Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Intan Fatma Dewi
Abstrak :
Putting out system merupakan skema kerja pada sektor informal yang sebagian besar proses produksinya berada di rumah dan tempat yang dipilih sendiri oleh pekerjanya secara langsung tanpa adanya supervisi dari pemberi kerja. Skema kerja dengan putting out system banyak dialami oleh pekerja rumahan. Melalui sistem ini pemberi kerja dapat mengefisienkan biaya produksi dengan memberikan upah yang rendah dan tidak sebanding dengan beban pekerjaan, jumlah jam kerja serta tidak adanya jaminan ketenagakerjaan yang didapatkan oleh pekerja rumahan. Kerja rumahan secara mayoritas dilakukan oleh perempuan pekerja rumahan. Mereka harus menyelesaikan target pekerjaan dengan waktu kerja lebih dari dua belas jam dalam sehari. Akibatnya, Hak ekonomi dan sosial mereka sebagai pekerja pun tidak terpenuhi dan terabaikan. Pengabaian hak yang dirasakan oleh pekerja rumahan menandakan tidak adanya perlindungan dari pemerintah atau negara bagi para pekerja sektor informal. Perbedaan kondisi yang cukup mencolok antara pekerja formal dan informal adalah ada tidaknya daya tawar (bargaining power) pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses kerja rumahan dengan skema putting out system yang terjadi pada perempuan pekerja rumahan pengelem alas kaki; mendeskripsikan proses daya tawar (bargaining power) yang dilakukan oleh perempuan pekerja rumahan pengelem alas kaki dalam menuntut pemenuhan hak ekonomi dan sosial; serta mengidentifikasi dan menjelaskan faktor pendukung dan penghambat yang mempengaruhi kepemilikan daya tawar perempuan pekerja rumahan pengelem alas kaki. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa daya tawar (bargaining power) yang dimiliki oleh perempuan pekerja rumahan sangat lemah bahkan tidak ada. Bahkan mereka tidak memiliki ruang atau kesempatan untuk melakukan negosiasi terkait upah yang mereka terima. Padahal daya tawar (bargaining power) menjadi aspek penting bagi perempuan pekerja rumahan dalam mencapai hidup yang sejahtera. Selain itu, daya tawar juga menjadi salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh perempuan pekerja rumahan untuk menuntut pemenuhan atas Hak ekonomi dan sosial mereka. Baiknya dalam perumusan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah, dapat pula memperhatikan aspek kesejahteraan bagi perempuan pekerja rumahan sebagai pertimbangan dalam penyusunan regulasi tentang pekerja rumahan. Selain itu, penelitian ini juga merekomendasikan kepada pemerintah untuk giat mengkampanyekan anti-sweatshop sebagai upaya untuk memperbaiki kondisi kerja dan upah bagi perempuan ......The putting out system is a work scheme in the informal sector where most of the production process is located at home and in a place that the workers choose directly without any supervision from the employer. Work schemes with a putting out system are experienced by many homeworkers. Through this system, employers can streamline production costs by providing low wages that are not proportional to the workload, the number of hours worked and there is no employment guarantee that the homeworkers get. Homework is predominantly carried out by women homeworkers. They must complete work targets with a work time of more than twelve hours a day. As a result, their economic, social and cultural rights as workers are not fulfilled and are neglected. The denial of rights felt by homeworkers indicates the absence of protection from the government or the state for informal sector workers. The difference in conditions that is quite striking between formal and informal workers in the presence or absence of the bargaining power of workers. This study aims to describe the homework process with a putting out system scheme that occurs in women homeworkers who glue footwear; describe the bargaining power process exercised by women homeworkers who glue footwear in demanding fulfilment of economic and social rights; identifying and explaining the supporting and inhibiting factors that affect the bargaining power ownership of women homeworkers who glue footwear. The research was conducted using a qualitative approach. The results of the study concluded that the bargaining power possessed by women homeworkers is very weak or even non-existent. They do not even have space or opportunity to negotiate the wages they receive. Whereas bargaining power is an important aspect for women homeworkers in achieving a prosperous life. Apart from that, bargaining power is also one of the efforts that women homeworkers can make to demand the fulfilment of their economic, social and cultural rights. It is better if, in the formulation of policies carried out by the government, it can also pay attention to the welfare aspects of women homeworkers as a consideration in drafting regulations on homeworkers. Also, this study recommends the government to actively campaign for anti-sweatshops as an effort to improve working conditions and wages for women
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia , 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatma Dewi
Abstrak :
ABSTRAK
Prestasi belajar digunakan oleh pendidik sebagai tolok ukur untuk mengetahui sampai seberapa jauh pengetahuan dan ketrampilan yang diajarkan pendidik telah diterima seorang siswa. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seorang siswa, salah satunya adalah motivasi berprestasi. Menurut para ahli motivasi berprestasi dapat meramalkan berhasil atau tidaknya seseorang dalam mencapai suatu prestasi. Masa kritis pertumbuhan motivasi berprestasi tinggi pada usia sekolah, dimana anak membentuk kebiasaan untuk mencapai keberhasilan dalam belajar. Oleh karenanya, motivasi berprestasi hendaknya dipupuk sejak anak mulai sekolah.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi siswa, diantaranya adalah lingkungan keluarga yang didalamnya mencakup pola pengasuhan dan dukungan sosial orang tua. Ada tiga jenis pola pengasuhan yang biasa diterapkan orang tua pada anak, yaitu: authoritative, authoritarian, dan permissive. Ketiga pola pengasuhan tersebut di atas akan mempengaruhi perkembangan anak secara berbeda, yang tentunya akan berpengaruh pada proses penyesuaian diri anak terhadap Iingkungannya termasuk lingkungan sekolah dimana ia memperoleh pendidikan dan belajar untuk mencapai prestasinya secara optimal.

