Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Freta Oktarina
Abstrak :
Bintaro Jaya adalah kota satelit terletak di pinggiran selatan Jakarta yang dibangun pada tahun 1979 di saat Indonesia baru saja memasuki fase baru pasca kemerdekaan di bawah kepemimpinan Orde Baru. Dengan luas 2.000 hektar saat ini Bintaro Jaya telah berkembang pesat menjadi satu dari kota-kota prestisius di Indonesia, dengan perumahan elite, apartemen, hotel, pusat perbelanjaan, serta kawasan bisnis dan niaga bergengsi. Dengan panggung yang digubahnya Bintaro Jaya menjadi sebuah potongan baru bagi daerah pinggiran. Tidak saja membangun tirai yang memisahkannya dengan masyarakat setempat, Bintaro Jaya juga merobek jahitan yang telah dikenakan oleh masyarakat pinggiran sejak berpuluh tahun lalu. Daerah pinggiran adalah sisi kota yang kerap tersisihkan, tak terlihat, ruang-ruang termarjinalkan yang seringkali diabaikan. Penelitian dilakukan untuk menelusuri sejarah arsitektur sebagai perjalanan tirai yang membentuk ruang-ruang spasial manusia dari waktu ke waktu, yang bersamaan dengan perjalanannya turut mengubah potongan yang menjahit ruang-ruang sosial masyarakat. Untuk meneliti daerah pinggiran sebagai ekses dari pembangunan yang berlangsung di perkotaan, dengan virus urbanisasi dan modernisasi yang dibawakannya dan melebar hingga ke berbagai arah. Penelitian mencoba keluar dari kacamata arsitektur. Melalui perspektif interior untuk melihat di balik tirai yang dibangun arsitektur, masuk ke dalam ruang-ruang personal individu yang berkaitan langsung dengan ruang, dan mencermati bagaimana dari sisi lain ruang kemudian dimaknai. Penelitian dilakukan dengan metode dokumenter dan menempatkan obyek sebagai sebuah dokumen. Bahwa dalam keberadaan sebuah obyek terdapat serangkaian yang menghantarkannya hingga menjadi ada (exist). Arsitektur tidak terbatas hanya pada bangunan melainkan berhubungan dengan manusia yang mengisi tirai-tirai yang dibangunnya. Arsitektur berperan besar dalam mengubah manusia. Dimana perubahan pola potongan pada ruang-ruang di seputaran manusia pada akhirnya akan mengubah interioritas, yakni spirit (jiwa) yang hidup dalam sebuah ruang dan menghidupkan manusia yang berinteraksi di dalamnya. ...... Bintaro Jaya was a satellite city located in the southern outskirts of Jakarta. Built in 1979 the city was established at the time Indonesia entered a new phase of postindependence period under the New Order regime. Having 2.000 hectars area, now Bintaro Jaya is one of Indonesian prestigious cities with modern housing estates, apartments, hotels, fashionable shopping centers, and commercial business district. Urban planning composed Bintaro Jaya into a luxury stage and become a new fabric in the suburbs. Not only separating local communities, the city also torn the textile that has been worn by suburban since decades ago. A suburb was the city?s side that often invisible and being neglected, a symbol of marginalized people who stood on the edge of the stage. The study was conducted to examine suburb as the city?s periphery and the excess of urbanization and modernization virus that stretched uncontrollable. By documentary method to reveal the history of architecture as the journey of human in curtaining their spaces. People made curtain to their existences in different scales and forms which along with it also changed the pattern of communities where they engaged. Through the perspective of interior the study was to see behind the curtain of the city's stage and enter the personal space of the actors examining city from different point of view. Architecture not only buildings, but it relates to human inside the curtain built by architecture. Change the cutting pattern of fabrics around human will ultimately change people's clothes. Interiority was the stitches of human spatial and social spaces that covered human existences, an atmosphere of the space and that turned human who lived inside.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T42535
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Freta Oktarina
Abstrak :
