar aspal antara 6% sampai 8.3% masuk ke dalam spesifikasi, sehingga diperoleh nilai kadar aspal optimum 7.15 % dengan nilai stabilitas sebesar 439 kg. Sedangkan dari hasil uji permeabilitas dapat dilihat bahwa setiap penambahan kadar aspal sebesar 0.5% termasuk penambahan ROB50 sebesar 0.3615% akan semakin mengisi rongga-rongga yang ada di dalam campuran sehingga daya rembes air yang melewati medium yang porous akan menurun. Koefisien kekuatan relatif didapat dari nilai stabilitas, sehingga koefisien yang didapat berkisar antara 0.297 sampai 0.318.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S34615
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gilang Nusantara Gunarso
Abstrak :
[Skripsi ini membahas tentang itikad tidak baik dalam pendaftaran merek dan perbandingan hukum dengan Undang-Undang Merek dari tiap Indonesia, Amerika Serikat, dan Jepang. Merek penting dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa dan memiliki nilai komersial. Kemampuan sang pemilik merek untuk memelihara kualitas dapat memberikan reputasi baik dan popularitas terhadap merek. Maka dari itu, perlindungan hukum adalah perlu untuk menjaga merek dari tindakan apapun yang dilakukan oleh pihak lain yang dapat mengakibatkan kerugian bagi pemilik merek. Perlindungan hukum tersebut dapat diperoleh melalui pendaftaran merek, namun ada ketentuan yang mengatur apakah suatu merek dapat didaftarkan atau tidak dan itikad tidak baik selalu menjadi pokok persoalan penting dalam pendaftaran merek, maka dari itu penelitian ini akan dilakukan dengan meneliti hukum dan undang-undang yang berlaku dan juga literatur yang berkaitan dengan masalah penelitian. Dengan kata lain, penelitian ini disusun sebagai penelitian yuridis normatif. Lebih lanjut, analisis studi kasus Putusan No. 38/PDT/SUS-MEREK/2014/PN.NIAGA.JKT.PST tentang merek 􀂳􀀦􀁈􀁕􀁗􀁌􀁉􀁌􀁈􀁇􀀃 􀀫􀁘􀁐􀁄􀁑􀀃 􀀵􀁈􀁖􀁒􀁘􀁕􀁆􀁈􀁖􀀃 􀀳􀁕􀁒􀁉􀁈ssio􀁑􀁄􀁏􀂴􀀃 􀀋􀀦􀀫􀀵􀀳􀀌􀀃 􀁍􀁘􀁊􀁄􀀃 􀁐􀁈􀁑􀁍􀁄􀁇􀁌􀀃 􀁉􀁒􀁎us dari skripsi ini, dengan uraian pembahasan terhadap unsur itikad tidak baik perihal kasus tersebut.;This undergraduate thesis discusses about the bad faith on trademark registration and legal comparison with the Trademark Law from Indonesia, United States, and Japan. Trademark is essential in trade activity of goods or services and has commercial value in it. The ability of the trademark owner to maintain the quality of the trademark could give the result of goodwill, good reputation or popularity of the trademark. Thus, the legal protection is necessary for keeping the trademark from any action conducted by the other parties that may cause damage for the trademark owner. The legal protection can be obtained through the trademark registration, however there are provisions that regulate whether trademark can be registered or not and bad faith has always become the important issue on trademark registration. Therefore this research carried out by researching the prevailing laws and regulations as well as literatures related to the research problems. In other words, this research is organized as juridical normative research. Furthermore, case study analysis on Decision No. 38/PDT/SUS-MEREK/2014/PN.NIAGA.JKT.PST about the ?Certified Human Resources Professional? (CHRP) trademark is also become the focus of this undergraduate thesis with elaboration on bad faith element regarding to the case, This undergraduate thesis discusses about the bad faith on trademark registration and legal comparison with the Trademark Law from Indonesia, United States, and Japan. Trademark is essential in trade activity of goods or services and has commercial value in it. The ability of the trademark owner to maintain the quality of the trademark could give the result of goodwill, good reputation or popularity of the trademark. Thus, the