Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Febrian Mulya Santausa
Abstrak :
Prevalensi enterobiasis tinggi pada murid SD. Melalui penyuluhan terhadap guru SD, informasi mengenai enterobiasis diharapkan lebih mudah disampaikan kepada murid. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan tingkat pengetahuan guru SD sebelum dan sesudah penyuluhan. Penelitian dilakukan di Jakarta dengan mengundang perwakilan guru SD Jakarta ke acara penyuluhan. Desain penelitian adalah eksperimental dengan intervensi penyuluhan kesehatan mengenai enterobiasis. Semua guru yang hadir saat penyuluhan dijadikan subyek penelitian. Pengambilan data menggunakan kuesioner berisi pertanyaan mengenai siklus hidup, patogenesis, gejala, penularan, dan pencegahan enterobiasis yang dibagikan sebelum dan sesudah penyuluhan. Jumlah responden 67 orang, 31,3% laki-laki dan 68,7% perempuan. Sebelum penyuluhan responden dengan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 47,8%, cukup 35,8%, dan baik 16,4%. Sesudah penyuluhan, responden dengan tingkat pengetahuan baik menjadi 83,6%, cukup 13,4%, dan kurang 3%. Dari uji marginal homogeneity didapatkan nilai p<0,01 yang berarti terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan guru SD sebelum dan sesudah penyuluhan. Jika ditinjau per nomor, uji Wilcoxon menunjukkan perbedaan bermakna pada semua skor jawaban kecuali pertanyaan mengenai gejala enterobiasis (p=0,083). Hal tersebut disebabkan sebelum penyuluhan 95,5% responden telah menjawab pertanyaan tersebut dengan benar dan menjadi 100% setelah penyuluhan. Disimpulkan penyuluhan efektif meningkatkan pengetahuan guru SD mengenai enterobiasis ......The prevalence of enterobiasis is high among elementary school students. Through providing health education to the teachers, information can be more easily delivered to the students. Our study was aimed to assess the difference between knowledge level of enterobiasis among elementary school teachers before and after health education. This experimental study was held in Jakarta by inviting representatives of elementary school teachers in Jakarta to follow health education about enterobiasis. The teachers (n=67), 31,3% male and 68,7% female, completed pre-test and post-test questionnaire consisting of questions about life cycle, pathogenesis, symptoms, transmission, and prevention of enterobiasis. Prior to health education, there were 47,8% respondents with poor knowledge level, 35,8% average, and 16,4% good. After health education, there were 83,6% respondents with good knowledge level, 13,4% average, and 3% poor. Based on marginal homogeneity test, the difference is significant (p<0,01). If we assess the score of each number before and after health education, Wilcoxon test shows significant difference in all numbers, except question about enterobiasis symptoms (p=0,083). It is because 95,5% respondents had already answered the question correctly before health education, and became 100% after health education. In conclusion, health education effectively improves knowledge level of enterobiasis among elementary school teachers.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febrian Mulya Santausa
Abstrak :
Penelitian mengenai produksi suara dalam bidang ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi masih jarang hingga saat ini. Waktu fonasi maksimal (WFM) merupakan salah satu parameter untuk menilai ketahanan fonasi. Studi pendahuluan ini ditujukan untuk mengetahui korelasi nilai prediksi ambilan oksigen maksimal (VO2 maksimal) yang didapatkan dari uji jalan enam menit dengan WFM pada populasi dewasa sehat sedenter bukan penyanyi. Penelitian ini merupakan studi potong-lintang dengan teknik pengambilan sampel secara konsekutif. Kriteria inklusi di antaranya subjek berusia 18-50 tahun, sedenter dan bukan penyanyi. Subjek dengan riwayat merokok, memiliki gejala pernafasan dalam dua minggu terakhir, riwayat penyakit jantung, paru, muskuloskeletal dan gangguan keseimbangan dieksklusi dari studi ini. Pengukuran WFM dan uji jalan enam menit dilakukan oleh dua asesor berbeda dan tidak diketahui satu sama lain. Seluruh subjek pada studi ini (n=50) merupakan penduduk ras Mongoloid. Rerata WFM lebih tinggi pada subjek laki-laki (n=18) (27.4+7.4 s vs 20.6+5.1 s, p<0.001). Dari analisis bivariat, didapatkan korelasi antara WFM dan nilai prediksi VO2 maksimal (r=0.588, p<0.001) dan frekuensi suara (r=-0.360, p=0.010), namun setelah analisis multivariat, nilai prediksi VO2 maksimal merupakan satu-satunya faktor yang berhubungan dengan WFM (p=0.004). Terdapat korelasi sedang antara nilai prediksi ambilan oksigen maksimal dari uji jalan enam menit dengan waktu fonasi maksimal pada dewasa sehat sedenter bukan penyanyi. ......Studies regarding voice production in the field of physical medicine and rehabilitation are still sparse to date. Maximum phonation time (MPT) is a parameter to measure phonation endurance. This preliminary study was aimed to determine the correlation of predicted maximal oxygen uptake (VO2 max) obtained from six-minute walk test (6MWT) with MPT in healthy adult population of sedentary non-singers. This is a cross-sectional study with consecutive sampling. The inclusion criteria are subjects aged 18-50 years, sedentary and non-singers. Subjects with a history of smoking, having respiratory symptoms in the last two weeks, heart, lung, musculoskeletal and balance problems were excluded from this study. The measurements of MPT and 6MWT were carried out by two different assessors blinded to each other. The subjects in this study (n=50) were all Mongoloids. The mean MPT was higher in male subjects (n=18) (27.4+7.4 s vs 20.6+5.1 s, p<0.001). From bivariate analysis, there was a correlation between MPT and predicted VO2 max (r=0.588, p<0.001), as well as vocal frequency (r=-0.360, p=0.010). However, after multivariate analysis, predicted VO2 max was the only factor associated with MPT (p=0.004). There is a moderate correlation between predicted VO2 max obtained from 6MWT and MPT in healthy adult population of sedentary non-singers.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library