Pasar merupakan satu simpul penting di dalam ruang kota. Sebagai generator perekonomian dan tempatberkumpul bagi masyarakat, pasar berperan besar dalam mengarahkan kota dan membentuk struktur sosio-budaya masyarakat. Salah satu pasar paling berpengaruh di Indonesia adalah Pasar Tanah Abang, sebuah pusat grosir tekstil terletak di Kota Jakarta. Dengan intensitas perdagangan yang tinggi, Pasar Tanah Abang tidak saja telah menghidupkan Jakarta, namun merupakan tonggak perekonomian nasional yang menjangkau hingga ke berbagai pelosok daerah. Di sisi lain, dengan kedudukan strategis yang dimilikinya Pasar Tanah Abang juga merupakan sumber permasalahan bagi kota dan pemicu hadirnya beragam konflik ruang. Ruang adalah sebuah produksi sejarah. Di balik kehadiran sebuah pasar terkandung perjalanan yang menghantarkannya untuk sampai pada keberadaan hari ini. Pasar Tanah Abang yang dibangun pada tahun 1735 merupakan di antara jejak kolonial yang masih terus hidup hingga era pasca kemerdekaan. Kolonialisme telah mengambil volume begitu besar di dalam perjalanan Indonesia. Konflik-konflik di dalam ruang kota hari ini sebagian lahir dari konstruksi ideologi yang terbangun pada era kolonial. Penelitian Pasar Tanah Abang digagas sebagai suatu langkah untuk lebih mengenali aspek-aspek terkait keberlangsungan pasar dan memperoleh pemahaman lebih menyeluruh, terutama dalam penjelasan mengenai jejak historis pasar. Melalui kajian arsip dan dokumen, penelitian mencoba menelusuri peran kuasa pengelolaan pasar dan perdagangan tekstil di dalam ruang-ruang pasar untuk menggali makna di balik keberadaan arsitektur Pasar Tanah Abang sejak pasar berdiri hingga kini. Temuan menunjukkan jejak historis Pasar Tanah Abang merupakan sebuah ceruk yang menyimpan satu rentang perjalanan mengenai perkembangan pasar dan arsitektur di Indonesia beserta segenap aspek yang melingkupinya. Pasar Tanah Abang adalah sebuah gambaran mengenai peran kuasa kota dalam pembangunan pasar dan intervensi yang berlangsung di sepanjang pengelolaan pasar, paradigma di dalam konsep pasar di Indonesia sebagai ruang transisi dari pasar tradisional era kolonial menuju pasar modern pasca kemerdekaan, dan peran perdagangan tekstil sebagai sebuah kekuatan di dalam pergerakan pasar Indonesia bersamaan merupakan pengarah serta penentu sistem kemasyarakata ......The market is an important node in the urban space. As a generator of the economy and a gathering place for the community, the market plays a major role in directing the city and shaping the socio-cultural structure of society. One of the most influential markets in Indonesia is Tanah Abang Market, a textile wholesale center located in Jakarta City. With a high trading intensity, Tanah Abang Market has not only revived Jakarta, but is a pillar of the national economy that reaches out to various remote areas. On the other hand, with its strategic position, Tanah Abang Market is also a source of problems for the city and a trigger for various spatial conflicts. Space is a historical production. Behind the presence of a market is a journey that led the market to arrive at its existence today. Tanah Abang Market, which was built in 1735, is one of the colonial traces that have survived into the post-independence era. Colonialism has taken up so much volume in Indonesia's journey. Conflicts in urban space today are partly born of ideological constructions that were built in the colonial era. The Tanah Abang Market research was initiated as a step to better identify aspects related to market sustainability and gain a more comprehensive understanding, especially in explaining the historical traces of the market. Through archive and document studies, the research tries to trace the role of the power of market management and textile trade in market spaces to explore the meaning behind the existence of Tanah Abang Market architecture since the market was built in the colonial era until now. The findings show that the historical footprint of Tanah Abang Market is a niche that stores a range of journeys regarding the development of markets and architecture in Indonesia and all the aspects that surround it. Tanah Abang Market is an illustration of the role of city power in market development and the interventions that take place throughout market management, a paradigm in the concept of the market in Indonesia as a transitional space from the colonial era traditional market to the post-independence modern market, and the role of textile trade as a force in the movement of the Indonesian market as well as a guide and determinant of the social system.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library