Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ghea Shafa Aldora
"Kurangnya pengetahuan masyarakat untuk menyimpan obat di rumah dengan tepat dapat memengaruhi kualitas obat dan meningkatkan risiko pada kesehatan manusia. Oleh karena itu, tugas khusus ini bertujuan untuk memberikan panduan penyimpanan obat yang tepat di rumah melalui media poster yang informatif dan edukatif. Studi literatur mengenai penggolongan obat berdasarkan sedaiannya, beyond use date (BUD), cara penyimpanan obat, serta cara pembuatan poster dilakukan. Selanjutnya, informasi yang telah diperoleh dituangkan menjadi sebuah poster. Poster ini menjelaskan mengenai cara penyimpanan obat di rumah secara umum dan secara khusus berdasarkan bentuk sediaannya. Selain itu, terdapat informasi mengenai BUD atau batas waktu penggunaan suatu sediaan setelah peracikan atau setelah dibuka. Poster edukasi yang memiliki tampilan menarik dan mengandung isi pesan yang bermakna dapat menjadi salah satu sarana edukasi masyarakat yang efektif mengenai cara penyimpanan obat di rumah sehingga dapat meminimalisir terjadinya masalah kesehatan dan juga memastikan kualitas dan efektivitas obat.

The lack of public knowledge about properly storing medicines at home can affect medicines quality and increase health risks. Therefore, this report aims to guide proper drug storage at home through the media of informative and educative posters. A literature study was carried out regarding the classification of drugs based on their preparations, beyond use date (BUD), and how to make posters. Henceforth, the information that has been obtained is poured into a poster. This poster explains how to store medicines at home in general and specifically based on the dosage form. Moreover, there is information regarding the BUD or the time limit for using a preparation after compounding or after it is opened. Educational posters that have an attractive appearance and contain meaningful messages can be an effective means of educating the public about how to store medicines at home to minimize the occurrence of health problems and also ensure the quality and effectiveness of medicines."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ghea Shafa Aldora
"Dalam rangka memenuhi permintaan konsumen dan bertahan pada pasar yang kompetitif, suatu perusahaan farmasi seperti PT Takeda Indonesia seringkali menggunakan lean manufacturing yang mengurangi pemborosan dalam proses produksi sehingga dapat meningkatkan produktivitas. Salah satu alat dari lean manufacturing adalah takt time, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan konsumen. Oleh karena itu, dilakukan analisis perbandingan takt time dan cycle time, serta identifikasi dan pemberian solusi terhadap pemborosan yang mungkin terjadi di PT Takeda Indonesia untuk memastikan proses pengemasan produk tablet V berjalan dengan efisien. Pengambilan data waktu operasi mesin dan jumlah tablet yang diproduksi diambil dari Overall Equipment Effectiveness (OEE) mesin stripping H dan S yang sejalur dengan proses pengemasan sekunder, sedangkan data jumlah permintaan konsumen untuk produk tablet V diambil dari Purchase Order (PO). Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan terjadinya produksi berlebih yang ditandai dengan lebih kecilnya cycle time jika dibandingkan dengan takt time sehingga dapat menyebabkan berlebihnya inventaris. Hal ini disebabkan terdapatnya penurunan permintaan konsumen yang cukup signifikan dari masa COVID sebelumnya. Oleh karena itu, rekomendasi yang dapat dipertimbangkan adalah melakukan penyesuaian jadwal dengan permintaan konsumen saat ini, serta dapat melakukan perhitungan takt time untuk tiap langkah pengemasan produk V secara real time agar dapat mengidentifikasi pemborosan secara detail dan mengoptimalisasi efisiensi di tiap langkah pengemasan.