Selain pola pengasuhan orang tua, dukungan sosial yang diberikan orang tua ternyata akan memberikan dampak positif bagi prestasi belajar seorang anak.

Dukungan sosial itu sendiri secara umum mengacu pada bantuan yang diberikan pada seseorang oleh orang-orang yang berarti baginya seperti keluarga dan teman-teman. Dukungan sosial yang diberikan orang tua kepada anak secara umum berfungsi untuk memberikan perasaan diterima, diperhatikan, disayangi, dihargai dan dicintai. Dengan adanya hal tersebut anak akan merasa bahagia dan tenang karena ia merasa ada orang lain yang dapat diandalkan bantuannya bila mendapat kesulitan dalam mengikuti pelajaran di sekolah. Dukungan sosial juga dapat berfungsi sebagai reward dan dapat mengarahkan serta mendorong seseorang untuk berprestasi.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada hubungan antara pola pengasuhan orang tua dan dukungan sosial orang tua dengan motivasi berprestasi anak usia sekolah. Lebih jelasnya, penelitian ini ingin meiihat apakah ada hubungan yang signifikan antara pola pengasuhan authoritative, authoritarian, dan permissive dengan motivasi berprestasi anak usia sekolah, dan untuk mengetahui pula apakah ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial orang tua dengan motivasi berprestasi anak usia sekolah.

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SD (usia 9 - 10 tahun), karena masa kritis pertumbuhan motivasi berprestasi tinggi pada usia sekolah dan pada usia tersebut, motivasi berprestasi anak sudah mulai terbentuk dengan baik. Subyek penelitian ini yang berjumlah 218 siswa diperoleh dari 8 SD yang ada di wilayah Jakarta Pusat. Pengambilan sampel sekolah akan dilakukan secara accidental dan semua siswa kelas V dari sekolah tersebut akan dijadikan subyek dalam penelitian ini. Alat yang digunakan sebagai penjaring data ada tiga macam, yaitu (i) alat untuk mengukur motivasi berprestasi; (ii) alat untuk mengukur pola pengasuhan orang tua yang dipersepsi anak; (iii) alat untuk mengukur dukungan sosial orang tua berdasarkan pendapat anak. Ketiga alat tersebut berupa kuesioner yang berbentuk skala. Pengolahan data penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik statistik deskriptif.

Dari penelitian diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara pola pengasuhan authoritative dengan motivasi berprestasi; terdapat hubungan negatif yang signifikan antara pola pengasuhan authoritarian dengan motivasi berprestasi; dan terdapat hubungan negatif yang signifikan antara pola pengasuhan permissive dengan motivasi berprestasi. Selain itu diketahui pula terdapat hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial orang tua dengan motivasi berprestasi anak usia sekolah.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan sumbangan-sumbangan teoritis bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian di bidang yang sama. Dari segi praktis, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi, khususnya bagi orang tua, mengenai pola pengasuhan yang paling tepat agar anak termotivasi unluk menunjukkan prestasinya secara optimal. Sehingga para orang tua dapat mengurangi perilaku yang menggambarkan pola pengasuhan autoritharian dan permissive, dan meningkatkan perilaku yang mencerminkan pola pengasuhan authoritative. Seiain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat praktis dalam rangka mengoptimalkan fungsi orang tua sebagai sumber dukungan sosial utama bagi anaknya yang berusia sekolah, sehingga memiliki motivasi berprestasi yang baik.
1997
S2452
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library