Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gadis Arivia Effendi
Abstrak :
Di permukaan novel, The Name of The Rose menceritakan suatu cerita detektif yang menegangkan, karena menyajikan liku-liku pengungkapan pembunuhan di biara Melk, sebelah utara Itali, dan sekaligus menyuguhkan latar belakang abad Pertengahan lengkap dengan polemik agama dan politiknya. Namum ketika kita te rus mengikuti diskusi yang terjadi di antara tokoh-tokoh utama di dalam novel seperti William of Baskerville (seorang biarawati) dan Adso (muridnya), kita segera mengerti bahwa terdapat diskusi yang lebih fundamental dari sekadar ingin menyuguhkan suatu cerita, akan tetapi terdapat suatu diskusi semiotik yang intens. Jadi, bukan suatu kebetulan Eco membangun ceritanya lewat cerita detektif-kriminal yang penuh dengan tanda- karena dengan cerita yang demikian nalar abduktif dalam model abduktif-detektif, yang seluruh pembahasannya berada di wilayah filsafat. Penalaran abduktif diperkenalkan oleh filsuf Amerika, abad XX, Charles Sanders Peirce dalam teori tandanya. Pada dasarnya teori semiotik yang disuguhkan Eco dalam novelnya adalah upayanya untuk memperlihatkan penerapan semiotik dalam memecahkan pembunuhan yang terjadi dan upaya untuk mengerti pemikiran kaotis abad pertengahan yang otoriter dan statis. _ Kita berpikir dalam tanda_, demikian Peirce mengatakan, dan hanya melalui proses pertandaan, manusia masuk dalam ritme semiosis _ yang menjawab pertanyaan _bagaimana manusia berpikir?_ dan implikasi epistemologisnya dari _ Bagaimana kita mengetahui realitas?_. Upaya untu menjawab pertanyaan _ Bagaimana kita mengetahui realitas?_ adalah pada dasarnya untuk memperlihatkan akar dari tanda. Eco di sini memulai diskusinya dari para filsuf Yunani dan para filsuf abad Pertengahan yang pada dasarnya memulai pertanyaan dengan _ Apakah sebenarnya realitas itu?_ Diskusi ini membawa kita pada persoalan substansi universalisme, nominalisme, dan realisme. Diskusi ini juga memperkenalkan kita pada pemikiran-pemikiran Aristoteles, Ockham, Abelard, dan Bacon. Namun pada diskusi selanjutnya kita mengerti kemudian bahwa Eco bukan saja ingin mempertanyakan _Bagaimana kita mengetahui realitas?_ (lewat perdebatab semiotik) dan _apakah realitas itu?_ (lewat perdebatan filsafat). Eco meneruskan pertanyaannya pada _Apakah realitas itu sendiri ada?_ Bagi Eco sendiri realitas merupakan suatu sistem pertandaan yang mempunyai keterkaitan teks antar teks, di sini Eco sibuk dengan perdebatan-perdebatan Postmodern.
Depok: Universitas Indonesia, 1990
S16186
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gadis Arivia Effendi
Jakarta : Kompas , 2006
320.562 2 GAD f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Gadis Arivia Effendi
Jakarta : Yayasan Jurnal Perempuan, 2009
305.4 GAD y
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Gadis Arivia Effendi
Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan (YJP), 2003
305.420 1 GAD f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Gadis Arivia Effendi
2004
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Gadis Arivia Effendi
Abstrak :
Dunia menganggap bahwa teknologi adalah netral. Teknologi perlu dicurigai karena fakta-faktanya bergender. Tulisan ini akan mengurai kaitan antara maskulinitas dan teknologi; serta mengevaluasi bagaimana hubungannya dengan perempuan. Kajian ini mengungkap bahwa teknologi adalah konstruksi sosial dan bersifat politis. Hasil dari kajian teoritis mengungkapkan bagaimana efek konstruksi ini pada masyarakat modern. Kemudian ditutup dengan bagaimana feminisme membuka kedok ilmiah dan mendekonstruksi epistemologinya untuk perdebatan sosial kontemporer dan keadilan gender.
Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan, 2013
305 JP 18:3(2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Gadis Arivia Effendi
Abstrak :
Dunia menganggap bahwa teknologi adalah "netral". teknologi perlu dicurigai karena fakta-faktanya bergender. Tulisan ini akan mengurai kaitan antara maskulinitas dan teknologi; serta mengevaluasi bagaimana hubungannya dengan perempuan. kajian ini mengungkap bahwa teknologi adalah konstruksi sosial dan bersifat politis. hasil dari kajian teoritis mengungkapkan bagaimana efek konstruksi ini pada masyarakat modern. kemudian ditutup dengan bagaimana feminisme membuka kedok ilmiah dan mengkonstruksi epistemologinya untuk perdebatan sosial kontemporer dan keadilan gender.
Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan, 2013
602 JP 18:3 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Gadis Arivia Effendi
Abstrak :
This study examines the role of women prawn farmers in Dipasena. East Rawaiitu District, Tulang Bawang, Lampung and what it means for human deveiopment in lndonesia. Several focus group discussions and indepth interviews with women prawn farmers and fishermen community were conducted to collect data and understand comprehensively the issues that women prawn farmers face in a patriarchal culture where they are not acknowledged as women workers. This paper uses a feminist perspective on women and work and Martha Nussbaums capability categories. This paper concludes that womens roles and contribution in fishery and in national development is not recognized and not accommodated in national and local policies. Womens role in fishery industry is considered nonexistent in this society and therefore restrict their potential and meaningful existence and respect on equal human dignity.
Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan, 2017
305 JP 22:4 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Gadis Arivia Effendi
Abstrak :
This study provides an overview of the problems faced by LGBT people in Indonesia. There are four issues raised, namely, the meaning of gender and sexual orientation, violence and abuse, the role of the state, and the meaning of happiness for LGBT people. This study uses a sample of 60 respondents living in large cities, especially Jakarta. However, the strength of this study lies not in the survey results but in the results of the in-depth interviews. From this study it was found that respondents, in the context of a conservative state, are more open in interviews than surveys. This study unearths the meaning of life for LGBT people under a state which is repressive and absent for them.
Jakarta: YJP Press, 2016
305 IFJ 4:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library