To meet consumer demand and survive in a competitive market, a pharmaceutical company such as PT Takeda Indonesia often uses lean manufacturing which reduces waste in the production process to increase productivity. One of the tools of lean manufacturing is takt time, which is the time needed to meet consumer demand. Therefore, a comparative analysis of takt time and cycle time was carried out, as well as identifying and providing solutions to waste that might occur at PT Takeda Indonesia to ensure that the packaging process for tablet V products runs efficiently. Data collection on machine operating time and the number of tablets produced were taken from the Overall Equipment Effectiveness (OEE) of H and S stripping machines which are in line with the secondary packaging process, while data on consumer requests for tablet V products were taken from Purchase Orders (PO). Based on this study, the smaller cycle time when compared to the takt time indicates the occurrence of overproduction which can lead to excess inventory. This was due to a significant decrease in consumer demand from the previous COVID period. Therefore, recommendations that can be considered are adjusting the schedule to current consumer demand, and being able to calculate takt time for each step of product V packaging in real time to identify waste in detail and optimize efficiency at each packaging step."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ghea Shafa Aldora
"Kejahatan terkait narkotika telah menjadi salah satu masalah yang cukup serius dan kompleks dalam beberapa tahun terakhir. Terjadinya penyalahgunaan ataupun pelanggaran dalam penyimpanan dan penyaluran narkotika dapat meningkatkan terjadinya risiko kesehatan dan masalah hukum. Berdasarkan hal tersebut, dilakukanlah analisis serta pengkajian terhadap kepatuhan dan kesesuaian penyimpanan dan pengawasan pelaporan penyaluran narkotika di KFTD Cabang Jakarta 3. Penyusunan laporan ini dilakukan berdasarkan peraturan yang berlaku, laporan tugas terdahulu, serta literatur sebagai referensi. Observasi secara langsung dilakukan terhadap penyimpanan narkotika dan dibandingkan terhadap CDOB, perundang-undangan, dan SOP KFTD yang berlaku. Selain itu, dilakukan praktik pelaporan penyaluran obat narkotika melalui situs e-was. Narkotika disimpan dalam ruangan khusus yang memiliki pintu jeruji besi dengan dinding yang kokoh, dan terdapat dua buah kunci berbeda pada tiap pintu yang dipegang oleh APJ dan pegawai lain yang dikuasakan. Selain itu, terdapat CCTV untuk mengawasi penyimpanan narkotika dan lemari khusus untuk barang narkotika yang dikarantina. Rak ataupun palet penyimpanan narkotika disertai dengan label dan kartu stok. Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis yang telah dilakukan, penyimpanan narkotika di KFTD Cabang Jakarta 3 telah dilaksanakan sesuai dengan persyaratan CDOB, perundang-undangan, serta SOP yang berlaku. Kegiatan pelaporan pengawasan penyaluran narkotika periode Januari 2023 telah dilakukan dan dilaksanakan tiap satu bulan sekali maksimal tanggal 10 bulan berikutnya kepada BPOM melalui situs e-was.

Narcotics-related crime has become a serious and complex problem in recent years. The occurrence of abuse or violations in the storage and distribution of narcotics can increase health risks and legal problems. Therefore, analysis and study were carried out on the compliance and suitability of the storage and reporting supervision of the distribution of narcotics at the KFTD Jakarta Branch 3. This report was carried out based on applicable regulations, previous task reports, and literature as references. Direct observations were made of the storage condition of narcotics and compared to the applicable GDP, legislation, and KFTD SOPs. Furthermore, the practice of reporting the distribution of narcotic drugs through the e-was site was carried out. Narcotics are stored in a special room that has an iron bars door with a solid wall, and there are two different locks on each door which are held by the responsible pharmacist and other authorized employees. In addition, there is CCTV to monitor narcotics storage and a special cabinet for quarantined narcotics. Narcotics storage racks or pallets are accompanied by labels and stock cards. Based on the results of observations and analyses, the storage of narcotics at the KFTD Jakarta Branch 3 has implemented CDOB principles and requirements, laws, and applicable SOPs. Narcotics distribution monitoring reports for January 2023 have been carried out and usually carried out once a month at the maximum on the 10th of the following month to BPOM via the e-was website."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ghea Shafa Aldora
"Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan masalah kesehatan global yang serius. HIV dapat diatasi dengan terapi Antiretroviral (ARV) yang dapat memperlambat perkembangan penyakit dan meningkatkan harapan hidup penderita. Akan tetapi, penggunaan obat ARV yang tidak tepat dapat berdampak buruk pada pasien HIV seperti timbulnya efek samping obat atau terjadinya resistensi virus. Apoteker dalam pelayanan klinis memiliki peranan penting dalam melakukan evaluasi penggunaan obat untuk memastikan efektivitas pengobatan dan menghindari risiko kesehatan yang dapat timbul. Oleh karena itu, dilakukanlah evaluasi penggunaan obat HIV menggunakan metode Early Warning Indicator (EWI) di Puskesmas Kecamatan Cakung. Laporan ini dilakukan dengan melakukan kajian literatur mengenai HIV, terapi ARV, serta metode EWI. Selanjutnya dilakukan pengambilan data yang dibutuhkan seperti data kunjungan pasien HIV tahun 2022, regimen obat yang digunakan oleh tiap pasien, dan data obat yang tersedia di Puskesmas Kecamatan Cakung. Data yang telah terkumpul dimasukkan ke dalam Excel yang berisi format metode EWI lalu dilakukanlah analisis terhadap hasil tersebut. Berdasarkan laporan ini, didapatkan bahwa kepatuhan pasien mengambil tepat waktu, keberlangsungan stok ARV, dan praktik pemberian obat ARV di Puskesmas Kecamatan Cakung telah memenuhi target. Sedangkan, analisis terhadap retensi dalam perawatan dan supresi virologis tidak dapat dilakukan dikarenakan terbatasnya data yang tersedia.