legal protection is necessary for keeping the trademark from any action conducted by the other parties that may cause damage for the trademark owner. The legal protection can be obtained through the trademark registration, however there are provisions that regulate whether trademark can be registered or not and bad faith has always become the important issue on trademark registration. Therefore this research carried out by researching the prevailing laws and regulations as well as literatures related to the research problems. In other words, this research is organized as juridical normative research. Furthermore, case study analysis on Decision No. 38/PDT/SUS-MEREK/2014/PN.NIAGA.JKT.PST about the “Certified Human Resources Professional” (CHRP) trademark is also become the focus of this undergraduate thesis with elaboration on bad faith element regarding to the case]
Universitas Indonesia, 2015
S59312
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Pangestika Gunarso
Abstrak :
Pengujian pemisahan gas dilakukan dengan menggunakan membran cair yang telah dimodifikasi dengan nanozeolit Na-Y. Membran cair yang digunakan adalah cairan higroskopik gliserol yang diimpregnasikan ke dalam membran hidrofilik berpori polyvinilidene fluoride (PVDF). Membran PVDF ini berfungsi sebagai support dari gliserol. Membran cair tersebut dimodifikasi dengan nanozeolit Na-Y dan dilakukan pengujian untuk aplikasi pemisahan gas. Nanozeolit yang digunakan disintesis dengan menggunakan metode seeding. Hasil nanozeolit yang terbentuk kemudian dikarakterisasi dengan menggunakan SEM-EDS, XRD, FTIR, BET, serta PSA. Pola XRD menunjukkan nanozeolit yang terbentuk memiliki struktur zeolit Y. Hasil karakterisasi dengan SEM-EDS menunjukkan kristal nanozeolit yang saling bertumpuk dengan struktur berbentuk kubus dengan rasio Si/Al 3,21. Berdasarkan hasil pengukuran dengan menggunakan PSA, didapatkan distribusi terbesar dari ukuran nanozeolit adalah 2 nm. Campuran gas yang digunakan untuk aplikasi pemisahan gas adalah campuran gas yang mengandung CO2, N2, serta O2 dengan rasio perbandingan volume 1:1:1. Pengujian pemisahan gas dilakukan pada suhu 250C dengan variasi tekanan 0,5 bar dan 1,5 bar. Variasi juga dilakukan pada jumlah nanozeolit (5%-20%) yang ditambahkan pada membran cair. Berdasarkan hasil percobaan, pemisahan gas CO2 paling baik terjadi pada tekanan 0,5 bar dengan 20% penambahan jumlah nanozeolit. ...... Examination of gas separation was carried out by using a Na-Y nanozeolite modified liquid membrane. Liquid of hygroscopic glycerol used as the liquid membrane was impregnated in a porous hydrophilic polyvinilidenen fluoride (PVDF) membrane. The PVDF membrane serves as a support of glycerol. The liquid membrane was modified by nanozeolite Na-Y examined for application of gas separation. Nanozeolite was synthesized by seeding method and then characterized by using SEM-EDS, XRD, FTIR, BET, and PSA. XRD patterns showed that nanozeolite structure was zeolite Y. SEM-EDS result showed that the crystal of nanozeolite grew over one another with cube-shaped structure and the Si/Al ratio is 3,21. Based on the PSA result, the biggest distribution size of nanozeolite obtained was 2 nm. A gas mixture that contains of CO2, N2, and O2 with volume ratio of 1:1:1 was used for gas separation. Examination of gas separation was carried out at 250C with various pressures of 0,5 bar and 1,5 bar. The number of nanozeolite in the liquid membrane was also varied (5%-20%). Based on experimental, the best separation of CO2 gas can be obtained with pressure of 0,5 bar and 20% the number of nanozeolite.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1228
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library