Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fieneshia Sevita
Abstrak :
ABSTRAK
Sedimen Oxygen Demand (SOD) merupakan salah satu indikasi pencemaran pada Sungai Ciliwung yang dipengaruhi oleh reaksi biokimia pada sedimen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi SOD pada Sungai Ciliwung dan faktor yang mempengaruhi nilai SOD pada Sungai Ciliwung termasuk parameter kualitas air, yakni DO, BOD dan TSS. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode ex-situ dengan mengambil 3 titik Sungai Ciliwung, yakni hulu (Cilebut), tengah (Depok), dan hilir (Cikini) yang dilakukan dengan metode grab sampling pada 16 April 2014. Nilai SOD pada Sungai Ciliwung dalam rentang 0,034 – 0,207 mg O2/m2/hari, yang meningkat dari hulu menuju hilir. Peningkatan SOD diikuti dengan peningkatan BOD5 sekitar 60% dan TSS sekitar 65%, serta penurunan nilai DO antara 20-90% pada badan air. Hal ini menunjukkan bahwa perlu dilakukan suatu manajemen kualitas sungai untuk mengurangi nilai SOD yang ada.
ABSTRACT
Sediment Oxygen Demand (SOD) is one of the indicators of contamination on the Ciliwung River influenced by biochemical reactions in sediments. This research aims to invistigate the concentration of SOD on the Ciliwung River and factors which affect the value of SOD on the Ciliwung River, which is water quality parameters, such as DO, BOD and TSS. Research will be carried out using methods of ex-situ by taking 3 points the Ciliwung River, upstream (Cilebut), downstream (Cikini), and middlestream (Depok). Sampling is done with a method grab sampling taken on April 16, 2014. Value of SOD on the Ciliwung River range in 0,034 mg O2/m2/day - 0,207 mg O2/m2/day, an increase from upstream to downstream. SOD increased is followed with an increase of approximately 60% of BOD5 and TSS around 65%, as well as a decrease in the value of the DO between 20-90% on a body of water. This shows that quality management should be performed in this river to reduce SOD value.
[, ], 2014
S56054
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fieneshia Sevita
Abstrak :
Limbah lumpur minyak bumi merupakan limbah B3 yang harus diolah untuk dapat dibuang ke lingkungan, salah satunya dengan solvent extraction dan biopile. Dalam penelitian ini, pengolahan solvent extraction menggunakan pelarut n-heksana dan avtur dengan waktu pengadukan 15 dan 30 menit, sedangkan pengolahan biopile menggunakan bulking agent berupa kompos dan serabut kelapa. Limbah lumpur minyak bumi yang diolah mengandung TPH sebesar 49,12%, kadar air 37,78%, jumlah mikroorganisme 32.000 CFU/ml dan suhu 21⁰C. Pengolahan solvent extraction menghasilkan besar penyisihan minyak pada n-heksana terbesar adalah 64% dan penyisihan minyak pada avtur sebesar 75% dengan waktu pengadukan 30 menit. Selanjutnya pada pengolahan biopile didapatkan nilai TPH pada reaktor kontrol, bulking agent kompos, dan serabut kelapa masing-masing sebesar 5,48%, 5,29% dan 7,92% setelah 30 hari pengolahan. Nilai koefisien degradasi TPH pada sistem biopile kontrol, kompos dan serabut kelapa, masing-masing adalah 0,018; 0,020; dan 0,009. Dapat disimpulkan bahwa pelarut avtur memiliki nilai penyisihan minyak tertinggi, yakni 75% dengan waktu pengadukan 30 menit dan bulking agent kompos pada pengolahan biopile memiliki kemampuan mendegradasi TPH terbaik dengan efisiensi 65%. ...... Oil sludge is hazardous waste must be processed to be discharged into the environment, either by solvent extraction and biopile. In this research, solvent extraction processing using n-hexane and aviation fuel by stirring time 15 and 30 minutes, while the biopile processing using a bulking agent in the form of compost and coconut fibers. Oil sludge containing TPH processed by 49.12%, 37.78% moisture content, the amount of microorganisms 32,000 CFU / ml and the temperature of 21⁰C. The most oil removal in solvent extraction was 64% with n-hexane and 75% with aviation fuel when stirring time of 30 minutes. Furthermore, the processing biopile TPH value obtained in the control reactors, compost, and coconut fibers respectively by 5.48%, 5.29% and 7.92% after 30 days of treatment. TPH degradation coefficient value biopile system control, compost and coconut fibers, each of which is 0,018; 0,020; and 0.009. It can be concluded that the solvent aviation fuel has the highest value of oil removal, which is 75% with a stirring time of 30 minutes and compost bulking agent on processing biopile have the best ability to degrade TPH with efficiency of 65%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T44439
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library