Human Immunodeficiency Virus (HIV) is a serious global health problem. HIV can be treated with Antiretroviral (ARV) therapy which can slow the progression of the disease and increase the life expectancy of the patients. However, inappropriate use of ARV drugs can harm HIV patients, such as drug side effects or viral resistance. Pharmacists in clinical services have an important role in evaluating drug use to ensure the effectiveness of treatment and avoid health risks that can arise. Therefore, an evaluation of the use of HIV drugs was carried out using the Early Warning Indicator (EWI) method at the Cakung Subistrict Public Health Center. This report was conducted by conducting a literature review on HIV, ARV therapy, and the EWI method. Next, the required data was collected, such as HIV patient visit data in 2022, drug regimens used by each patient, and the available drugs at the Cakung District Health Center. The data that has been collected is entered into Excel which contains the format of the EWI method and then an analysis of the results is carried out. Based on this study, it was found that patient adherence to timely taking, the continuity of ARV stocks, and the practice of administering ARV drugs at the Cakung District Health Center had met the target. Meanwhile, analysis of retention in treatment and virological suppression could not be carried out due to the limited available data."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ghea Shafa Aldora
"Salah satu peran apoteker dalam rumah sakit adalah memberikan pelayanan farmasi klinik yang dapat berupa Pemantauan Terapi Obat (PTO), Riwayat Penggunaan Obat (RPO), dan rekonsiliasi obat. PTO dilakukan untuk meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko efek samping obat (ESO). Sedangkan RPO dan rekonsiliasi obat bertujuan untuk mencegah terjadinya kesalahan obat, memastikan informasi akurat tentang pengobatan pasien, dan mengidentifikasi ketidaksesuaian. Dalam laporan ini, dilakukan PTO, RPO, dan rekonsiliasi obat pada pasien dengan Acute Decompensated Heart Failure (ADHF) ec Coronary Artery Disease (CAD), infark miokard dengan non elevasi segmen ST (NSTEMI), dan Supraventricular Tachycardia (SVT). Pasien dengan penyakit kronis umumnya menerima polifarmasi yang memungkinkan timbulnya Drug-Related Problems (DRP) sehingga dipilih dalam laporan ini. Pengambilan data diperoleh secara prospektif melalui rekam medik pasien, Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT), serta melakukan wawancara dengan pasien, keluarga pasien, atau tenaga kesehatan lainnya. Dalam melakukan PTO dilakukan analisis kesesuaian indikasi dan dosis terapi pasien, serta analisis DRP dengan metode PCNE. Hasil PTO pada pasien menunjukkan bahwa pemberian terapi pada pasien secara keseluruhan telah sesuai indikasi dan dosis, sedangkan pada hasil analisis DRP pasien menunjukkan terjadinya beberapa masalah terkait obat pada pasien akibat adanya interaksi obat, dosis atau interval pemberian yang kurang tepat, serta tidak dilakukannya penyesuaian dosis pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal. RPO pada pasien telah dilakukan saat admisi, sedangkan untuk rekonsiliasi telah dilakukan saat admisi dan transfer ruangan.

One of the roles of the pharmacist in the hospital is to provide clinical pharmacy services which can be in the form of Drug Therapy Monitoring (DTM), medication history, and medication reconciliation. TDM is performed to increase the effectiveness of therapy and minimize the risk of adverse drug reactions (ADR). Meanwhile, medication history and medication reconciliation aims to prevent medication errors, ensure accurate information about patient medication, and identify discrepancies. In this study, the analysis was performed in patients with ADHF ec CAD, NSTEMI, and SVT. Patients with chronic diseases generally receive polypharmacy which may lead to drug-related problems (DRP) so they are selected in this report. Data collection was obtained prospectively through patient medical records, treatment notes, and Integrated Patient Development Records, as well as by conducting interviews with patients, patient families, or other health workers. In monitoring drug therapy, an analysis of the suitability of the patient's indications and therapeutic dose was carried out, along with an analysis of the DRP using the PCNE method. DTM results in patients showed that the administration of therapy to patients as a whole was in accordance with the indications and dosages, while the results of the patient DRP analysis showed the occurrence of several drug-related problems in patients due to drug interactions, inaccurate doses, or intervals of administration, and not making dose adjustments in patients with impaired renal function. Medication history on patients has been done at admission, while for reconciliation it has been done at admission and room transfers."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ghea Shafa Aldora
"Liver injury didefinisikan sebagai kenaikan konsentrasi enzim hati yang sering diukur, termasuk aminotransferase [aspartat aminotransferase (AST), alanin aminotransferase (ALT)], alkalin fosfatase (ALP), atau γ-glutamyl transpeptidase. Drug-induced liver injury (DILI) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan bahaya tak terduga pada hati yang disebabkan oleh obat yang umum digunakan. Penelitian cross-sectional retrospektif ini dilakukan untuk menganalisis prevalensi kejadian DILI dan golongan obat yang berpotensi menyebabkan kejadian DILI pada pasien rawat inap ICU dan non-ICU Rumah Sakit Universitas Indonesia Tahun 2021. Analisis DILI dilakukan dengan menggunakan algoritma Naranjo. Pada penelitian ini, prevalensi DILI pada pasien rawat inap di RSUI tahun 2021 sebesar 35,83% dari pasien dengan diagnosis liver injury saat masuk rawat inap dan selama perawatan, sedangkan prevalensi DILI pada seluruh pasien rawat inap ICU dan non-ICU di RSUI tahun 2021 adalah sebesar 1,01%. Sebanyak 1 pasien (2,13%) termasuk dalam kejadian dapat terjadi DILI (probable) dan 42 pasien (89,36%) kejadian belum pasti terjadi DILI (possible). Golongan obat yang ditemukan berpotensi menimbulkan DILI adalah antibiotik (31,58%), agen kardiovaskular (24,21%), analgesik (14,74%), antitukak (11,58%), antivirus (8,42%), antiemetik (8,42%), dan antidiabetes (1,05%). Pada penelitian ini, DILI banyak ditemukan pada pasien laki-laki, berumur 18-59 tahun, memiliki BMI gemuk (≥25,1), dan memiliki jumlah masalah kesehatan ≥2. Hasil menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara jenis kelamin, usia, BMI, dan jumlah masalah kesehatan dengan DILI. Dapat disimpulkan bahwa DILI merupakan salah satu penyebab utama dari liver injury di RSUI sehingga diperlukannya monitoring dan penilaian DILI secara berkala.

Liver injury is defined as elevations in the concentration of frequently measured liver enzymes, including aminotransferase [aspartate aminotransferase (AST), alanine aminotransferase (ALT)], alkaline phosphatase (ALP), or γ-glutamyl transpeptidase. Drug-induced liver injury (DILI) is a term used to describe unexpected harm to the liver caused by commonly described drugs. This retrospective cross-sectional study was conducted to analyze the prevalence of DILI and the categories of drugs that have the potential to caused DILI in ICU and non-ICU inpatients at University of Indonesia hospital in 2021. DILI analysis was performed using Naranjo algorithm. According to this research, the prevalence of DILI in inpatients at RSUI in 2021 was 35.83% of patients diagnosed with liver injury on admission and during treatment in the hospital, while the prevalence of DILI in all inpatients at RSUI in 2021 was 1.01%. In which, 1 patient (2.13%) was assessed as a probable DILI event, and 42 patients (89.36%) were assessed as possible DILI event. Antibiotics (31.58%), cardiovascular agents (24.21%), analgesics (14.74%), anti-ulcers (11.58%), antivirals (8.42%), antiemetics (8.42%), and antidiabetics (1,05%) were the major categories of drugs with the potential of causing DILI. In this study, most cases of DILI occurred in men gender, age 18-59 years, with obese BMI (≥25.1), and patients with health issues ≥2. The analysis showed there was no significant relationship between gender, age, BMI, and number of health problems with DILI. It can be concluded that DILI is one of the main causes of liver injury at RSUI in which regular monitoring and assessment of DILI is deemed to be necessary."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library